24.Why Do You Cry?

8.2K 857 69
                                    

Jika sebuah pohon digores pada bagian batangnya, maka mereka akan merasa kesakitan yang tidak bisa dijelaskan secara langsung. Karna itulah kita akan melihat sebuah getah keluar dari setiap goresan yang diterima pohon.

Namun meski begitu mereka tidak bisa mengeluh ketika diri mereka ditebang dan dijadikan kertas ataupun tissue hanya untuk keuntungan para manusia yang juga menebang dan membakar mereka tanpa alasan yang jelas.

Pohon tidak bisa mengeluhkan rasa sakit mereka hingga akhirnya mereka memilih diam dan mengikuti apa saja yang terjadi pada diri mereka sendiri.

Dae Jung, pemuda dengan perut besar yang bahkan jika dilihat tanpa busana seperti akan meledak. Menakutkan, namun sang empu pemilik tubuh tak merasa takut.

Ia saat ini sedang duduk dikasur dengan tangan yang sibuk merajut benang wol yang terbuat dari bulu domba yang begitu bersih.

Karna sibuk dengan apa yang ia kerjakan, sesuatu yang tiba-tiba saja datang membuatnya tersentak kaget.

"Ukh!" Dae Jung memegangi perutnya mengabaikan rajutannya yang hampir sempurna terjatuh ke lantai.

"Aakhh!!" Ia terus menerus mengerang kecil, ia mencoba menahan suaranya. Ia tidak boleh menyusahkan Yu Yan kembali.

"Sshh...." Dae Jung meringis kecil ketika ia menaikan sedikit kakinya untuk memposisikan tubuhnya kekasur agar menjadi nyaman.

Kedua mata emasnya melotot, ia terkejut, kain yang menutupi kasur menjadi alasnya untuk tidur kini telah ternodai oleh darah yang entah kenapa bisa ada.

Kini ia sadar bahwa sesuatu mulai meremas perutnya dengan keras, Dae Jung terus menerus meringis menahan suaranya yang akan berteriak.

Tangannya bergerak, meraih sebuah benang wol yang digulung seperti bola.

Tangannya bergerak menyumpal mulutnya dengan benang wol yang ia ambil.

"UMMMMPPPHHH!!!!" Dae Jung menggigit benang wol itu dengan keras, kedua tangannya meremas bantal.

Ia terus menerus mendorong dirinya untuk menahan agar tidak mengeluarkan suara dan berusaha sendiri, sebutir, bahkan ribuan butir keringat meluncur dari kening dan pelipisnya.

Bulan bersinar dengan indah seperti membantu dirinya untuk tetap kuat.

"UGHHH!!!"

"OEEK...... OEEEK"

"OEEK...."

Dae Jung yang mendengar tangisan bayi membuatnya mengehela nafasnya secara perlahan, ia benar-benar sudah berhasil melahirkan anak-anaknya sendiri.

Perlahan, ia bangkit dari posisi tidurnya dengan cepat ia meraih benang wol yang menyumpal mulutnya dan menaruhnya disamping dan mencoba meraih dan menggendong anak-anaknya. Namun ia berhenti sebentar. Tiba-tiba suhu tubuhnya berubah menjadi dingin.

Ia mengira ia telah melahirkan dua anak kembar, namun yang mengejutkannya kini ternyata ia melahirkan tiga anak kembar sekaligus?.

Namun hal itu ia tepis, ia takut. Benar-benar takut.

Dua anaknya menangis, tapi kenapa anaknya yang ketiga tak menangis?.

Dengan perlahan ia mencoba menetralkan pikirannya dan menyentuh anaknya yang tak menangis.

Namun....

"Anakku?.... ANAKKU!!!"

Teriakan pilu Dae Jung begitu keras hingga Yu Yan yang sedang meminum teh digazebo terkejut.

Bahkan siluman rubah, Kara yang sedang bersantai juga terkejut.

Dae Jung kini terlihat begitu menyedihkan, darah begitu banyak dikasur yang ia tempati bersama dengan anak-anaknya.

Ia memeluk anak terakhirnya dengan diiringi tangisan yang begitu menyayat hati.

Kara dan Yu Yan yang baru saja sampai diambang pintu begitu terkejut melihat kondisi Dae Jung.

"Dae!!!" Yu Yan dengan cepat berlari mendekati kasur Dae Jung.

"Yu Yan!!! Anak.... ANAKKU!! KENAPA DIA TIDAK BERNAFAS?!!!!" Dae Jung menangis semakin keras, ia memeluk bayinya yang belum dibersihkan dan masih berlumuran darah.

"Dae.... Dae tenanglah..." Yu Yan berusaha menenangkan Dae Jung dengan lembut namun Dae Jung terus menerus melawan.

"DAE JUNG! TENANGLAH!" teriak Yu Yan dengan lantang membuat Dae Jung terdiam namun masih mengeluarkan sedikit isakan dari renumnya.

Yu Yan kemudian mengambil alih dan menggendong bayi terakhir Dar Jung.

Kara yang melihat kondisi pemuda yang kini tengah kacau didepannya itu membuat dirinya merasa iba.

Siluman rubah itu kemudian mengelus rambut putih yang kini tengah basah milik Dae Jung dengan perlahan.

"Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja"

Kara kemudian menggendong kedua bayi lainnya yang masih menangis.

Kara menatap Yu Yan dan mendapat kode darinya untuk membersihkan kedua bayi itu.

Yu Yan kemudian memperhatikan bayi digendongannya.


Dae Jung mulai merasa lemas, ia memaksakan dirinya untuk tetap sadar dengan meremas kakinya hingga memerah.

Namun apa daya, ia tidak bisa lagi menahannya. Ia terjatuh dan pingsan dikasur.


Yu Yan menatap Dae Jung khawatir, ia tidak bisa mengatakan kenyataan yang telah ia lihat sendiri.

Bahwa....... Bayi yang tengah ia gendong sekarang...











































'cacat'

-----tbc-----

Author:

Author:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terlahir sebagai anak buangan raja.BlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang