4. Pertemuan

508 55 31
                                    

Haii haii

Kembali lagi dengan aku

Vote komen nya jangan lupa gaiss 😻☝🏻

"Hari ini adalah hari yang tak bisa ku jabarkan lewat kata-kata. Tapi yang jelas, perasaan ku campur aduk antara bingung, takut, dan gelisah karena takut jawabannya tak sesuai dengan ekspetasi mereka."
–Viola Xaveira Axyra–

*****

Viola merenggangkan tubuhnya. Dia cukup lelah dengan kegiatan hari ini.

Gadis itu melirik sahabatnya.

"Len." panggil Vjola

"Hm? Apa?" sahut Aileen.

"Gue boleh curhat gak?" tanya Viola.

Kening Aileen mengkerut bingung. "Tumben-tumbenan lo mau curhat? Biasanya juga ngegibahin bias lo."

Viola berdecak. "Serius. Gue mau bilang kalo gue mau di jodohin."

Aileen menahan tawa kala Viola berucap seperti itu.

"Di jodohin? Gak usah ngaco deh, Vi. Ini udah jaman modern. Gak ada tuh yang namanya jodoh-jodohan." ujar Aileen mencoba mengelak.

Viola menghela napas. "Tapi kenyataan nya gitu. Gue mau di jodohin sama anak kelas Mipa 2."

"Mipa 2? Siapa tuh?" tanya Aileen serius.

"Aiden." Mata Aileen membulat.

"What?! Aiden?!" Viola menutup telinga nya akibat teriakan Aileen yang cukup membuat telinga nya berdengung.

"Gak usah teriak bego! Di liatin anak-anak noh." kesal Viola. Gadis itu menimpuk lengan sahabatnya menggunakan buku nya.

Aileen cengengesan. "Ya maap. Oke-oke, gue serius nih." Aileen berdehem. "Kenapa bisa lo di jodohin sama Aiden? Kan secara dia terkenal nakal tuh. Gak mungkin kan lo sama dia di jodohin secara cuma-cuma." celetuk Aileen.

Viola termenung. Dia juga baru menyadari hal itu.

"Em, kata Ayah sih emang udah ada niat di jodohin dari dulu sih. Bahkah sebelum gue lahir juga Ayah sama bokapnya udah punya janji pas SMA." Aileen tercengang.

"Jadi bokap lo sama bokapnya dia udah kenal lama gitu?" Viola mengangguk.

"Bahkan mereka udah sahabatan."

"Wow, sangat mencengangkan."

Aileen berdehem singkat. "Jadi? Lo terima perjodohan ini?"

Viola mengendikan bahunya. "Entah. Gue aja masih mikir-mikir jawaban untuk itu. Di sisi lain gue gak mau buat Ayah sama Bunda kecewa, tapi di sisi lain juga gue mau mewujudkan cita-cita gue."

Aileen menjentikan jari nya. "Lo terima aja Vi. Untuk urusan cita-cita, lo bisa bicarain ini lagi sama Aiden. Gampang kan?" tanya Aileen menarik turunkan alisnya.

Viola menghela napas. "Tapi gue takut pernikahan ini gak berjalan lancar. Gue-"

"Suttt. Lo jangan berburuk sangka. Emang lo mau omongan lo bener? Ati-ati loh, kan omongan adalah doa." ujar Aileen menakut-nakuti.

Viola memanyunkan bibir nya. "Elo mah, jangan buat gue takut." rengek Viola membuat Aileen tertawa. Gadis itu memeluk tubuh sahabatnya.

"Santai kali Vi. Lagian gue bercanda. Jadi gimana nih? Lo terima gak?"

Viola menarik napasnya panjang. Dan kemudian membuang napasnya. "Setelah gue pikir-pikir, gue terima perjodohan ini."

*****

VILDEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang