chapter 8

8.7K 748 11
                                    

~Happy Reading













"Wah...keren! Jadi Restoran ini punya kakak??"

Izumi mengangguk bangga menanggapi pertanyaan antusias Sovia padanya. Saat ini mereka tengah berada di ruang kerja Izumi yang terletak di lantai 3. Bersantai di balkon minimalis sembari menikmati pemandangan laut indah di bawah sana.

"Karena Restoran ini punya kakak, jadi kamu bebas kesini kapan aja. Apapun boleh kamu pesen, gratis. Bilang aja kamu adiknya Izumi"

"Kalo aku ajak temen-temen aku boleh enggak?"

"Boleh dong! Masa enggak? Apasih yang enggak buat adik ipar ku ini?"

Sovia memeluk Izumi erat. Walau baru mengenal Izumi beberapa jam yang lalu, ternyata ia sudah senyaman ini. Entahlah, tetapi menurut Sovia, Izumi memiliki daya tarik tersendiri yang mampu membuat orang lain menyukainya. Pantas saja, kakak dinginnya itu mampu bertekuk lutut pada kakak cantiknya ini.

"Tapi aku kesel deh sama Kakakmu" ujar Izumi sembari mengerucutkan bibirnya kesal. Namun, Dimata Sovia itu terlihat imut dan menggemaskan.

"Kesel kenapa kak?" Tanya Sovia tanpa melepaskan pelukannya.

"Ya kesel aja, soalnya Bara lagi ngambek. Masa dia jadi dingin dan cuek banget sekarang? Apa dia udah enggak suka lagi sama aku ya?" Gumam Izumi sembari menatap lautan di depan sana senduh.

Tentu saja, itu semua hanyalah drama ciptaannya. Sengaja Izumi lakukan untuk menarik simpati Sovia padanya. Ya, walau tak semuanya bohong, karena nyatanya Bara memang bersikap cuek dan dingin padanya.

Meski Izumi mengetahui pria itu masih menyukainya. Tetap saja ia tak tenang! Izumi ingin Baranya seperti dulu.

"Apasih kak? Enggak mungkinlah! Aku enggak akan biarin kak Bara berakhir sama cewek lain! Aku maunya cuma kak Izumi aja huwaaa"

Diam-diam Izumi tersenyum penuh kemenangan. Tak di sangka menarik hati Sovia ternyata semudah ini. Kini sudah ada Sovia di genggamannya dan Bara tidak akan bisa berkutik di hadapan gadis kecil ini. Oh...rasanya Izumi senang sekali.

"Yaudah, nanti kamu bujuk dia ya?"

"Kenapa harus nanti? Ayo kita pergi sekarang!"

"Tapi kan jam segini Bara masih kerja?"

"Udah enggak usah di pikirin. Kak Bara harus di kasih pelajaran sekarang juga! Berani-beraninya dia cuekin kakak?! Huh!" Ujar Sovia berabi-api. Tidak ada lagi tatapan lembutnya, gadis itu terlihat marah.

"Udah ah, yuk kita berangkat!"

Izumi hanya diam menurut ketika Sovia menarik lengannya meninggalkan balkon minimalis itu. Tentu saja, Izumi tidak menolak. Sekarang, menemui Bara bukanlah perkara mudah baginya. Dengan adanya Sovia, semuanya akan jauh lebih praktis.

🥀🥀🥀

"Sovia, tolong jangan gini. Pak Bara masih ada banyak pasien yang harus di tangani"

"Udah deh, kak Devan jangan menghalangi jalan. Aku mau ketemu kak Bara, ini urusan penting!"

Izumi hanya diam memperhatikan perdebatan Sovia dan Devan----asisten Bara. Tentunya, Izumi tidak berniat menghentikan aksi Sovia, karena ia juga ingin bertemu Bara. Lagi pula, Izumi cukup jengkel dengan Devan yang terus menghalanginya bertemu Bara, bahkan di jam istirahat sekalipun. Menjengkelkan, pikirnya.

"Oke fine, tapi jangan lama-lama ya?" Pinta Devan, memilih mengalah karena tak ingin lebih lama berkelit.

"Tenang aja, kita enggak lama kok. Kak, ayo masuk" ujar Sovia sembari menarik lembut lengan Izumi untuk mengikuti langkahnya memasuki ruang kerja Bara.

Tok! Tok! Tok!

Sebelum memasuki ruangan, Sovia mengetuk pintu terlebih dahulu. Terdengar sahutan Bara dari dalam sana, barulah mereka membuka pintu.

Kini terlihat Bara yang masih terfokus dengan tumpukan berkas di atas mejanya. Entah apa yang tengah pria tampan itu baca, namun Bara tak menyadari bahwa yang tengah memasuki ruangannya kini adalah Izumi dan Sovia.

"Kak?" Panggil Sovia sembari mendudukkan dirinya di kursi pasien, di ikuti dengan Izumi di sampingnya.

"Loh? Sovia?"

Bara terkejut mendapati sang adik di hadapannya. Lebih terkejut lagi saat menyadari Izumi juga berada di sana, duduk anteng di samping Sovia yang kini menatap garang Bara.

"Ih!! Kok kakak enggak bilang kalo punya pacar cantik seperti kak Izumi?!" Tanya Sovia ketus.

Sementara itu, lagi dan lagi Bara di buat terkejut atas pertanyaan Sovia. Bagaimana mungkin dirinya memperkenalkan Izumi sebagai pacarnya sedangkan mereka tak pernah menjalin hubungan seperti itu? Lagi pula, selama ini Izumi membenci dirinya, pikir Bara.

"Sovia, kamu salah paham. Kakak dan Izumi engg--"

Belum sempat Bara menyelesaikan ucapannya, Izumi telah lebih dulu memotongnya.

"Bara, kamu kalo ngambek jangan lama-lama dong. Masa cuma karena enggak jadi nonton bareng kamu marahnya lama banget?" Ujar Izumi dengan senyum manisnya.

Bara diam, tak tahu harus berbuat apa. Pria itu memijit pelipisnya pusing. Bara tak tahu harus seperti apa menghadapi dua wanita di hadapannya ini. Tidak mungkin rasanya ia menggunakan kekerasan atau bahkan menyakiti mereka.

Bara tak mengerti akan situasi yang ada di hadapannya saat ini. Adik tersayangnya tiba-tiba datang dengan Izumi di sampingnya. Bara yakin, Izumi tak pernah mengetahui dirinya mempunyai seorang adik perempuan. Lalu bagaimana caranya kedua orang ini bisa saling mengenal?

"Izumi, saya sudah peringatkan kemarin untuk menjaga batasan" ujar Bara dingin.

Bara tidak suka Sovia ikut campur dalam urusan percintaanya yang menyedihkan. Di tambah, dirinya juga belum mengetahui apa motif Izumi tiba-tiba berubah baik padanya, bahkan mengatakan cinta? Bara tidak bisa percaya itu dengan mudah. Rasanya mustahil, Izumi seperti mengatakan kebohongan besar.

"Tuh kan? Kamu lihat sendiri kan Vi? Huwaa sedih banget deh"

"Kak! Kakak jangan begitu dong! Liat nih, kak Izumi jadi nangis! Enggak mau tahu, kakak bujuk sendiri deh. Aku mau keluar" ujar Sovia ketus, kemudian beranjak pergi meninggalkan ruangan itu.

"Izumi, stop! Sebenarnya apa mau kamu?" Tanya Bara sudah mulai gemas dengan semua ini.

Bara takut dirinya akan lepas kendali dan berakhir mengurung Izumi di mansionnya. Namun, gadis cantik ini seakan terus memancing dirinya untuk melakukan itu. Bara sangat ingin memiliki Izumi, tetapi Bara pikir ia harus menyingkirkan Levi terlebih dahulu agar Izumi dapat menyukainya.

Bara semakin dibuat tak mengerti dengan tingkah Izumi. Beberapa bulan yang lalu gadis itu memaki dan menghinanya habis-habisan karena selalu mengikutinya. Dan sekarang? Entahlah, menurut Bara wanita memang makhluk paling rumit di dunia.

I'm yours ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang