~Happy Reading
Alunan musik dari piano yang sedari tadi di mainkan Izumi menggema ke sepenjuru ruangan. Menciptakan suara indah yang mampu menghanyutkan pikiran siapa saja yang mendengarnya.
Dari balik pintu ruangan, Sovia menghembuskan napas panjang berulang kali. Tak ada waktu baginya untuk mengagumi kelihaian Izumi bermain piano. Sovia tahu Izumi menuntut jawaban perihal kejadian kemarin sore.
Tok! Tok! Tok!
Setelah cukup lama berdiri mengamati Izumi, Sovia akhirnya memutuskan untuk memasuki ruangan.
"Kak?" Panggil Sovia, membuat Izumi mengentikan permainannya.
"Soal kemarin---"
"Sini duduk" ujar Izumi sembari menepuk-nepuk kursi di sampingnya, memotong ucapan Sovia begitu saja.
"Udah siap cerita?" Tanya Izumi, tetapi Sovia malah menundukkan kepalanya sembari memainkan jari-jari tangan gugup.
"Kalo belum aku enggak akan maksa kok. Tapi satu hal yang harus kamu tahu----kamu punya dua kakak yang akan selalu mendukung kamu" Izumi mengelus sayang puncak kepala Sovia yang tertunduk, membuat gadis bersurai coklat itu akhirnya berani mengangkat kepalanya.
Kini terlihat wajah sembab Sovia. Air mata terus mengalir dari pelupuk iris violetnya. Izumi tahu Sovia menangis dalam diam.
"Kamu enggak perlu malu apalagi takut buat cerita apapun ke dua kakak mu ini. Percayalah, kita enggak akan ninggalin kamu. Jadi---"
"Aku mau! Aku mau cerita!"
Izumi tersenyum lembut, tak di sangka Sovia ternyata semudah ini akan menceritakan apa yang ingin ia ketahui. Izumi pikir Sovia tidak akan mudah untuk berbagi cerita dengannya.
"Aku tahu kakak pasti udah lihat keadaan ku kemarin. Dan ya----apa yang ada di pikiran kakak itu bener. Aku sekarang udah hancur kak, a---aku...hiks, aku udah enggak suci lagi"
Izumi menatap senduh Sovia yang tampak terpukul. Tentu saja, hal yang telah menimpanya adalah masalah besar bagi kaum hawa yang tentunya mendapat kerugian besar. Apalagi seperti Sovia yang masih pelajar. Sovia pasti sangat tertekan, pikir Izumi.
"Aku takut kalo nanti aku beneran hamil. Aku takut kak, aku enggak bisa sekolah lagi. Aku enggak akan punya temen lagi hiks...kak Bara pasti benci punya adik seperti aku yang hanya bisa buat malu keluarga"
"Kamu tahu siapa pelakunya?"
Dari sekian banyak pertanyaan yang bersemayam di benak Izumi, hanya itulah yang sangat menganggunya. Jika setidaknya Sovia mengetahui siapa sosok yang telah menodainya, bukankah mereka setidaknya bisa meminta tanggung jawab? Atau mungkin menuntut orang itu hingga di cebloskan ke penjara. Hanya saja, semua ini tidaklah semudah yang Izumi bayangkan. Jawaban Sovia berikutnya mampu membuatnya mematung.
"Levi Wijaya----aku tahu dia termasuk salah satu orang yang enggak suka sama kak Bara dan ini bukan kali pertama dia ganggu aku. Tapi kali ini, hiks...ini yang terparah" jelas Sovia sembari menutup wajahnya dengan tangan. Kembali terisak setelah mengingat kejadian mengerikan yang telah menimpanya.
Izumi hanya dapat melihat Sovia yang menangis di sampingnya dengan nanar. Gadis itu tidak lagi berusaha menenangkan Sovia. Kepalanya serasa akan pecah, pikirannya di penuhi akan rasa bersalah.
Sekarang ia mengetahui siapa pelaku yang telah menodai harga diri Sovia dan ternyata itu adalah Levi----mantannya yang sampai sekarang bahkan masih berusaha menghubunginya.
Izumi tahu Levi brengsek, bahkan penyebab dirinya menjatuhkan diri kejurang juga karena pria itu berusaha melakukan hal yang seperti yang ia terapkan pada Sovia.
Tapi bukan itu yang menganggu Izumi. Benaknya kini di penuhi oleh tanda tanya. Apakah Levi melakukan hal sekejam ini pada Sovia karena ingin membalas dendam pada Bara? Seperti yang Sovia jelaskan, bukan hanya Bara yang tidak menyukai Levi, tetapi begitu juga sebaliknya.
Dapat di pastikan Bara pasti akan langsung menghabisi Levi jika mengetahui kebejatan pria itu pada Sovia. Sekarang Izumi tak tahu bagaimana cara menjelaskannya pada Bara.
Izumi takut Bara akan menyalahkannya, karena bagaimanapun Levi mengetahui penyebab dirinya memutuskan hubungan di antara mereka karena Izumi lebih memilih Bara.
Jadi, apa semua yang telah di lakukan Levi semata-mata untuk membalasnya? Agar nantinya Bara membencinya dan berakhir meninggalkannya?
Izumi menggeleng. Ia tak ingin hal itu terjadi, tetapi di sisi lain ia juga harus segera memberi tahu hal ini pada Bara.
"Apa Bara tahu selama ini Levi selalu gangguin kamu?" Setelah cukup lama termenung dengan pikiran berkecamuk, Izumi akhirnya kembali melayangkan pertanyaannya.
"Enggak, kak Bara enggak pernah tahu soal ini" jujur Sovia sembari menggeleng lemah, membuat Izumi menatapnya tidak mengerti.
"Kenapa? Kenapa kamu enggak jujur? Setidaknya, kalo kamu kasih tahu dari awal kita bisa cegah hal buruk seperti ini"
Sovia menggeleng. Tidak setuju dengan saran Izumi yang memang benar adanya. Hanya saja, Sovia memiliki alasan tersendiri untuk tidak melakukannya.
"Enggak bisa kak. Kakak enggak tahu sisi lain dari kak Bara kan? Aku enggak mau kak Bara berakhir dipenjara karena melukai orang lain" jelas Sovia yang seketika membuat Izumi mengerti apa yang membuat Sovia berakhir seperti ini.
"Aku tahu, sangat tahu. Bara----psikopat" jawab Izumi lirih, nyaris berbisik. Namun nyatanya pendengaran Sovia amat tajam.
Kedua iris violet itu membesar. Kaget dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Tapi, dengan keadaan kamu yang sekarang bukannya kemungkinan Bara untuk menghabisi Levi semakin besar?" Lanjut Izumi lagi yang mampu membuat Sovia menegang.
Sedetik kemudian, Sovia memohon agar Izumi tidak memberitahu apapun pada Bara. Sovia bahkan rela bersujud di bawah kaki Izumi agar gadis itu tutup mulut.
Tak tega melihat keadaan Sovia, akhirnya mereka memutuskan untuk menutupi fakta ini sementara waktu. Tetapi jika terjadi sesuatu yang tak di inginkan, maka mereka harus memberitahukannya pada Bara dan Sovia setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm yours ✔️
FantasiHikaru Izumi---merasa bingung karena tiba-tiba terbangun di sebuah rumah sakit tempat ia akan melaksanakan operasi beberapa tahun yang lalu. Padahal ia baru saja menerjunkan dirinya ke jurang. Apa ia Baru saja mendapat kesempatan untuk mengulang wa...