Setelah selesai makan bersama, Viola, Aiden beserta kedua orangtuanya berjalan menuju ruang tamu. Keempatnya duduk disana dan mulai mengobrol dengan banyak hal. Termasuk menanyakan bagaimana kegiatan hari ini pun turut di tanyakan oleh kedua orang dewasa itu pada pasangan di depannya.
"Viola sendiri tadi gimana? Seru gak di sekolah tadi? Atau ada yang gangguin?" tanya Mama Maura pada menantunya.
Viola tersenyum tipis, "Aman kok, Ma. Sekolah Vio juga tadi lancar-lancar aja si, dan untuk ada yang gangguin atau engga itu sama sekali gak ada." jawab Viola.
Mama Maura tersenyum dan mengangguk. "Alhamdulillah kalo gitu. Mama kira tadi mungkin ada yang gangguin kamu, kayak Aiden contohnga." cetus Mama Maura melirik anaknya.
Aiden yang tengah berbicara dengan sang Papa langsung melirik mamanya sebal. Kenapa jadi dia yang kena?
Viola turut menoleh pada Aiden, kemudian kembali menatap Mama Maura. "Aiden gak ada gangguin kok, Ma. Paling yang gangguin tikus kecil yang coba gangguin Vio sama Aiden aja." ujar Viola. Aiden pun melirik perempuan itu, alisnya tampak naik pertanda bingung sekaligus heran.
Mama Maura yang paham pun mengangguk. Tangannya pun dengan mudah memukul paha putranya sehingga lelaki itu mengaduh.
"Mama ngapain sih? Aiden gak ada salah malah di pukul. Orang lagi diem juga malah di sindir." cibir Aiden kesal. Dia yang sedari tadi diam tiba-tiba di pukul, kan aneh?
"Ya, kamu salah lah. Jadi cowok tuh jangan main sekenanya aja Ai, mana sakitin perasaan mantu Mama lagi. Di kira keren kali." balas Mama Maura mencibir.
Aiden menghembuskan nafasnya, "Iya deh, siap salah." sahut Aiden mengalah. Lebih baik mengalah dari pada terus di salahkan, kan? Itu jalan pintas bagi laki-laki.
Mama Maura tak mengindahkan putranya, wanita itu justru kembali menoleh pada menantu cantiknya. "Oh ya Vi, kebetulan Mama kemarin habis dari butik terus liat-liat ada dress yang bagus buat kamu, jadi Mama ambil aja. Nanti kalo mau pulang jangan lupa bawa, ya. Mau liat?" Mama Maura bertanya.
Viola mengangguk, mengiyakan. "Boleh, Ma."
"Yaudah yuk, kita ke kamar Mama." Mama Maura pun berdiri dan mengajak menantunya ke atas dimana kamarnya berada.
Sepeninggal kedua perempuan berbeda generasi itu, Aiden pun lantas menoleh pada Papanya.
"Gimana sama perkembangan nya, Pa?" Aiden bertanya.
"Semuanya baik. Selagi ada yang ngurus disana, jadi Papa disini cukup mengawasi sekaligus memantau aja. Kamu juga kapan mau ngurus perusahaan Papa?" Papa Aiden balik bertanya. Pasalnya, anaknya itu terkesan mengundur-undur waktu. Padahal sebentar lagi sekolahnya akan selesai juga.
Aiden menghembuskan nafasnya, "Belum sekarang, Pa. Aiden masih mau selesain pendidikan dulu, kalo udah nanti aku juga bakal ngurus kok perusahaan Papa itu. Tapi bukan sekarang." balas Aiden.
Papa Aiden pun mengangguk paham, "Ya sudah kalo gitu. Papa bakal tunggu."
Aiden pun hanya balas mengangguk saja. Setelah percakapan berakhir, keduanya pun diam sampai pertanyaan tak terduga itu keluar dari bibir pria paruh baya itu yang tak lain adalah papanya hingga membuatnya tersedak.
"Ai, kapan mau kasih Papa cucu?"
***
Setelah acara kangen-kangen telah selesai, baik Viola dan Aiden pun lekas pulang. Jam yang telah menunjukkan pukul setengah enam itu membuat keduanya bergegas pulang sebelum maghrib.
Dan kini kedua pasutri itu tengah duduk di kasur tengah menonton tv di kamar dengan Viola yang tengah melipat baju-baju miliknya dan milik Aiden.
KAMU SEDANG MEMBACA
VILDEN
Teen FictionAiden Alvaro Febryan dan Viola Xaveira Axyra. Dua orang dengan sikap yang hampir sama keras kepalanya, namun harus memulai untuk menjadi dua orang yang dewasa untuk dapat mengatasi segala permasalahan yang ada. Bagaimana kisahnya? Yuk baca ceritany...