12. Pindah Rumah

482 42 6
                                    

Hai haii

Absen dulu dong dari kota mana aja

Jangan lupa pencet tombol bintang terlebih dahulu

"Ucapan tak manis seperti perlakuan. Tapi lewat perlakuan yang memprioritaskan dia, sudah dapat mengartikan seperti apa hati dan perasaan ku seperti apa."
-Aiden Alvaro Fabryan-

*****

"Eunghhh."

Perlahan, mata yang sedari tadi tertutup pun mulai terbuka. Silaunya sinar cahaya membuatnya menyipitkan matanya.

Dia merasakan adanya beban di bagian perutnya. Karena penasaran, dengan pelan dia menatap ke arah bawah dan alangkah terkejutnya begitu mendapati tangan kekar seseorang.

"AAAAA!!"

Suara teriakan yang begitu menggema membuat tidur seseorang terusik. Dia mengucek matanya dan perlahan mulai membuka kelopak matanya.

"Ah, apasi? Gak usah ribut deh Vi, gue masih ngantuk." ujar Aiden masih dengan mata terpejam nya.

Viola memandang Aiden tajam. "Lo ngapain disini?! Pake peluk-peluk segala lagi. Lo pikir lo siapa?!"

Aiden berdecak kala waktu tertidur nya sedikit terganggu. Dia pun dengan terpaksa duduk dan menyender di headboard guna mengumpulkan nyawanya. Setelah sadar, Aiden menatap Viola yang masih menatapnya tajam dan tangan gadis itu yang menyilangkan di bagian dadanya. Aiden yang melihat itu memutar bola matanya.

"Ngapain di tutupin? Udah sah kali. Mau gue ngapa-ngapain lo juga gak ada yang ngelarang," ujar Aiden membuka suara.

"Hah?"

"Ck, lemot amat." Aiden berdecak. Laki-laki itu mendekati Viola yang malah membuat gadis tersebut ketakutan. Viola takut di apa-apa kan oleh lelaki di hadapan nya ini. Maka dari itu, Viola berusaha mencari perlindungan untuk melarikan diri. Viola belum sadar dengan apa yang di lakukan kemarin.

"M-mau ngapain lo? Gue aduin ke nyokap gue mau?! Biar lo di omelin sama nyokap," ujar Viola ketus guna menutupi ketakutan nya.

Aiden terkekeh pelan. Laki-laki itu turun dari ranjang dan membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan. Lelaki itu pun mengacak rambut Viola gemas dengan kelakuan perempuan itu.

"Mau lo aduin kek gimana pun mereka gak bakalan marah kali. Kita udah sah, jadi gue bebas ngapain lo," ujar Aiden berbisik di akhir kalimat.

Viola membeku. Gadis itu bungkam tak menjawab. Di tatapnya Aiden yang menatapnya menggoda.

Setelah tersadar, Viola merasakan pipinya memerah. Gadis itu memalingkan wajahnya kemudian berujar ketus. "Udah sana! Ngapain masih di sini?! Mau gue colok tuh mata?" Viola menatap Aiden tajam, laki-laki tersebut seperti menatap lapar sang mangsa ke arah dirinya. Maka dari itu, sebelum terjadi apa-apa Viola menghindari kejadian yang tak diinginkan.

Diliriknya jam yang sudah menunjukkan pukul 6 pagi, itu artinya ada waktu untuk dirinya membersihkan diri sebelum turun bergabung dengan yang lain di bawah untuk sarapan.

Viola mengambil ikat rambut dan mencepolnya asal. Gadis itu beranjak dari kasur dan mengambil baju di lemari nya. Sebelum pergi, Viola memperingati laki-laki itu untuk tak berbuat macam-macam yang di balas dengusan malas laki-laki tersebut.

*****

"Adek mu mana bang? Belum turun?" tanya Bunda Hani kala melihat sang putra sulung turun dari kamarnya dengan keadaan segar.

VILDEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang