3. Salah Tingkah

580 66 34
                                    

Haii

Vote sama komen nya jangan lupaa yaaa

Kalau salting gigit guling aja, jangan gigit jari, oke?

Selamat membaca🙇🏻‍♀

"Biarkan aku menghilangkan rasa gelisah ku dengan cara tersenyum. Mungkin itu bisa mengalihkan perasaan ku yang sedang gundah, gelisah, dan takut."
–Viola Xaveira Axyra–

*****

Viola duduk termenung saat ucapan ayahnya kembali terngiang-ngiang di otaknya. Otaknya menyuruh dirinya menolak, namun hatinya bersuara untuk mengiyakan ucapannya.

Mengingat obrolannya kembali, Viola jadi berpikir, apakah mengiyakan atau menolak? Disisi lain, dirinya ingin menolak. Tapi disisi lain, dirinya tak tega jika menolak permintaan sang ayah.

Viola jadi bingung sendiri ingin memilih yang mana. Perasaannya jadi terombang-ambing oleh permintaan ayahnya yang meminta dirinya menerima perjodohan yang telah di rencanakan dari beberapa tahun yang lalu.

Flashback on

"Ayah mau kamu menerima perjodohan ini, nak." ucap Marsel kepada putrinya. Pagi ini, selesai mereka makan pagi, Marsel meminta Viola untuk mendatangi ruangan pribadinya.

Dan disinilah mereka, di tempat yang Marsel gunakan untuk mengerjakan pekerjaan kantor bila ada waktu senggang atau jika benar-benar sibuk.

"Tapi Viola masih sekolah, Yah." bantah Viola. Dia tak mungkin menerima permintaan itu. Ada beberapa alasan yang menjadikan Viola menolak permintaan sang ayah. Pertama, karena dia masih pelajar. Kedua, dia ingin menggapai cita-citanya. Ketiga, dia ingin menata karirnya ke depan, dan setelah itu, dia ingin membahagiakan kedua orang tua juga abangnya.

Viola tak memikirkan masalah percintaan. Karena baginya, cinta akan menjadikannya sebagai penghambatan di masa depan. Oleh karena itu, Viola membelakangi saja urusan masalah percintaannya.

Marsel menghela napas. Pria paruh baya itu mengusap surai hitam putrinya.

"Sekali aja nak. Cukup hari ini aja Ayah minta kamu turuti permintaan Ayah. Dan setelahnya, Ayah gak akan minta kamu untuk menuruti permintaan ayah lagi." pinta Marsel lagi. Kedua mata hitam legam itu menatap teduh mata sipit anaknya.

Viola diam. Ia tak tau harus menjawab seperti apa. Tapi jika memang permintaan ayahnya ini bisa membahagiakannya, maka Viola akan dengan senang hati menurutinya.

"Apa kamu mau?" tanya Marsel lagi.

"Vio pikir-pikir dulu, Yah." jawab Viola kemudian.

Marsel mengangguk. Laki-laki paruh baya tersebut tersenyum tipis. "Kamu tenang aja. Calon yang ingin di jodohkan sama kamu satu sekolah sama kamu. Dia juga sahabat abang kamu."

Viola mengernyit.

"Siapa, Yah?"

"Aiden. Dia laki-laki yang Ayah dan Papanya jodohkan dengan kamu."

Viola membuang napasnya perlahan. Gadis itu melirik ke sekelilingnya yang tampak sepi tanpa ada seorang pun selain dirinya.

Taman belakang sekolah dimana tempat ini jarang di datangi. Meski begitu, tempat ini begitu menyenangkan dan menyejukkan.

VILDEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang