18. Makhluk Jadi-Jadian

128 19 0
                                    

Setelah selesai makan tadi, Aiden langsung mengajak Viola ke tempat kedai es krim. Laki-laki itu menunggu istrinya yang masih asik memakan es krim nya dengan cup berukuran sedang.

"Kalo makan pelan-pelan, gue juga gak minta kok." ucap Aiden mengelap sudut bibir Viola yang terdapat noda es krim dengan jari jempolnya.

Viola menyengir, gadis itu kembali melanjutkan memakan es krim kesukaannya.

"Habis ini mau kemana lagi?"

Viola menoleh kemudian terdiam, memikirkan ingin kemana lagi. Setelah beberapa saat berpikir, Viola pun langsung menggeleng. "Emm, mending habis ini kita langsung pulang aja. Lagian udah malem, besok juga masih harus sekolah. Jadi, jangan malem-malem kita tidurnya."

Aiden melirik jam di tangannya, kemudian kembali menatap Viola. "Masih jam 8. Masih ada 30 menit untuk kita kemana gitu." kata Aiden.

Viola menggeleng, "Kemaleman nanti, Ai."

"Gak lama, sayang. Bentar doang, kok." balas Aiden.

Viola mengerjapkan matanya berulang kali. Pendengarannya tidak salah kan? Aiden memanggilnya sayang?

"Ada apa? Kok diem." Aiden terheran, melihat Viola yang justru diam.

"E-enggak. Gapapa, kok." Viola menggelengkan kepalanya cepat dan langsung menundukan kepalanya menyembunyikan senyumnya yang tampak terlihat di wajahnya.

"Kalo mau senyum, senyum aja kali. Gak usah sembunyi-sembunyi gitu. Kenapa? Malu?"

Sial! Kenapa hari ini Aiden tampak berbeda? Laki-laki itu terus membuat jantungnya berdegup kencang ketika laki-laki itu menatapnya, atau karena ucapannya, atau juga hanya karena tindakannya.

"Ah, udahlah! Mending kita pergi sekarang." Viola langsung bangkit dan berjalan keluar dengan cepat meninggalkan Aiden di dalam sana.

Aiden tertawa kecil, laki-laki itu geleng-geleng kepala akan tingkah salting istrinya. Sangat lucu.

Setelah membayar es krim istrinya, Aiden langsung keluar mengejar istrinya. Laki-laki itu berjalan menuju parkiran dimana motornya berada. Tak lupa, untuk menjemput istri kesayangannya.

Saat hampir dekat, Aiden mengerutkan dahinya bingung akan siapa yang bersama istrinya. Apalagi saat dilihat-lihat, postur tubuhnya mirip seorang perempuan.

"Sayang." panggil Aiden, kemudian langsung merangkul bahu Viola.

"Kak Aiden."

Aiden langsung menolehkan kepalanya, seketika dirinya berdecak melihat siapa gerangan yang memanggilnya.

"Ngapain lo kesini?" tanya Aiden sinis pada orang itu.

Bisa kalian tebak? Yap, Tere. Adik sepupu Aiden sekaligus orang yang suka menempeli Aiden dimanapun dan kapanpun.

"Kok gitu? Ya bebas dong, ini kan umum, kak. Harusnya aku yang tanya, ngapain kakak sama dia?" tunjuk Tere pada Viola di depannya, tak lupa dengan tatapan tidak suka yang Tere tujukan pada Viola.

"Lah? Salah? Lagian dia istri gue, jadi bebas mau gue bawa dia kemana pun. Lo gak berhak nanya gitu sama gue." sahut Aiden memutar bola matanya malas.

Tere berdecak. Gadis itu menatap sinis Viola yang hanya diam di samping kakak sepupunya. Apalagi ketika netranya tak sengaja menatap tangan kakaknya tengah merangkul perempuan di hadapannya.

"Ngapain kamu di situ? Sana pergi. Kehadiran kamu tuh gak di harapin disini, jadi sana hus hus hus." Tere mengusir dengan tangan bergerak seolah mengusir.

"Dia gak berhak pergi dari sini. Dia kesini sama gue, jadi pulangnya harus sama gue. Lo gak berhak ngusir-ngusir dia. Seharusnya yang patut pergi itu lo, bukan dia." Aiden membalas dengan nada ketus. Laki-laki itu tak suka dengan adik sepupunya ini. Selain karena menurutnya caper, perempuan itu juga selalu menempelinya saat sedang acara pertemuan keluarga besar.

VILDEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang