chapter 24

5.6K 466 16
                                    

~Happy Reading



















"APA LO BILANG?! ANJING! KOK BARU KASIH TAHU GUE SEKARANG SIH?!"

Levi berteriak marah. wajah pria itu memerah menahan amarahnya, Sementara sosok yang menjadi bahan amukannya hanya dapat menundukkan kepala takut.

"Keluar kalo Lo masih mau idup" Perintah Levi lagi. Dengan cepat anak buahnya itu melangkah pergi meninggalkan ruang kerja bosnya setelah membukuk hormat.

Rasanya kepala Levi berdenyut sakit. Bukan hanya pikirannya yang kacau, tetapi juga hatinya. Baru saja ia mengetahui ternyata Sovia tengah mengandung anaknya dan telah berusia Enam bulan.

Maksudnya, bagaimana bisa ia tidak mengetahui hal penting seperti ini? Padahal ia telah menempatkan banyak mata-mata untuk mengawasi wanita itu. Apa memang penjagaan yang Bara tempatkan sangat ketat hingga anak buahnya tak mengetahui hal ini? Atau memang bawahannya yang tidak becus? Entahlah, memikirkannya semakin membuat Levi pusing tujuh keliling.

Pantas saja selama beberapa bulan belakangan ia sering mengalami hal-hal aneh. Misalnya seperti ingin makan mangga muda di tengah malam, seblak, bakso dan lain sebagainya. Bodohnya ia tidak menyadari kemungkinan lain dari hal-hal aneh yang tiba-tiba saja menimpanya berbulan-bulan.

Hanya saja, Levi merasa menyesal ketika mengingat kembali kata-kata kejamnya pada Sovia. Levi menyesal karena menyuruh Sovia mengugurkan kandunganya, walau wanita itu tidak menuruti keinginannya Levi merasa terganggu.

Mengetahui usia kandungan Sovia, tiba-tiba saja ia berubah pikiran. Levi menginginkan anak itu. Levi ingin menjaganya, ingin menggendongnya, memberinya kasih sayang. Levi benar-benar menginginkan anak yang tengah di kandung Sovia menjadi anaknya. Ia ingin nanti setelah besar, kandungan yang ada di dalam perut Sovia memanggilnya 'papa'.

Tapi bukan hanya itu. Levi tidak hanya menginginkan anaknya, tetapi juga Sovia. Ibu dari anaknya. Sekarang sepenuhnya Levi menyadari bahwasanya ia telah jatuh dalam pesona seorang Sovia Dirgantara.

Levi tak tahu pasti kapan ia menyukai bahkan mencintai wanita itu. Seingatnya, beberapa bulan yang lalu ia masih uring-uringan karena pernikahan Izumi dan Bara. Tetapi entah mengapa tiba-tiba saja ia melupakan hal itu dan mulai memikirkan wanita lain-----Sovia.

Sekarang Levi bingung harus berbuat apa. Ingin sekali rasanya ia memperbaiki hubungannya dan Sovia, tetapi ia sadar bahwa dari awal ia bahkan tidak pernah memulai hubungan apapun dengan wanita itu.  Ingin sekali rasanya Levi berlari dan memeluk Sovia, tetapi ia takut Sovia akan menolaknya.

Terakhir kali mereka bertemu, Sovia bahkan menatapnya benci dan jijik. Lantas apa yang harus ia lakukan? Ia tidak pernah merasa segila ini karena seorang wanita, bahkan dengan Izumi sekalipun.

🥀🥀🥀

Izumi menuruni tangga dengan senyum mengembang. Wanita hamil itu merasa sangat senang melihat keputusasaan Bara. Beberapa hari belakangan ini mereka tidur di ruangan terpisah.

Tidak---sebenarnya ini adalah kemauan Izumi seorang. Wanita itu tidak perduli dengan teriakan Bara dari luar kamar yang tidak ingin berpisah ranjang dengannya.

"Izumi?"

Seketika senyum Izumi memudar, wanita itu menatap datar Bara yang juga tengah menatapnya memohon.

"Lepas!" Pinta Izumi sembari berusaha melepaskan cekalan Bara, tetapi sama sekali tak berpengaruh apa-apa karena perbedaan kekuatan mereka.

"Enggak! Aku enggak akan lepasin sebelum kamu maafin aku" ucap Bara yang seketika membuat Izumi terkekeh sinis.

"Maafin kamu bilang? Kamu gila? Mana bisa aku maafin kamu begitu aja. Sampai mati pun aku enggak akan pernah bisa maafin kamu! Keputusan ku untuk pisah sama kamu udah bulat, jadi jangan banyak bacot!"

Bara menggeleng kuat, pria itu bahkan telah meneteskan air matanya setelah mendengar kata 'pisah' yang keluar dari bibir Izumi.

"Please, aku enggak mau pisah sama kamu sayang. Hiks...tolong bilang, apa yang harus aku lakuin supaya kamu enggak minta pisah? Please"

Bara menangis tersedu-sedu sembari berlutut di hadapan Izumi. Melihat bertapa menyedihkannya Bara, sebenarnya Izumi tidak tega. Tetapi ketika mengingat kembali perlakuan dingin Bara selama enam bulan mampu membuatnya menepis segala rasa kasihannya. Maka dari itu, Izumi memilih melanjutkan dramanya.

"Apapun itu?" Tanya Izumi memastikan. Bara yang mulanya menunduk seketika mendongakkan kepalanya dengan tatapan penuh harapan.

"Iya! Apapun itu bakal aku lakuin supaya kamu maafin aku!" Jawabnya yakin.

Sesaat Izumi tersenyum jahat sebelum berkata,

"Aku enggak mau menghirup udara yang sama dengan wanita 'selingkuhan' kamu itu. Jadi, kamu tahu kan apa maksudku?" Tanya Izumi dengan senyum manisnya.

Bara termenung beberapa saat, tampak berfikir sebelum ikut tersenyum lebar. Saking pusingnya karena kemarahan Izumi, ia sampai melupakan penyebab utama sang istri tercinta salah paham dengannya. Jika permintaan Izumi semudah ini, bagaimana mungkin Bara mengabaikannya?

🥀🥀🥀

Terlihat wanita bersurai coklat panjang itu mengelus sayang perut besarnya. Sovia meneteskan air matanya setiap mengingat ada sebuah nyawa di dalam kandungannya.

Tidak pernah terbayang di benaknya dirinya akan menjadi seorang ibu di usia terbilang muda. Apalagi tanpa seorang suami di sisinya. Seorang suami yang akan menjaga, mengasihi, menyayangi, dan mencintainya serta buah hati mereka. Tapi apa yang bisa ia harapkan dari ayah anaknya ini? Levi bahkan memerintahkan untuk mengugurkan kandungannya.

Tetapi bukan itu yang membuat Sovia menangis. Sovia sama sekali tak bersedih apalagi berkecil hati meski hamil sebelum menikah. Yang Sovia rasakan hanya ada rasa hati senang membuncah. Saking senangnya bahkan ia meneskan air Mata.

Ini adalah rahasia yang Sovia tutupi rapat-rapat sejak kecil. Rahasia yang hanya di ketahui oleh almarhum ibunya. Tidak---tidak ada yang mengetahui bahwa sebenarnya ia memiliki obsesi besar terhadap bayi dan masa kehamilan. Sama seperti sang ibu yang memiliki kegilaan serupa.

Tidak ada yang mengetahui hal itu. Sang ayah merupakan psikopat yang haus akan darah dan jeritan korbannya, sementara sang ibu terobsesi pada anak bayi dan masa kehamilan. Ini adalah rahasia besar keluarga terpandang dengan marga 'Dirgantata'.

Sayangnya, Bara tidak mengetahui kegilaan sang adik. Ia hanya tahu dirinya yang mewarisi kegilaan sang ayah. Sovia benar-benar pintar menutupi jati dirinya yang sebenarnya.

Levi sempat berfikir bahwa dengan mengambil mahkota Sovia akan membuat keluarga mereka terguncang. Ya, tidak sepenuhnya salah. Tetapi hal itu nyatanya tidak berefek terlalu lama. Sovia bahkan sangat berterimakasih pada Levi karena telah menanamkan bibit unggul di rahimnya. 










I'm yours ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang