22.Sakit tak berdarah

8.5K 843 26
                                    

"DUA BAYI?!" Dae Jung terkejut dan reflek meninggikan suaranya dan melotot kearah Yu Yan menuntut penjelasan.

"Opps----" Yu Yan menutup mulutnya dengan tangan pucatnya, keringat dingin keluar dari kulit kepalanya.

"Ah! JELASKAN!" Dae Jung menuntut agar hantu(spirit) pucat didepannya menjelaskan segalanya.

Akhirnya Yu Yan menghelakan nafasnya pasrah akan kekalahannya,

"Anakmu kembar, dan sepertinya aku tidak salah. Anakmu memang ada dua, kau ingatkan aku bisa melihat jiwa? jiwa seorang bayi masihlah samar namun aku bisa melihatnya dengan jelas" Yu Yan menjelaskan semuanya dengan cepat.

"Ah... jadi anakku kembar?" mendengar anak kembar, Dae Jung kembali mengingat Jun yang tersenyum menggandeng tangan seorang wanita disampingnya ketika wawancara di tv.

"Hei? sebaiknya kita turun ya? aku akan mengantarmu ketempat yang aman untuk sementara" Ucap Yu Yan sembari menuntun Dae Jung menuruni tangga dengan perlahan.

"Kau tau? ketika aku merasakan auramu aku langsung kemari untuk memastikan" Yu Yan terlihat mengalihkan topik agar Dae Jung tak membahas lagi tentang perkataannya sebelumnya.

Mereka berdua akhirnya sampai dibawah jembatan, tepatnya disamping sungai yang mengalir deras. Yu Yan mengenggam tangan kanan Dae Jung dengan erat.

"Jangan dilepaskan, kita akan segera memasuki hutan bambunya" Yu Yan memperingati Dae Jung agar tidak melepaskan genggamannya dengan nada suara yang tegas.

Mereka berdua akhirnya memasuki hutan bambu dengan tangan mereka yang masih tertaut. Dae Jung hanya mengikuti hantu pucat didepannya itu tanpa bersuara sedikitpun.

Tak lama mereka sampai didepan sebuah goa yang ditertutupi banyak tumbuhan rambat sehingga menutupi jalan masuk goa itu. Yu Yan menarik Dae Jung memasuki goa itu dengan mengalirkan auranya agar tanaman menyingkir dari jalan mereka.

Mereka menelusuri goa hingga akhirnya mereka keluar dari goa melewati mulut goa yang ditutupi dengan sebuah pintu, dan ketika pintu itu terbuka oleh hantu didepannya, kedua mata emas Dae Jung membola takjub. 

Dihadapannya ada sebuah bangunan seperti di komik kerajaan china yang pernah ia baca saat dirinya masihlah Surya dulu. Mereka berjalan menyusuri jembatan ditengah sungai itu dengan tanpa suara. Hingga akhirnya mereka sampai dibangunan china yang terlihat besar.

"Masuklah, jangan ragu, disini banyak orang baik sepertiku" ucap Yu Yan dengan senyuman yang ia lemparkan pada Dae Jung.

Dae Jung hanya terdiam menatap hantu pucat didepannya yang sedang tersenyum padanya.

"Ba-baiklah" Dae Jung hanya menurut, ia memasuki bangunan itu dengan langkah ragu. Ketika ia sampai disebuah ruangan besar didalamnya, seorang pemuda cantik dengan ekor berbulu putih dan kuping putihnya seperti salju, dia terlihat seperti siluman rubah dalam legenda.

Siluman rubah, memiliki ekor berbulu lebat dengan telinga runcing dan kuping rubah runcing juga paras yang begitu sempurna. Mereka dikenal dengan kisahnya yang sering merayu para pria demi menjadi abadi namun dalam akhir cerita mereka dimusnahkan oleh para dewa karna bekerja sama dengan para dewa jahat untuk merayu dewa pria yang masih perjaka agar kehilangan kekuatan mereka.

siluman itu terlihat menggerakkan ke sembilan ekornya, kedua mata biru cerahnya bergerak menelusuri setiap inci tubuh milik Dae Jung. Dari ujung rambut peraknya? Hingga ujung kakinya. Tatapannya sudah seperti ingin menusuk Dae Jung.


Dae Jung yang ditatap seperti itu sedikit merinding dan akhirnya memberanikan diri untuk bersuara lebih dulu.

"A-apa ada yang salah dengan penampilanku?..." Dae Jung bertanya dengan segala keberaniannya.

Pemuda itu menegangkan kedua kuping rubahnya, tatapannya menajam dan kedua taringnya menyembul keluar dari mulutnya, bibir merahnya bergerak mengeluarkan suara kesal layaknya kucing mengerang.

(Maksudnya kayak.... 'GRRRRR' gitu ga si-author)




"APA YANG YU YAN BAWA?!, PRIA BAJINGAN ITU!!"

Dae Jung terkejut, kedua tangannya reflek memegang perutnya. Ia takut bayinya kenapa-napa mendengar suara cempreng yang begitu keras dari siluman rubah didepannya itu.



"Tenanglah Kara" sebuah suara yang bernada dingin terdengar membuat kedua antensi menatap sumber suara.


"YU YAN! KAU MEMBAWA SEORANG MANUSIA?!" Kara, pemuda siluman rubah dengan mata biru laut dan ekor juga kuping rubahnya yang berwarna putih itu mengerang marah setelah mengatakan itu.

"KARA! KAU HANYA PENUMPANG DISINI!"

Sakit tak berdarah, itulah yang dirasakan Kara saat ini. Yu Yan berkata begitu kasar dengannya membuat raut wajahnya berubah melemah. Dari marah menjadi diam tak bersuara.

Yu Yan menatap Dae Jung, tangannya meraih dan menuntun pemuda disampingnya itu untuk berjalan.

Keduanya berjalan melewati pemuda siluman rubah bernama Kara itu tanpa sepatah katapun terujar.

Kara menundukkan kepalanya, matanya bergetar entah sejak kapan sudah mengeluarkan bulir-bulir bening yang transparan.

Dae Jung menolehkan kepalanya sekilas, ia melihat siluman rubah bernama Kara itu menunduk dengan bahu sedikit bergetar.




'Ak-aku sepertinya memang kotor...'-Kara





-----tbc-----

Hai readers, ini author!

Aku balik lagi!
Maaf yah aku lama up karna sempet hiat selama beberapa hari, maaf kali ini aku up chapter isinya dikit dan alurnya mungkin ada beberapa yang bakal aku ubah hehe.

Jadi untuk selanjutnya kemungkinan aku up agak lama karna kesibukanku mulai kembali lagi, oh yaa bagi yang mau mudik untuk lebaran hati hati dijalan yah!.

Mohon maaf lahir dan batin🙏🏻
Maaf kalo author banyak salah apalagi dalam penulisan 😅

Dadah!

Terlahir sebagai anak buangan raja.BlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang