chapter 19

6K 469 4
                                    

~Happy Reading













"Gue mau Lo awasin dia 24 jam" perintah Levi pada anak buahnya. Pria bersurai merah muda itu menyodorkan foto seorang gadis cantik bersurai coklat panjang dengan iris violetnya.

Entah mengapa, setelah kejadian 'malam itu', Levi selalu memikirkan Sovia. Tak jarang Levi bertanya-tanya, apa penyebab dirinya selalu memimpikan Sovia. Apa benar ia hanya cemas adik Bara itu akan benar-benar mengandung anaknya? Atau karena alasan lain? Entahlah, Levi pun bingung dengan perasaannya sendiri.

Menggelengkan kepalanya, Levi tertawa bak orang gila. Pria itu menyangkal. Mana mungkin ia menyukai bocah ingusan seperti Sovia yang bahkan masih SMA? Sangat mustahil! Ia hanya menyukai dan mencintai Izumi. Ya, hanya Izumi, pikirnya.

Tak jarang Levi merutuki kebodohannya yang sempat lalai karena lupa menggunakan pengaman. Bisa gawat jika Sovia mengandung anaknya. Jika wanita itu benar-benar hamil, Levi tidak akan menyangkal bahwa anak itu memang benar darah dagingnya. Sebab, ia tahu itu adalah pengalaman pertama Sovia.

Tapi tetap saja, Levi tidak akan membiarkan Sovia melahirkan anaknya. Pria itu bahkan mulai merencanakan hal jahat. Ia sengaja menempatkan mata-mata untuk mengawasi Sovia. Jika benar wanita itu hamil, maka ia akan datang dan memerintahkan Sovia untuk mengugurkan kandunganya. Hanya Izumi yang boleh melahirkan penerus keluarganya!

🥀🥀🥀

Hari ini adalah hari bahagia bagi Bara. Senyum manis merekah tak pernah pudar dari wajah rupawanya. Pria itu terlihat semakin tampan dengan balutan jas hitamnya.

Rasanya benar-benar mendebarkan. Di sisi lain Bara merasa senang, di sisi lain ia juga merasa gugup karena ini adalah hari pernikahannya dengan Izumi. Sosok gadis yang berhasil menempati posisi khusus di hatinya.

Tak lama setelahnya terlihatlah sosok cantik Izumi dengan balutan gaun putihnya. Gadis itu tampak tampil berbeda dari biasanya atau mungkin itu hanya perasaan Bara saja. Bagi Bara, penampilan Izumi saat ini ialah tampilan terbaik yang pernah di lihatnya. Tentu saja, karena gadis itu menggunakan gaun pengantin pernikahan mereka. Hal yang dulu hanya menjadi angan-angannya belaka.

Sementara itu di tempat lain...

Dengan napas tak beraturan Levi memasuki gedung hotel tempat berlangsungnya pernikahan Izumi dan Bara. Ternyata mereka mengadakan acara pernikahan di hotel saingannya.

Tidak banyak tamu undangan yang hadir. Bahkan, Levi sendiri sebenarnya tidak di undang tetapi pria itu nekat datang ketika mendengar kabar pernikahan Izumi dan Bara.

Levi tidak rela. Meski tahu Izumi tak mungkin dapat ia gapai Kembali, ia tidak ingin mereka bersenang-senang di atas penderitaannya.

kedatangan Levi ke acara pernikahan mewah ini adalah untuk mengacaukan keadaan. Meski tahu mereka akan tetap menikah dan hidup bahagia, setidaknya Levi ingin mengacaukan hari bahagia pasangan pengantin itu. Miris.

Seakan melupakan tujuan awalnya, Levi menatap sosok cantik bersurai coklat panjang itu----Sovia, tengah menatap acara pernikahan kakaknya dengan senyum cerah bahagia.

Semua orang tengah terfokus dengan acara pernikahan Izumi dan Bara, hingga tidak menyadari Levi yang tengah berjalan tergesa-gesa menghampiri wanita yang selalu menganggu pikirannya.

"Eh? Kamu?!"

Sovia tersentak kaget saat merasakan pergelangan tangannya di tarik paksa seseorang. Matanya membulat kaget saat mengetahui siapa sosok yang tengah menganggunya.

Tidak ingin mengacaukan hari bahagia sang kakak tercinta, Sovia memilih pasrah mengikuti langkah Levi yang terus menarik lengannya sedikit kasar.

Dalam hati Sovia terus berdoa agar Levi tidak kembali melakukan hal bejad padanya. Apalagi ternyata pria itu membawanya ke sebuah kamar hotel, jantung Sovia semakin berpacu cepat.

Brak!!

Pintu di tutup keras oleh Levi, membuat Sovia tersentak kaget. Mencari aman, Sovia melangkahkan kakinya mundur, sedikit menciptakan jarak dengan sosok pria yang telah merenggut mahkotanya beberapa waktu lalu.

"Apa lagi mau kamu?!" Tanya Sovia tidak bersahabat. Gadis itu menatap nyalang Levi walau sebenarnya merasa takut.

"Lo Hamil?"

Sovia menegang mendengar pertanyaan yang di layangkan pria tampan di hadapannya itu. Tapi tidak bertahan lama hingga tubuhnya kembali rileks seperti sedia kala.

"Apa urusannya sama kamu?" Sovia balik bertanya, sembari bersedekap dada. Seketika rasa takut yang sebelumnya meluap begitu saja.

"Gugurin! Gue enggak bakal pernah tanggung jawab, asal Lo tahu!" Perintah Levi bak seorang raja yang tak ingin di bantah. "Lo enggak pantes lahirin anak gue! Cuma Izumi! Cuma Izumi yang pantes! Paham Lo?!" Lanjutnya lagi.

Kemudian berlanjut, Levi membeberkan semuanya---perihal dirinya adalah mantan Izumi dan tak lupa menuduh Bara merebut calon pendampingnya.

Sovia tidak marah meski tahu Izumi ternyata adalah mantan kekasih pria bernama Levi ini. Yang ada Sovia merasa semakin membenci Levi dan bersyukur kakak iparnya tidak berakhir bersama bajingan brengsek seperti Levi.

"Kalo enggak mau aku mengandung dan melahirkan anak kamu, terus kenapa kamu malah melakukan hal itu ke aku?" Tanya Sovia menatap tidak mengerti Levi. Sovia rasa pria dihadapannya ini memang sudah gila.

"Lagi pula, aku enggak pernah minta kamu untuk tanggung jawab. Toh, tujuan kamu melakukan itu memang untuk menganggu keluargaku kan?. Selamat ya, tujuan kamu itu berhasil. Makasih, Berkat kamu masa depanku jadi suram. Jadi, aku minta tolongggg banget----jangan pernah muncul di hadapan aku lagi? Bisa kan?"

Tanpa ingin repot-repot menunggu jawaban Levi yang terdiam mencerna penjelasan panjangnya, Sovia membuka pintu dan segera melenggang pergi. Meninggalkan Levi yang menatap kepergiannya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Akh!!!! Bangsat!!" Teriak Levi setelahnya. Pria itu merasa kesal, tapi tak tahu karena apa. ucapan Sovia benar-benar menganggunya, tapi Levi tidak ingin merasa bersalah apalagi menaruh rasa pada adik musuhnya.




I'm yours ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang