chapter 3

11.5K 929 16
                                    

~Happy Reading






Izumi menatap kosong pada padatnya ibu kota dari balkon apartemennya. Gadis itu termenung dengan ekspresi tak terbaca.

2 Minggu telah berlalu pasca operasi tiroidnya. Namun, Bara sama sekali tak melakukan apapun padanya. Bahkan, pria itu sama sekali tak menunjukkan batang hidungnya.

Izumi mengacak Surai pirang panjangnya itu frustasi. Izumi tak mengerti apa yang terjadi. Izumi tak mengerti kenapa Bara seakan menghindarinya.

1 Minggu yang lalu, Izumi berusaha menemui Bara. Tetapi, pria itu sulit sekali untuk di temui. Asisten Bara selalu saja mengatakan hal Yang sama setiap kali Izumi datang mencari pria itu.

Oh sial, Izumi jengkel sekali rasanya. Dulu, bahkan Izumi tak perlu repot-repot bolak-balik demi menemui Bara. Namun sekarang? Hanya untuk bertatap muka saja rasanya sukar sekali.

Izumi menghela napas panjang.  Gadis itu berusaha bersabar dengan perubahan Bara padanya. Izumi memang tak tahu sebenarnya apa yang terjadi pada pria itu, karena itu Izumi akan terus mencari Bara.

Izumi tidak akan menyerah begitu saja. Ia tidak akan melewatkan Bara seperti dulu. Izumi sudah bertekad akan mendapatkan Bara bagaimana pun caranya.

Kini Izumi percaya dengan apa itu 'karma'. Dulu ia selalu mengabaikan Bara juga menyia-nyiakannya. Dan lihat sekarang? Hanya di abaikan pria itu saja rasanya sungguh menyesakkan. Sekarang Izumi mengerti bagaimana perasaan Bara dulu karena ulahnya.

Tak tahan dengan perasaan jengkel ini, Izumi memutuskan masuk ke dalam kamarnya, Kemudian menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal. Gadis itu akan tidur sekarang, Izumi berencana untuk menemui Bara di mansionnya subuh besok.

🥀🥀🥀

Izumi menatap pagar hitam yang menjulang tinggi di hadapannya dengan raut harap-harap cemas.

Izumi takut, para bodyguard bertubuh besar itu tak memperbolehkannya masuk, mengingat ini adalah kali pertama dirinya berkunjung selepas mengulang masa lalu.

Menarik napas dalam-dalam, kemudian membuangnya perlahan. Hal itu terus di lakukan berulang-ulang oleh Izumi, berharap dengan itu dapat mengurangi sedikit kecemasannya.

"Maaf, nona ada perlu apa?" Tanya salah satu bodyguard dengan wajah sangar mengerikan itu. Seperti yang telah Izumi duga sebelumnya, mereka pasti akan mengintrogasi dirinya.

"Gini pak, saya mau ketemu Bara" jawab Izumi dengan senyum manis palsunya.

Terlihat dua bodyguard itu saling pandang. Kemudian, kembali bertanya.

"Apa sudah buat janji sebelumnya?"

Oh...Izumi memaki dalam hati. Ingin bertemu Bara saja sulit sekali? Apa? Memangnya harus sekali membuat janji? Izumi kira Bara adalah sosok pengusaha besar yang super sibuk.

"Sudah, pak" jawab Izumi cepat. Tentu saja, gadis itu berbohong. Janji apanya? Ketemu saja belum sempat.

"Oh begitu. Yasudah, silahkan nona ikuti dia" ujar bodyguard itu sembari menunjuk salah satu rekan kerjanya dengan dagu.

Setelah mengucapkan terimakasih, Izumi pun mengikuti langkah tegap bodyguard yang kini berjalan di depannya, Memandu jalan. Sebenarnya tak berguna, karena Izumi sudah sangat hapal seluk-beluk mansion besar ini. Bahkan, sampai ke akar-akarnya Izumi mengetahuinya.

"Nona bisa menunggu di sini sampai tuan tiba"

Izumi menganggukkan kepalanya paham mendengar ucapan Bodyguard itu. Setelah kepergian bodyguard yang tak Izumi ketahui siapa namanya, Gadis itu mengedarkan pandangannya, mengamati setiap sudut ruang tamu mewah yang sangat familiar baginya.

Ha...rasanya Izumi benar-benar merindukan mansion ini. Dulu Izumi memang membenci tempat ini, bahkan pernah menganggap mansion mewah ini bak neraka karena membenci Bara. Namun sekarang? Izumi akan dengan senang hati tinggal di sini jika di perbolehkan.

Nyatanya, walau sudah cukup lama mengenal Bara di kehidupan lalu, Izumi tak terlalu mengetahui tentang kehidupan pribadi pria itu. Tentu saja, Izumi yang dulu sangat acuh pada Bara.

Izumi hanya tahu Bara seorang dokter di rumah sakit terbesar ibu kota. Selain itu, Bara juga seniornya di universitas.

Ya, hanya itu saja. Selebihnya Izumi tak tahu apa-apa. Sebab itulah, terkadang Izumi tak mengerti mengapa Bara bisa sekaya ini? Jika hanya seorang dokter biasa, tak lazim rasanya memiliki kekayaan yang hampir sama dengan miliarder atau bahkan lebih.

Berusaha tak perduli oleh kekayaan Bara yang tak terhitung jumlahnya, Izumi kembali mengedarkan pandangannya. Hingga, terdengarlah suara bariton yang amat sangat di rindukannya.

"Ada perlu apa kamu ke sini?"

Mendengar suara dingin dan datar Bara, Izumi sempat terkejut beberapa saat. Hingga, akhirnya kembali pada kenyataan yang ada di depannya.

Ternyata, Bara memang berubah. Tidak hanya menghindarinya, tetapi juga kini bersikap dingin dan menatapnya datar seolah muak dan tak minat. Sudah beribu kali Izumi bertanya dalam hati, mengapa Bara begini? Namun tak pernah mendapat jawaban yang memuaskan.

Rasanya sesak dan menyakitkan. Rasa rindu, menyesal, dan marah karena perlakuan dingin Bara bercampur aduk Izumi rasakan. Pria itu bahkan berdiri beberapa meter dari tempatnya duduk saat ini, seakan menjaga jarak.

Izumi berdiri dari duduknya. Gadis itu merasakan jantungnya berdebar kencang dengan gila. Tak sampai di situ, matanya pun ikut memanas. Tanpa di duga ternyata kakinya melangkah dengan sendirinya.

Tidak! Nyatanya Izumi tidak melangkah, tetapi berlari. Ya, berlari cepat menerjang Bara yang berdiri tegap di hadapannya ini dengan pelukan erat.

Izumi dapat merasakannya, tubuh Bara menegang karena ulahnya. Masa bodoh, Izumi tidak perduli. Gadis itu semakin mempererat pelukannya dengan Isak tangis yang tak dapat di cegah. Izumi sangat merindukan Bara, sangat.

"I--izumi, apa yang kamu lakukan?" Tanya Bara dengan suara bergetar.

Tentu saja, Bara kaget dengan Izumi yang seperti ini. Tiba-tiba datang berkunjung kemansionya tanpa memberi kabar, kemudian yang paling mengejutkan adalah memeluknya dengan Isak tangis yang memilukan.

"Bara, I love you"

Gagal. Ya, Bara gagal melepaskan pelukan erat Izumi padanya. Sebenarnya, pria tampan itu berniat melepaskan pelukan Izumi karena takut kembali jatuh dalam pesona gadis cantik itu.

Namun, Bara tak menyangka dirinya terlalu lemah. Hanya mendengar ucapan itu saja sudah mampu membuat pertahanannya hancur tak tersisa.

Ya, bagaimana tidak? Bara sudah sangat lama menantikan Izumi akan mengucapkan kalimat itu. Bahkan jika Izumi hanya berbohong padanya.




I'm yours ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang