Setelah jam pelajaran selesai, Aiden langsung bergegas menuju kelas Viola. Disana dia melihat anak kelas Xll IPA 2 belum ada yang keluar. Sembari menunggu, Aiden menatap sekitar yang terlihat anak-anak mulai berkeliaran.
Begitu kembali menoleh, Aiden dapat melihat jika guru di dalam kelad tengah bersiap keluar, dan setelah keluar barulah anak murid di kelas itu bubar dan keluar dari kelas.
Menyender di dekat pintu tepatnya di depan kelas, Aiden masih menunggu Viola untuk keluar.
Begitu melihat perempuan itu keluar bersama sahabatnya, Aiden berdiri tegak dan langsung mencekal tangan Viola.
Refleks, Viola menoleh dan mendapati Aiden yangah tengah menatapnya. Membuang muka, Viola menatap Aileen yang diam namun matanya seolah bertanya pada dirinya.
"Lo duluan aja, entar gue nyusul." ucap Viola. Aileen mengangguk, kemudian langsung pergi meninggalkan kedua sejoli di sana.
Begitu melihat Aileen pergi, kepala Viola menoleh. "Ada apa?" tanyanya langsung.
"Gue perlu bicara sama lo." kata Aiden, dan tanpa menunggu jawaban dari Viola, laki-laki itu langsung menarik Viola.
Mengikuti kemana lelaki itu, Viola hanya diam tanpa mau membantah. Dia juga tak berniat untuk membuka obrolan, selain malas Viola juga tengah dalam mood yang buruk. Jadi dia hanya diam saja.
Begitu sampai di belakang sekolah, Aiden langsung melepaskan cekalannya. Laki-laki itu berbalik dan menatap Viola. Seperti kata Garel tadi, dia perlu menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin.
Menarik napas perlahan, Aiden menatap perempuan di depannya yang sedari awal datang kesini tak ada niat untuk menatapnya. Dari cara sikap perempuan itu, sangat jelas sekali bahwa Viola enggan bertemu dengannya.
"Gue mau jelasin soal kesalahpahaman waktu itu. Tentang perempuan itu, dia Tara saudara jauh gue. Kebetulan dia pengen ketemu sama gue, dan gue terpaksa untuk datang. Pas kita ketemu pun kita cuma bahas tentang lo dan pasangan masing-masing. Gak ada hal lain, karena selain kita udah punya pasangan masing-masing jadi kita cuma ngobrol singkat." jelas Aiden. Matanya menatap Viola dengan tatapan teduh namun lembut.
"Dan untuk perihal gue bohong waktu itu, gue minta maaf. Gue gak ada niatan untuk bohong. Gue cuma takut lo cemburu, dan gue gak mau lo sakit hati. Gue sekali lagi minta maaf, maaf buat lo kecewa dan maaf buat lo marah." ungkap Aiden jujur. Laki-laki itu menatap Viola yang hanya diam.
Karena menurutnya penjelasan sudah cukup, Aiden pun terdiam sembari menatap Viola.
"Udah?" Viola buka suara. Perempuan itu menatap Aiden yang terlihat bingung dengan pertanyaannya.
"Udah. Terus apalagi?" Aiden mengernyit bingung dengan pandangan tertuju pada Viola.
Viola menggeleng. Terdiam sejenak Viola melirik Aiden. Viola ingat, tadi pagi dia tak membuat sarapan untuk Aiden karena masih kesal dengan lelaki itu.
Menarik tangan Aiden pergi, Viola langsung berbelok menuju kantin dengan Aiden di belakangnya.
Melihat meja kosong, Viola menarik Aiden duduk sementara dirinya membeli makanan untuk Aiden.
Segelas es teh dengan bakso di tangannya, Viola menuju meja dimana Aiden berada. Viola meletakkan makanannya di depan Aiden yang langsung membuat laki-laki itu menoleh.
"Kenapa buat gue?" tanya Aiden penasaran.
"Makan." Tanpa berniat menjawab, Viola memberi titahan. Sementara dirinya memainkan ponsel di tangannya tanpa berniat melirik laki-laki itu.
Menghembuskan nafasnya, Aiden pun menurutinya. Laki-laki itu memakan bakso sambil melirik Viola yang nampak tenang dengan ponselnya.
Hanya dua sendok suap, Aiden mendorong makanannya di depan Viola membuat perempuan itu melirik.
KAMU SEDANG MEMBACA
VILDEN
Teen FictionAiden Alvaro Febryan dan Viola Xaveira Axyra. Dua orang dengan sikap yang hampir sama keras kepalanya, namun harus memulai untuk menjadi dua orang yang dewasa untuk dapat mengatasi segala permasalahan yang ada. Bagaimana kisahnya? Yuk baca ceritany...