chapter 11

8.2K 634 3
                                    

~Happy Reading















Izumi bersenandung senang, sama sekali tak ada raut ketakutan di wajah cantiknya meski tengah melewati lorong rumah sakit yang sepi.

Kedua tangannya penuh membawa kotak bekal makan siang yang sudah ia siapkan khusus untuk Bara.

Rasanya Izumi tidak sabar melihat ekspresi Bara nanti. Sekedar info, Izumi sama sekali tak memberitahu Bara perihal kedatanganya ke rumah sakit siang ini. Izumi ingin memberi Bara kejutan.

Izumi terlalu senang. Gadis cantik itu menunduk menatap kotak bekal di tangannya dengan senyum manis yang mengembang. Namun naas---akibatnya ia malah menabrak orang dan berakhir membuat kotak bekalnya jatuh berhamburan.

Ingin sekali rasanya Izumi berteriak kesal, Tapi urung di lakukannya saat mengingat di mana ia berada saat ini. Makanan yang sudah ia siapkan susah payah sudah jatuh dan tak layak makan. Izumi juga sadar ini adalah kesalahannya yang tidak melihat jalan dengan benar.

"Maaf mba, makananya jadi----"

Izumi yang tadinya berjongkok mengambil kotak bekal makannya spontan mendongak, hingga terlihat sosok tampan bersurai merah muda yang amat di kenalinya.

Mata Izumi membulat kaget. Mimpi apa ia malah bertemu Levi?! Terlebih ini di rumah sakit tempat Bara bekerja. Izumi tidak mau Bara salah paham padanya.

Dengan cepat Izumi bangkit, berniat pergi meninggalkan tempat itu. Izumi tidak perduli lagi dengan lantai yang kotor dan kotak bekal yang masih berserakan di lantai.

"Izumi! Tunggu!" Teriak Levi yang tentunya tak Izumi hiraukan. Gadis itu berlari, tak ingin berada di dekat mantannya lebih lama.

"Lepas! Levi, Lo apa-apaan sih?!"

Izumi memberontak sekuat tenaga karena Levi yang tak menyerah mengejarnya. Bahkan, Levi kini tengah memeluknya erat dari belakang. Izumi tidak suka posisi ambigu ini----jika Bara melihatnya maka ia tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Bara sangat tidak menyukai Levi, Izumi tahu itu.

"Kamu kemana aja? Izumi, kamu enggak serius kan? Kita masih pacaran kan?" Tanya Levi beruntun.

Izumi tidak berniat menjawab pertanyaan Levi. Fokus Izumi saat ini adalah melepaskan pelukan erat Levi dari tubuhnya. Untung lorong rumah sakit ini sepi, pikirnya.

"Lepas! Levi!" Izumi terus memberontak, hanya saja kekuatannya tak sebanding dengan Levi.

Oh! Sekarang Izumi ingat! Galen sempat mengiriminya pesan, berkata Levi mengalami kecelakaan dan berakhir di salah satu rumah sakit ibu kota. Ya, Galen memang berteman baik dengan Levi. Izumi dapat mengenal Galen pun berkat hubungannya dengan Levi.

Namun apa perduli Izumi? Gadis itu hanya membaca pesan dari asistennya dengan malas, kemudian dengan cepat menghapusnya. Izumi tidak menyangka Levi ternyata di rawat di rumah sakit tempat Bara bekerja.

"Izumi?"

Detik itu juga, tubuh Izumi menegang. Suara familiar itu mampu membuatnya gelisah bukan main.

Izumi menolehkan kepalanya ke samping. Kini terlihat Bara berdiri dengan ekspresi dinginnya----masih menggunakan jas dokter kebanggaannya.

"Akh!! Sial" batin Izumi berteriak frustasi.

Apa yang Izumi takutkan kini terjadi. Izumi akhirnya mendapat ide cemerlang. Walau sebenarnya Izumi jijik melakukanya, tetapi mau tak mau harus ia lakukan agar pelukan Levi padanya terlepas.

Degan sekuat tenaga Izumi mengigit tangan Levi. Saking kuatnya, Izumi bahkan dapat mencium bau amis di bibirnya. Ya, tangan Levi berdarah akibat gigitan mautnya, hanya saja Izumi tidak perduli.

Levi memeluk lengannya yang berdarah akibat gigitan Izumi. Sakit sekali rasanya, hingga sejenak ia melupakan Izumi. Melihat kesempatan itu, tentunya Izumi dengan cepat mengejar Bara yang telah lebih dulu pergi.

🥀🥀🥀

Izumi mengacak rambut panjangnya frustasi. Izumi tak tahu dimana keberadaan Bara saat ini. Setelah insiden di rumah sakit tadi siang, pria itu menghilangkan seakan tertelan bumi.

Izumi bertanya pada Sovia, tetapi gadis bersurai coklat itu juga tak mengetahui dimana keberadaan sang kakak tercinta.

"Ck, ini semua gara-gara Levi!" Monolog Izumi sembari memukul stir mobilnya kesal.

Tadinya Izumi berniat menunggu Bara di mansion saja, namun pria itu tak kunjung pulang hingga malam pun tiba.

Izumi melirik sekilas pada arloji di pergelangan tangannya. Kini menunjukkan pukul 1 dini hari dan Bara belum juga kunjung kembali.

Cetak!

Menjentikkan jarinya, Izumi melotot saat menyadari salah satu tempat yang mungkin akan Bara kunjungi untuk melampiaskan kemarahannya.

Tanpa basa-basi lagi, langsung saja Izumi menghidupkan mobilnya. Kemudian melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah mengerikan yang pernah ia datangi beberapa hari yang lalu. Entah mengapa, Izumi sangat yakin Bara pasti berada di sana.

🥀🥀🥀

Izumi tersenyum senang, Ternyata dugaannya memang benar. Izumi dapat melihat mobil Bara yang terparkir rapi di garasi rumah minimalis ini.

Walau sebenarnya merasa takut, Izumi tak ingin mundur begitu saja. Mengingat kejadian beberapa hari lalu----dimana Bara membunuh seorang wanita dengan kejam kembali membuat perut Izumi mual.

Gadis cantik itu menghembuskan napas berulang kali, berharap dapat menghilangkan rasa gugup, mual dan takut yang tengah melandanya saat ini. Di rasa sudah jauh lebih baik, Izumi mulai melangkahkan kakinya mendekati rumah suram itu.

Jantung Izumi semakin berdebar kencang saat mendengar jeritan kesakitan seorang wanita yang ia duga adalah korban Bara hari ini.

Dengan pelan dan penuh kehati-hatian, Izumi mencoba peruntungan. Melihat jendela yang waktu itu tertutup membuat Izumi bingung harus memasuki rumah ini lewat mana. Kini hanya pintu utama ini yang dapat ia harapkan.

Kriet...

Berhasil! Hampir saja Izumi berteriak senang saat pintu itu terbuka. Ternyata Bara tidak menguncinya. Perlahan Izumi mulai memasuki rumah itu walau harus melawan rasa takutnya.

"AKH!! to--tolonghh"

Izumi memejamkan matanya kala mendengar suara putus asa dari korban Bara hari ini. Jujur saja, Izumi tidak tega, tapi tak mungkin rasanya ia melaporkan perbuatan Bara pada pihak berwajib. Izumi tidak ingin Bara di penjara.

"Terus aja minta tolong. Enggak ada yang bakal nolongin elo, goblok!"

Diam-diam Izumi mengintip di balik kegelapan. Izumi tidak berani melihat korban Bara. Gadis itu hanya memokuskan padangannya pada pria yang masih asik menggambar sesuatu di tubuh sosok yang menjadi pelampiasan hasrat membunuhnya.

"Gue bodoh banget kan? Padahal gue tahu Izumi cuma pura-pura suka sama gue. Tapi gue masih aja berharap? Muak rasanya" bara terlihat berantakan. Pria itu mengajak bicara pada korbannya yang sudah tidak bernyawa.

Sementara itu, Izumi yang mendengar ucapan Bara menggeleng tidak terima. Bagaimana bisa pria itu berfikir dirinya hanya Berpura-pura?





I'm yours ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang