10. Sah?

448 50 55
                                    

Hai gaisss

Maaf kalo semisalnya feel nya kurang dapet atau gimana, tpi yang jelas aku udah berusaha biar kalian bisa tetap baca dengan baik

Oh ya, aku mau kasih tau kalo marga Aiden udah aku ganti jadi Dinandra bukan Bramasta lagi. Karena gimana ya, marga itu kurang cocok di nama Aiden sama Papa nya

Sekian aja ya, semoga kalian suka dengan part ini

Selamat membaca

"Mulai saat ini, setelah kata 'sah' terucap artinya kamu telah menjadi tanggung jawab ku, milik ku, dan pendamping hidup ku, seutuhnya dan selamanya."
-Aiden Alvaro Febryan-

*****

Sedari tadi Aiden berusaha menetralkan perasaan gugupnya. Untuk pertama kali, dia akan mengucapkan ijab qabul di depan semua orang baik tamu dan keluarganya. Dan mungkin, ini akan menjadi yang pertama dan terakhir kalinya untuk dirinya.

Aiden menghembuskan nafasnya dan mengusap wajahnya kasar.

"Tenang Aiden, lo pasti bisa." ujarnya menyemangati.

Meski begitu, dia tetap mondar-mandir di kamar hotel membuat para sahabatnya jengah.

"Udah deh Ai, mending lo diem. Lo gak cape apa mondar-mandir mulu? Gue yang ngeliatnya aja cape," celetuk Gerald di angguki yang lain.

Aiden menghela nafas. "Gue gugup."

Garel memutar bola matanya malas. "Ya makanya baca bismillah terus berdoa sama Allah biar di perlancar semuanya," timpal Garel.

Daren mengangguk. "Bener kata Garel, lo coba bismillah deh,"

Aiden menghembuskan nafas dan memejamkan matanya. Mulutnya terus bergumam melafazkan kata bismillah beberapa menit sebelum membuka matanya.

"Gimana? Udah rileks?" tanya Garel

Aiden mengangguk. "Lumayan."

"Bagus. Sekarang kita turun, lo bentar lagi mau ijab qabul," ujar Daren membuat jantung Aiden kembali berdegup kencang.

"Inget baca bismillah dulu. Terus jangan lupa lo coba rileks-in aja, jangan tegang-tegang," peringat Garel kepada sahabatnya, yang sebentar lagi akan menjadi adik iparnya.

Aiden hanya mengangguk simpul. Setelahnya, keempat orang itu pun menuruni tangga dan berjalan ke bawah dimana orang-orang akan menyaksikan ijab qabul dan acarnya nanti malam.

Beberapa menit kemudian, acara telah di mulai. Hari yang sangat menegangkan bagi Aiden karena harus mengucapkan kata ijab qabul.

Aiden menarik napasnya kemudian menghembuskannya secara perlahan. Laki-laki itu menjabat tangan Marsel kala pak penghulu menyuruhnya untuk menjabat tangan Marsel, Ayah Viola, yang sebentar lagi akan menjadi ayah mertuanya.

"Jangan tegang-tegang Ai, rileks aja," ujar Marsel kepada calon menantunya yang beberapa menit lagi akan menjadi menantunya.

Aiden mengangguk dan tersenyum tipis, meski hati dag-dig-dug.

VILDEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang