Hai!
Semoga suka sama chapter ini
Jangan lupa tinggalin jejak!
***"Segitu gampangnya lo chat-an sama dia, Den. Bahkan untuk balas pesan gue aja butuh beberapa menit." batin Viola terkekeh.
Viola meletakan ponsel miliknya di meja, kemudian menumpukan kepalanya pada lipatan tangannya. Viola menatap pemandangan luar melalui jendela, dimana dia dapat melihat orang-orang yang sedang berlalu lalang di luar sana.
Terlebih, saat ini anak-anak tim basket tengah latihan untuk kegiatan 2 minggu lagi. Hal itu semakin menambah keramaian khalayak di tribun sana. Tentunya yang lebih mendominasi adalah siswi.
"Aku pengen jadi perempuan satu-satunya di hati kamu, Den. Tapi kayaknya mustahil untuk aku dapetin hal itu. Terlebih, pernikahan kita baru berjalan beberapa minggu."
Lagi-lagi Viola hanya mampu mengucapkan dalam hati. Akhir-akhir ini pikirannya terbebani oleh perempuan yang seminggu lalu ditemui oleh Aiden saat di cafe. Keduanya begitu akrab layaknya sudah lama kenal. Dan itu, semakin menambah beban pikirannya. Terlebih, saat dia tak sengaja melihat room chatan keduanya.
"Apa dia se-begitu spesialnya di hati lo? Tere aja masih ngincer lo, dan lagi, sekarang datang perempuan lain yang bahkan lebih deket sama lo. Apa boleh gue cemburu untuk kali ini aja? Gue juga mau kayak dia, Den. Gue mau lo bisa lebih ramah lagi ke gue. Dan bukan sama perempuan itu." batin Viola.
Menghembuskan nafasnya, Viola memalingkan wajahnya. Dia mengedipkan matanya beberapa kali guna menghilangkan rasa perih pada kelopak matanya. Rasa sesak yang semakin menjalar, serta pikiran-pikiran negatif yang semakin memporak-porandakan pikiran serta hatinya.
Ting
Suara notifikasi masuk, Viola langsung melihatnya. Tertera nama Aiden disana.
Aiden
Lo dmn?Viola
KlsAiden
Gue ksna, lo tngguViola hanya membacanya, tanpa ada niatan untuk membalas. Rasanya, kali ini mood-nya sangat kacau. Terlebih saat melihat nama laki-laki itu, perasaan kesal juga marah langsung menjalar pada hatinya. Ingatannya tentang chatan itu kembali terngiang, membuat Viola berkali-kali berdecak.
"Sial banget, satu orang aja belum musnah. Sekarang udah ada aja yang ganggu." Viola mendumel.
"Lagian buat apa coba punya tampang ganteng, sih? Niat pamer, atau pansos?" Cibir Viola.
"Gak niat pamer ataupun pansos. Emang udah dari lahir dapetnya ganteng, jadi ya di terima aja. Lagian ini anugerah dari Tuhan, kan? Jadi gak boleh di sia-siain." Jawab Aiden dari arah belakang.
Suara itu mengejutkan Viola. Perempuan itu langsung mendongakkan kepalanya, dan mendapati Aiden tengah berjalan kearahnya dengan keadaan yang sudah biasa. Baju dikeluarkan, serta kancing yang dibuka. Sangat ciri khas lelaki itu.
Bagi Viola, percuma ada kancing kalau ujung-ujungnya pun tak akan di pakai.
Aiden duduk di meja sebelah Viola, mata lelaki itu memandang lamat Viola yang memperlihatkan raut kesal. Entah hal apa yang membuat istrinya itu kesal, yang jelas saat dia datang perempuan itu sudah mendumel sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
VILDEN
Teen FictionAiden Alvaro Febryan dan Viola Xaveira Axyra. Dua orang dengan sikap yang hampir sama keras kepalanya, namun harus memulai untuk menjadi dua orang yang dewasa untuk dapat mengatasi segala permasalahan yang ada. Bagaimana kisahnya? Yuk baca ceritany...