Hari begitu terik. Matahari yang tepat di atas kepala dan hari yang begitu panas menyengat tubuh sebagian orang diluar.
Berbeda dengan anggota Lorv ini. Keempatnya justru bermain basket di tengah lapangan yang sangat menyengat-nyengatnya. Hari yang begitu panas tak diindahkan oleh mereka. Justru mereka semakin seru memainkan permainan mereka.
"Ga, lempar ke gue!" seru Gerald.
Begitu mendengar seruan Gerald, Garel lekas melempar bola basket pada lelaki itu.
Gerald dengan gesit menangkap bola tersebut, laki-laki itu membawa bola mendekati ring, namun saat dekat justru dia harus di hadang oleh Aiden.
Aiden tersenyum miring, laki-laki itu menatap Gerald yang diam. Mengambil kesempatan itu, Aiden berniat untuk mengambil bola basket yang berada di Gerald.
Gerald langsung bergerak cepat. Laki-laki itu berlari sembari memegang bolanya kemudian melempar bola basket tersebut pada ring. Dan yeah, bola itu masuk.
"YESS!" Gerald langsung berlari kearah Darel kemudian bertos pada cowok itu. Keduanya saling merangkul kemudian mendekat pada Aiden dan Garel.
Gerald dan Daren tersenyum kemenangan. Keduanya memeluk Aiden dan Garel sebagai semangat dan saling mengucap kata selamat. Lagi pula, permainan ini hanya sebatas untuk senang-senang saja.
"Selamat bro." ucap Aiden, cowok itu menepuk bahu keduanya.
"Yoi, selamat juga buat lo." balas Gerald tersenyum.
Aiden mengangguk. Sementara Garel hanya sibuk mengatur nafasnya yang tampak ngos-ngosan. Lelaki itu berdiri tegak kemudian menatap para sahabatnya.
"Gas kantin cuy! Gue butuh air."
******Kini Aiden beserta yang lain sudah berada di pinggir lapangan. Keempatnya duduk dengan sebotol air mineral di tangan mereka, tak lupa dua kancing atas yang terbuka semakin menambah kesan bad pada diri masing-masing.
Aiden duduk di pinggir lapangan dengan Garel dan Gerald disebelah kiri kanannya. Laki-laki itu meneguk air mineralnya kemudian menutupnya kembali.
"Gila panas banget cuy." ujar Gerald mengusap keningnya yang terdapat keringat. Lelaki itu menyipitkan matanya saat melihat seseorang.
"Den, Den, liat noh. Si cabe mau ke sini."
Sontak, ucapan Gerald membuat mereka semua menatap ke arah yang di tunjuk lelaki itu. Dapat mereka lihat seorang perempuan tengah berjalan kearah mereka, seorang diri dengan membawa barang di tangannya.
"Kak Aiden." panggil perempuan itu.
Aiden menghembuskan nafas lelah. Laki-laki itu tampak enggan membalas panggilan dari orang itu.
Merasa di acuhkan, perempuan itu menekukkan wajahnya kesal. Tak menyerah, perempuan itu menyerobot duduk di sebelah Aiden dengan menarik paksa Gerald yang duduk di sebelah kiri Aiden.
"Woy! Gak usah narik dong!" kesal Gerald.
Mengacuhkan ucapan itu, perempuan tersebut justru menyodorkan sapu tangan yang dibawanya pada Aiden.
"Nih, Kak. Kakak pasti panas, kan? Tere usapin ya, tenang, Tere ikhlas kok." Perempuan itu berniat mengelap keringat di pelipis Aiden, namun sayangnya lelaki itu telah bangun lebih dulu dari duduknya.
Aiden menatap tajam Tere, adik sepupunya itu. Tidak malu kah perempuan itu? Jelas-jelas disini dia sudah beristri, lalu kenapa perempuan itu masih saja ngotot menempelinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
VILDEN
JugendliteraturAiden Alvaro Febryan dan Viola Xaveira Axyra. Dua orang dengan sikap yang hampir sama keras kepalanya, namun harus memulai untuk menjadi dua orang yang dewasa untuk dapat mengatasi segala permasalahan yang ada. Bagaimana kisahnya? Yuk baca ceritany...