chapter 7

8.7K 741 2
                                    

~Happy Reading









"Huek!!"

Pagi ini tak terhitung sudah berapa kali Izumi memuntahkan isi perutnya.

Kemarin, terpaksa Izumi harus bertahan dengan bau amis itu. Izumi tidak dapat keluar dari sana sebelum Bara pergi lebih dulu, jadi Izumi harus menyaksikan pembunuhan nyata di depan matanya dengan jarak yang begitu dekat.

Izumi kira dirinya akan baik-baik saja, namun nyatanya semua itu berefek pada perut juga nafsu makannya.

Izumi tidak sanggup mengonsumsi apapun, bahkan meneguk air pun rasanya sangat sulit. Rasa mual menguasai dirinya saat terbayang penyiksaan Bara pada korbannya kemarin.

Izumi melirik jam yang berada di atas nakas, kini menunjukkan pukul 08.25----itu artinya ia harus segera berangkat ke restoran nya.

Ya, walau sebenarnya Izumi sangat malas pergi dengan keadaan super lemas seperti ini, mau tidak mau ia harus datang mengingat kemarin dirinya main pergi saja meninggalkan Galen yang memanggil-manggil namanya.

🥀🥀🥀

Izumi memasuki Restoran miliknya dengan langkah gontai. Izumi tidak perduli walau para pekerja serta pengunjung Restoran menatap aneh padanya. Tentu saja, mereka tidak tahu apa yang ia alami kemarin. Orang normal pasti akan berprilaku sama dengannya jika melihat kegiatan mengerikan Bara tepat di depan mata.

BRUK!!

Oh...bagus sekali. mood Izumi sudah buruk sejak pagi dan kini kesialan malah datang dengan percaya diri.

Tak dapat di cegah, Izumi berdecak kesal saat mendapati gaun kesayanganya basah terkena noda dari jus buah. Gadis itu dengan kesal mengangkat wajahnya, berniat memarahi sosok yang dengan ceroboh menabraknya.

"Eh, Lo kalo jalan pa--"

Belum sempat Izumi menyelesaikan ucapannya, melihat sosok yang tengah berdiri di depannya saat ini mampu membuatnya bungkam.

Kini terlihat seorang gadis cantik dengan Surai coklat panjangnya. Iris violet itu menatapnya takut seolah dirinya sangat menyeramkan. Wajah cantik itu membuat Izumi tertegun. Bukan---bukan karena rupanya yang menawan, tetapi karena wajah ini sangat mirip dengan Bara!

"Ma--maaf kak, aku enggak sengaja"

Izumi mengabaikan ucapan gadis mungil di hadapanya ini. Sekarang Izumi mengingatnya. Sosok yang ada di hadapanya ini adalah adik kandung Bara----adik satu-satunya.

"Siapa ya namanya? Kalo enggak salah So---Sovia Dirgantara! Ya! Sovia" Batin Izumi sembari menampilkan senyum ramahnya.

Tadinya Izumi memang berniat memarahi sosok yang membuat moodnya semakin hancur, namun jika sosok itu adalah 'calon' adik iparnya, mana mungkin ia melakukanya?

"Enggak papa kok, ini salah aku juga karena kurang hati-hati" ujar Izumi lembut setalah cukup lama terdiam.

Sementara itu, Sovia menghela napas lega mendapati Izumi yang tersenyum lembut padanya. Padahal, beberapa menit yang lalu Sovia yakin melihat orang yang di tabraknya ini sangat jengkel dan mungkin akan memarahinya di depan banyak pengunjung restoran.

"Masuk yuk, kita ngobrol sebentar?" Ajak Izumi dengan nada sok akrabnya.

Sovia tak menjawab, gadis bersurai coklat itu mengangguk dan membiarkan Izumi menggiringnya mendekati salah satu meja yang kosong. Mereka pun memutuskan untuk duduk di sana.

"Kamu Sovia Dirgantara kan?" Tanya Izumi to the point.

"Loh? Kakak tahu dari mana?" Tanya Sovia kaget. Tentu saja, rasanya baru kali ini ia berjumpa dengan sosok cantik seperti Izumi.

"Hahaha tahu dong, aku kan pacarnya kakakmu"

Diam-diam Izumi meringis pelan. Ia baru saja mengucapkan kebohongan.  Hanya saja, Izumi terpaksa melakukanya. Izumi menginginkan dukungan Sovia.

Izumi mengingat Sovia sangat mendambakan sosok kakak perempuan. Sayangnya, saudara yang Sovia miliki hanya Bara seorang.

Sedangkan kedua orangtuanya sudah meninggal sejak mereka kecil. Jadi, mustahil bukan baginya memiliki sosok Kakak perempuan?

Sebab itu, Sovia sangat sering memaksa Bara untuk segera mencari kekasih atau mungkin pasangan hidup. Namun, Bara tetaplah Bara.

Dokter tampan itu sangat menyayangi Sovia---keluarga satu-satunya. Apapun keinginan sang adik, pasti akan selalu di turutinya. Walau ia menjabat gelar psikopat sekalipun, nyatanya Bara sangat menyayangi Sovia.

Itulah penyebab Bara menculik Izumi, karena ingin mengabulkan permintaan adik kecilnya yang terus merajuk.

Hanya saja, Izumi di masa lalu terlalu membenci Bara, hingga ikut membenci Sovia. Bukannya menjadi kakak perempuan yang di impikan gadis remaja itu, Izumi malah menjadi Mala petaka bagi kakak beradik tersebut.

kini Izumi menyesal. Izumi tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Kali ini, Izumi akan mengabulkan keinginan terbesar Sovia---menjadi sosok kakak perempuan impiannya.

"Ha?! Yang bener kak?!"

Sovia terlalu bersemangat hingga lupa di mana ia berada saat ini. Sedetik kemudian, gadis cantik itu membekap mulutnya, merasa malu karena pengunjung restoran kini menatap heran kearah mereka.

Izumi tersenyum lembut melihatnya. Sovia sangat antusias, walau apa yang ia katakan barusan hanyalah omong kosong belaka.

"Iya dong, kalo enggak percaya tanya aja sama Bara. Bilang, pacarnya yang paling cantik ini kangen" ucap Izumi sembari terkekeh geli.

Sovia mengangguk antusias menanggapinya. Ia merasa sangat senang sekarang, karena apa yang ia impikan sejak lama akan terwujud sebentar lagi.

"Nama kakak siapa?"

"Hikaru Izumi. Panggil aja kak Izumi ya, calon adik ipar ku tercinta~"

I'm yours ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang