chapter 26

5.5K 443 15
                                    

~Happy Reading













Sovia menatap tidak percaya pada tumpukan dokumen yang tertata rapi di atas meja. Wanita itu menatap bergantian pada Levi dan seorang pria paruh baya dengan setelan rapi,  yang ia ketahui berkerja sebagai pengacara pribadi milik Levi.

Sovia memijit pelipisnya. Rasanya benar-benar memusingkan. Pagi-pagi buta seperti ini ia malah mendapat kejutan tidak mengenakkan. Bagaimana tidak? Ia terpaksa harus bangun dari mimpi indahnya karena teriakan membahana Levi dari luar gerbang sana.


Levi berserta anak buahnya tidak menyerah sampai Sovia keluar dari mansion.

Hanya saja, Sovia tidak pernah menyangka Levi benar-benar menuruti kemauannya. Padahal itu adalah satu satu cara Sovia untuk menolak Levi, tetapi pria itu bahkan rela memberikan seluruh harta kekayaan yang ia miliki untuk dirinya.

Untungnya Bara sedang tidak berada di mansion. Pagi ini pria itu memiliki jadwal cukup padat dari biasanya hingga mengharuskan ia berangkat kerja lebih pagi dari biasanya. Sovia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi sang kakak jika mengetahui musuhnya berada di mansion, apalagi dengan maksud tujuan melamarnya.

Tetapi Sovia melupakan satu hal bahwa di mansion ini masih ada Izumi---kakak iparnya. Wanita itu kini berdiri di atas tangga sembari menatap mereka terkejut, terutama saat menyadari keberadaan mantan kekasihnya, Levi.

Dengan tatapan dingin dan tak suka, Izumi lantas mendekati mereka. Sovia mengigit bibir bawahnya sedikit gelisah, takut akan terjadinya keributan. Sovia tahu betul seberapa tak sukanya Izumi pada Levi.

"Ngapain Lo ke sini?" Tanya Izumi tidak suka.

"Bukan urusan Lo" jawab Levi datar dan dingin, mampu membuat Izumi terkekeh sinis.

"Urusan gue lah. Ini mansion punya suami gue! Pergi Lo!" Usir Izumi sarkas.

Tak sampai di sana, Izumi bahkan memanggil para bodyguard untuk menyeret keluar Levi karena pria itu tidak juga beranjak dari duduknya.

Sovia yang melihat keadaan tak mengenakkan ini tak tahu harus berbuat apa. Wanita itu akhirnya memilih diam, karena sejujurnya ia juga tak ingin Levi berada di sini lebih lama.

"Gue enggak akan pergi sebelum Sovia setuju nikah sama gue" ucap Levi tegas.

Seketika Izumi melototkan matanya tidak percaya. Wanita itu beralih menatap Sovia yang tengah menatap Levi dengan tatapan menghunusnya.

Tanpa kata Izumi pun menarik lengan Sovia dan membawa wanita itu sedikit menjauh dari tempat Levi berada. Kedua wanita hamil itu terlihat lucu saat tengah berdiskusi di mata Levi.

"Sov, bisa kamu jelasin?"

"Aku juga enggak ngerti kak, tiba-tiba aja dia Dateng. Padahal kemarin aku udah bilang syarat untuk jadi suami aku dia harus serahin seluruh hartanya buat aku. Ta--tapi aku enggak nyangka dia beneran serius" Jelas Sovia.

Mendengar penjelasan adik iparnya, Izumi terdiam. Cukup lama ia mengenal Levi dan mengetahui seberapa sayangnya pria itu dengan aset kekayaannya. Apalagi dengan hotel yang ia dirikan dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Tetapi Levi bahkan rela memberikan seluruh harta yang di milikinya untuk Sovia agar wanita itu bersedia menikah dengannya.

Jika Levi hanya ingin bermain-main dengan keluarga musuhnya, bukankah ini telah berjalan terlalu jauh? Tidak mungkin rasanya Levi berani mengambil resiko sebesar ini hanya untuk balas dendam.

Izumi kemudian beralih menatap perut Sovia yang sama besar dengan perutnya. Jika Levi benar-benar serius dan tulus dengan adik iparnya, Izumi rasa tidak seharusnya ia menghalangi mereka. Bagaimanapun, anak yang dikandung Sovia membutuhkan sosok ayah. Sovia juga membutuhkan seorang suami yang dapat menerimanya.

"Ha...aku enggak tahu harus gimana, tapi aku yakin kamu bisa memilih keputusan yang tepat" ucap Izumi sembari mengelus puncak kepala Sovia, kemudian melangkahkan kakinya Kembali menaiki tangga.

Sementara itu Sovia menatap kepergian Izumi tidak mengerti sekaligus tak percaya. Sovia kira Izumi akan memarahinya karena membiarkan Levi memasuki mansion, tetapi ternyata dugaannya salah.

Tak sempat berfikir lebih lama, tiba-tiba saja ia merasakan sepasang tangan kekar melingkar di perutnya. Tidak terlalu kuat hingga kandunganya baik-baik saja.

Sovia dapat mencium aroma maskulin khas Levi. Entah sejak kapan pria itu beranjak dari duduknya dan beralih memeluknya dari belakang seperti ini. Menghela napas panjang---berusaha bersabar, Sovia menggeliat di dalam pelukan pria tampan itu, berusaha melepaskan pelukan Levi darinya. Tetapi sayangnya itu tidak berefek apa-apa.

"Lepas! Levi, kamu ngapain sih?!" Bentak Sovia masih dengan usahanya berusaha melepaskan pelukan Levi.

"Nyaman banget, aku suka"

Sovia semakin geli atas perlakuan Levi. Apalagi dengan kedua tangan pria itu yang masih setia melingkar di perutnya. Itu benar-benar membuat Sovia merasa risih dan sesak.

"Levi! Kamu mau bunuh anak aku ya?! Perut aku kegencet woi!" Teriak Sovia putus asa. Untungnya Levi segera melepaskan pelukannya setelah mendengar teriakan membahana Sovia. Pria itu lantas menatap wanita mungil nan cantik di hadapannya khawatir dan merasa bersalah.

"Kamu kaya orang enggak punya kerjaan tahu enggak?! Pembuktian yang aku bilang kemarin itu enggak serius! Kenapa kamu malah lakuin beneran?!"

Sovia benar-benar merasa frustasi. Ia sama sekali tak menyangka Levi akan melakukan pembuktian asal-asalan yang ia berikan kemarin. Sovia hanya ingin menghindari Levi dengan itu, tetapi tak tahu ternyata Levi benar-benar melakukan apa yang ia minta.

"Terserah kamu mau bilang apa sayang. Aku udah lakuin pembuktian yang kamu minta dan aku mau kita menikah. Aku benar-benar serius! Kamu kira aku bakal lakuin hal beresiko seperti ini hanya untuk main-main?" Tanya Levi dengan senyum manisnya, tetapi itu malah membuat Sovia bergidik ngeri.

"Kamu gila!" Tunjuk Sovia pada Levi. Tak terhitung berapa kali wanita itu menghela napas frustasi. Menghadapi  Levi yang bersikeras mengajaknya menikah benar-benar mimpi buruk bagi Sovia.

Padahal Sovia merasa puas karena Levi seakan tidak menginginkan kandunganya. Tetapi sekarang? Wanita itu merasa waspada. Sovia akan lebih senang menghadapi Levi yang berusaha membunuh calon bayinya ketimbang Levi yang sekarang. Ini benar-benar menakutkan. Sovia takut Levi akan memonopoli anaknya.







I'm yours ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang