chapter 10

8.6K 732 11
                                    

~Happy Reading









Bara memasuki mansionnya dengan senyum manis yang merekah, hingga menciptakan lesung pipi yang menambah kadar ketampanannya.

Dari luar saja, Bara dapat mendengar suara dua gadis yang amat di sayanginya tengah bersenda gurau. Benar saja, saat menginjakkan kaki di ruang keluarga, Bara dapat melihat Sovia dan Izumi tengah menonton kartun bersama.

Sovia tampak lebih dulu menyadari keberadaanya. Seakan mengerti, adik semata wayangnya itu memberi kode pada Izumi kemudian melenggang pergi.

Melihat Bara yang sudah pulang, Izumi merasa senang. Dengan cepat gadis itu beranjak dari sofa yang sedari tadi di dudukinya, kemudian berlari menghampiri Bara yang masih berdiri di tempat.

Tanpa aba Izumi menghadiahi pelukan erat untuk Bara. Tentu saja, Bara yang mendapat perlakuan tak biasa ini membuat pipinya memerah. Tak sampai di sana, Izumi bahkan dengan berani mencium pipinya.

Cup!

Bara menegang. Seumur hidup, baru kali ini Izumi menciumnya. Meski hanya di pipi, tetapi nyatanya berefek besar pada pria itu. Bara tak tahu bagaimana cara mendefinisikan perasaannya saat ini, yang jelas Bara merasa sangat senang dan bahagia.

"Kangen~Kok pulangnya lama banget?"

Oh, cobaan apalagi ini Tuhan? Mendengar nada manja Izumi membuat Bara gemas bukan main. Dalam sehari, Izumi terus saja membuat kejutan untuknya. Ah...Bara berharap semua ini bukan mimpi.

"Izumi? Bisa lepas dulu enggak?" Tanya Bara yang tentunya membuat Izumi spontan melepaskan pelukannya dengan cemberut.

"Kenapa?! Kamu enggak suka aku peluk?" Tanya Izumi sembari bersedekap dada.

"Bukan---bukan itu maksudku, aku baru pulang dan kotor, jadi ak---" ucapan Bara terpotong karena Izumi dengan cepat menyelanya.

Melihat Bara yang tampak gelisah dan takut membuatnya salah paham membuat Izumi semakin menyukai Bara.

"Iya-iya, aku cuma bercanda kok. Hehe" ujar Izumi dengan senyum lebarnya, menampilkan deretan gigi putihnya.

Bara menghembuskan napas lega, pria itu sangat takut Izumi marah dan berujung membencinya seperti dulu. Bara tidak mau hal itu terjadi.

🥀🥀🥀

Tok! Tok! Tok!

Izumi mengetuk pintu kamar Bara dengan senyum jahilnya. Hari semakin larut dan Izumi tak tahu dirinya benar akan tinggal di mansion milik Bara atau tidak. Jadi, Izumi memutuskan untuk memastikannya.

Kriet...

Menahan napas dalam, Izumi tertegun melihat pemandangan indah di hadapannya ini. Terlihat Bara yang baru selesai mandi. Rambut pria itu masih basa dan hanya menggunakan celana tanpa atasan apapun.

Izumi dapat melihat perut six pack milik Bara, membuat Izumi menelan Saliva susah payah. Sungguh menggoda iman, pikirnya.

"Bara, aku mau pulang" ujarnya setelah tersadar akan dunia nyata.

"Pulang?" Ulang Bara dingin, membuat Izumi mengangguk kikuk. Sudah ia duga, Bara memang berniat membuatnya tinggal di mansion ini.

"Iya, ini udah malem soalnya" jelas Izumi tersenyum kaku.

Bara menatapnya tajam, sebelum berkata,

"Kamu harus tinggal serumah sama aku. Jangan lupa Izumi, kamu sendiri yang menyerahkan diri" ujar Bara tajam.

Alih-alih takut, Izumi tersenyum senang mendengarnya. Tujuannya menemui Bara memang untuk memastikan hal ini. Tentu saja, Izumi tidak menolak. Yang ada rasa senang menjalari hatinya.

"Bener ya? Mulai sekarang aku tinggi di sini? Hehe lumayan, makan gratis. Enggak perlu repot-repot bayar listrik sama air" ujar Izumi sembari menaik-turunkan alisnya.

Bara menatapnya tidak percaya. Baru kali ini pria itu melihat sisi lain dari seorang Hikaru Izumi. Namun, sedetik kemudian pria itu tersenyum hangat. Bara pikir Izumi akan memberontak karena ia memaksanya untuk tinggal di mansionnya ini.

"Yaudah, kalo gitu aku ke kamar. Good night, baby" Ujar Izumi sembari melayangkan fly kiss, Meninggalkan Bara yang tertegun mendengar ucapannya.

"Baby?" Gumam Bara dengan pipi memerah, kemudian Kembali memasuki kamarnya.

Bara rasa, malam ini akan menjadi malam panjang baginya. Berkat kelakuan Izumi pagi ini, sukses membuat pikiran Bara hanya terpokus pada gadis cantik itu.

🥀🥀🥀

"Good morning!" 

Cup!

Bara menegang, saat merasakan benda kenyal dan dingin itu mendarat di pipinya.

Bara melupakan fakta bahwa Izumi kini tinggal bersamanya. Bara lupa kini Izumi tak lagi membencinya, Bara kira semua itu hanya mimpi indah yang singgah sekejap mata.

"Dunia berasa milik berdua, Aku mah ngontrak!" Cibir Sovia sinis saat menyaksikan pemandangan manis itu.

Izumi tersenyum kuda, sementara Bara berdehem canggung. Pria itu masih belum terbiasa dengan perubahan besar Izumi padanya.

Izumi mendudukkan dirinya di sebelah Bara. Saat ini mereka tengah berada di ruang makan. Meja makan sebesar ini hanya di isi oleh mereka bertiga.

"Kalian kapan nikah? Hihi aku udah enggak sabar mau punya ponakan ucul-ucul" ujar Sovia sembari tersenyum senang, mulai membayangkan hal yang tidak-tidak.

"Tahu nih Bara. Kapan nih lamarannya?" Tanya Izumi ikut menimpali.

"Uhuk-uhuk!"

Bara terbatuk hebat mendengar ucapan dua gadis ini. Apalagi melihat tanggapan Izumi, gadis itu sangat santai membahas perihal pernikahan yang bahkan tak pernah terlintas di benaknya.

Jika di tanya bersedia atau tidak, tentu saja saja Bara sangat bersedia. Hanya saja, mengingat perlakuan Izumi dulu membuatnya tidak yakin untuk melakukanya.  

"Hati-hati dong! Kelihatan banget enggak sabar mau nikah ya? Hahaha" ujar Izumi sembari menyodorkan segelas air putih.

"Kak Bara gimana sih? Lihat tuh, kak Izumi minta di halalin"

Bara diam, tak menanggapi ucapan Sovia, Sementara Izumi tertawa senang melihat ekspresi malu dan terkekan Bara.

Pria psikopat itu sama sekali tak berkutik jika berada di hadapannya ataupun Sovia.

I'm yours ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang