chapter 9

8.5K 736 12
                                    

~Happy Reading







Bara pov on

Aku menatap Izumi yang duduk di hadapanku tidak mengerti. Aku ingat betul, beberapa bulan yang lalu Izumi memakiku dan berkata untuk menjauhinya.

Biasanya, aku enggak akan ambil pusing dengan ucapannya. Tapi beda halnya dengan waktu itu, karena Izumi bilang dia sangat menyukai Levi.

Mendengarnya, aku berniat menyerah. Melihat Izumi menatap penuh cinta pada Levi benar-benar membuatku marah. Akibatnya, semalaman aku melampiaskan itu semua dengan membunuh banyak orang.

Aku berniat untuk berhenti menyukai Izumi, tetapi ternyata aku tidak sanggup. Terlintas di benakku untuk menyingkirkan Levi agar Izumi hanya menatap kearahku. Jadi, aku memutuskan untuk lebih bersabar hingga waktu itu tiba.

Tapi apa ini? Seminggu ini, Izumi terlihat aneh. Gadis itu selalu menghampiriku, bahkan saat tiba-tiba berkunjung kemansionku Rasanya benar-benar seperti mimpi, apalagi saat Izumi tiba-tiba memeluk dan mengatakan ia mencintaiku.

Haruskah aku percaya dengan ucapanya? Aku merasa ini terlalu mengejutkan. Bagaimana bisa seseorang berubah hanya dalam hitungan hari? Tapi tak di pungkiri aku sangat senang. Ini adalah impian ku sejak lama.

"Kamu, aku maunya kamu Bara" ujar Izumi dengan air mata yang tiba-tiba saja menetes dari pelupuk mata indahnya.

Aku tidak tega melihatnya menangis. Rasanya aku ingin menghampiri dan memeluknya erat, tetapi tidak aku lakukan. Aku masih menantikan apa yang akan Izumi katakan.

"Mungkin kamu enggak bisa percaya gitu aja. Tapi aku serius Bar. Aku sadar kalo ternyata aku suka kamu"

Aku masih diam dengan tangan terkepal kuat. Rasanya sebentar lagi pertahananku akan hancur jika ia kembali mengucapkan kalimat-kalimat yang sangat aku impikan itu.

"Tentang Levi, kamu tenang aja. Aku udah putus sama dia" ujarnya lagi dengan yakin.

"Izumi, kamu sadar dengan apa yang kamu ucapkan?" Tanya ku memastikan sekali lagi. Takut-takut Izumi sedang ngelantur.

"Sadar! Sangat-sangat sadar!"

Detik itu juga, aku beranjak dari dudukku. Menghampiri Izumi yang masih terduduk dengan air mata yang mengalir deras. Izumi mendongak menatapku dengan ekspresi senduhnya.

"Kalo gitu jangan nyesel. Kamu sendiri yang nyerahin diri, Karena itu aku enggak akan sungkan" ucapku kemudian meraih tubuh langsingnya, menggendongnya seperti anak koala.

Di luar dugaanku, Izumi hanya diam. Aku enggak bisa lihat ekspresinya, karena posisi kami saat ini. Aku juga enggak perduli dengan berbagai macam tatapan orang-orang di rumah sakit karena aku menggendong Izumi dengan tergesa-gesa seperti ini.

Setelah sampai parkiran, aku mendudukkan Izumi dengan hati-hati di kursi samping pengemudi. Ku pasangkan sabuk pengaman padanya. Aku tersenyum saat mendapati Izumi tertidur nyenyak dengan sisa-sisa air matanya.

🥀🥀🥀

Setelah membelah padatnya jalan ibu kota, akhirnya kami tiba di mansionku. Ku lirik Izumi yang berada di sampingku, ternyata gadisku ini masih tertidur pulas.

"Siapkan kamar, mulai saat ini Izumi akan tinggal di sini" perintahku pada kepala pelayan.

"Baik, tuan"

Sembari menunggu pelayan menyiapkan kamar untuk Izumiku, aku memutuskan untuk membiarkan Izumi tidur di kamar ku. Tenang saja, aku tidak segila itu untuk berbuat macam-macam dengannya. Aku enggak mau Izumi kembali membenciku.

Ha...rasanya masih seperti mimpi. Aku sangat takut semua ini bukanlah kenyataan. Izumi tiba-tiba berubah dan berkata menyukaiku. Gila, jantungku rasanya berdebar kencang saking senangnya.

Tak sengaja aku melirik bibir merah muda aliminya. Boleh kah aku mengecupnya? Dengan cepat aku menggelengkan kepala, aku takut Izumi tidak menyukainya jadi aku tidak akan melakukannya.

Bara pov end

🥀🥀🥀

Izumi mengucek matanya yang terasa lengket. Gadis itu memijit kepalanya yang tiba-tiba berdenyut sakit---efek menangis.

Setelah nyawanya benar-benar terkumpul, Izumi terduduk kaget. Gadis itu mendapati dirinya di sebuah ruangan yang sangat familiar baginya.

"Kya!! Ini beneran kan?! Ini kan kamar gue di mansion Bara?!" Pekiknya senang sembari meloncat-loncat di atas ranjang king size itu.

Izumi sangat senang, akhirnya Bara membawanya kembali ke kamar ini. Apa itu artinya ia akan tinggal di mansion ini seperti dulu? Memikirkannya saja membuat Izumi berdebar. Gadis itu dengan cepat keluar dari kamarnya.

Izumi menuruni tangga sembari bersenandung senang. Izumi ingin mencari keberadaan Bara, ia ingin memastikan secara langsung apa benar Bara sudah kembali seperti dulu?

"Loh? Kak Izumi?"

"Sovia? Kya!!"

Kedua gadis cantik itu saling berpelukan, mengabaikan tatapan heran dari para pelayan dan bodyguard mansion.

"Kakak kok bisa di sini?" Tanya Sovia setelah selesai dengan acara pelukan dramatis tadi.

"Em, enggak tahu tiba-tiba aku udah di sini aja" jawab Izumi jujur.

"Oh!! Jadi tadi kak Bara nyuruh pelayan buat nyiapin kamar itu buat kakak? Kamar yang di lantai 2 kan?" Izumi mengangguk menanggapi pertanyaan Sovia.

"Jangan-jangan kakak bakal tinggal di sini? Soalnya tadi kak Bara juga udah nyuruh anak buahnya buat beli baju perempuan dan segala perlengkapannya!"

"Ha serius?! Berarti kita bakal serumah dong?!"

Kedua gadis itu kembali berpelukan dengan senyum merekah di bibir masing-masing, kemudian melompat-lompat bak anak kecil.

Para pekerja mansion tak dapat berbuat apa-apa. Ingin menegur tetapi takut pekerjaan mereka yang menjadi taruhan, jadilah mereka hanya diam sembari menggelengkan kepala samar.

I'm yours ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang