chapter 21

5.3K 432 4
                                    

~Happy Reading















"

Huek!"

Dengan tatapan cemas dan khawatir Bara tidak berhenti mengelus lembut tengkuk Izumi yang sedari tadi memuntahkan isi perutnya.

"Kita ke rumah sakit aja ya?" bujuk Bara, tetapi dengan cepat Izumi menggeleng.

Sempat merasa bingung, tetapi setelahnya Izumi mengerti apa penyebab dirinya mual dan pusing sejak pagi buta tadi.

Ini sudah lewat dari tanggal seharusnya ia mendapat 'tamu bulanan'. Untunglah kemarin sore ia sempat membeli beberapa test pack untuk berjaga-jaga, tak tahunya benda keramat itu berguna hari ini.

"Bar, kamu keluar dulu! Aku mau memastikan sesuatu" pinta Izumi.

"Memastikan apa sayang? Ayo kita kerumah sakit aja ya?"

"ihhh cepetan Bara!!!" Usir Izumi sembari mendorong Bara keluar dari kamar mereka, kemudian mengunci pintu dari dalam sana. Meninggalkan Bara yang menatap kelakuannya tidak percaya.

Baru hendak mengetuk pintu dan memanggil Izumi, tetapi kepala pelayan menghampirinya dan mengatakan Sovia juga mengalami hal serupa seperti Izumi.

Dengan tergesa-gesa pria itu menghampiri kamar Sovia. Terlihat adiknya itu terkulai di atas ranjang dengan lemas dan wajah pucatnya. Seketika kepala Bara berdenyut pusing, pria itu terus memikirkan sebenarnya apa yang terjadi dengan dua wanita tersayangnya ini? Istri dan adiknya mengalami hal serupa dan itu sangat menganggu pikirannya.

"Coba jawab dengan jujur, kamu sama Izumi kemarin beli makanan apa? Kok bisa-bisanya berakhir seperti ini?" Tanya Bara penuh selidik. Memang benar, kemarin Izumi dan Sovia pergi berdua dengan alasan ingin belanja bersama.

Kini Bara menyesali keputusannya karena mengizinkan mereka pergi begitu saja. Bara pikir Izumi dan Sovia membeli jajan sembarangan hingga berakhir keracunan makanan ringan.

Sovia tampak berfikir tetapi kemudian menggelengkan kepalanya. Seingatnya, ia dan Izumi tidak sempat membeli makanan karena terlalu asyik memilih make-up keluaran terbaru yang tengah menjadi incaran para kaum hawa.

"Ya, terus kenapa kalian bisa seperti ini? Sakitnya barengan lagi"

Tidak menjawab, Sovia hanya dapat menatap langit-langit kamarnya rumit. Pikiran wanita itu mulai berkelana kemana-mana hingga akhirnya terlintas sesuatu di benaknya yang mampu membuatnya terganggu. dengan suara bergetar akhirnya Sovia mengusir Bara keluar dari kamarnya.

Sementara itu kini terlihat Izumi tengah menatap hasil test pack di genggamannya dengan mata berkaca-kaca. Ternyata dugaanya benar, ia benar-benar positif hamil. Rasanya benar-benar membuatnya bahagia, wanita itu dengan cepat menghapus air matanya kemudian memasukkan hasil test pack di tangannya ke dalam saku piyamanya. Izumi berniat memberi kejutan untuk Bara.

Ceklek!

Izumi membuka pintu kamarnya dengan senyum manis merekah. Wanita itu tak sabar ingin memberitahukan kabar bahagia ini pada suaminya. Namun tersentak kaget karena nyatanya Bara telah berdiri tepat di hadapannya.

"Kamu ngapain aja di dalem sana? Aku khawatir! kenapa aku harus nunggu di luar sih?" Tanya Bara cemas.

Izumi terkekeh geli sebelum mengeluarkan sesuatu dari dalam saku piyamanya.

Mata Bara membola melihat benda persegi panjang yang jelas memperlihatkan dua garis merah disana. Kemudian pria itu beralih menatap Izumi, seakan meminta penjelasan. Tak perlu menjelaskan panjang lebar, cukup dengan satu anggukan dari Izumi mampu menyadarkan Bara. Pria jangkung itu lantas dengan cepat memeluk istrinya bahagia.

"I--ini serius?" Bahkan tanpa sadar Bara bertanya dengan terbata-bata.

"Iyaaaaa" jawab Izumi gemas.

Tetapi Moment bahagia itu tidak bertahan lama saat suara seseorang  menyapa mereka.

Kini terlihat Sovia berdiri di hadapan mereka. Sovia sebenarnya tidak bermaksud menganggu mereka, tetapi ia pikir ini mungkin waktu yang tepat untuk jujur pada kakaknya---Bara. Sovia tahu suasana hati sang kakak sedang baik-baiknya karena berita kehamilan kakak iparnya, jadi Sovia memberanikan diri untuk memberitahu Bara saat ini.

Dengan langkah ragu Sovia mendekati Bara yang masih tersenyum bahagia. Sesaat Sovia ragu untuk memberitahu Bara saat melihat gurat kebahagiaan di sana.

"Kamu udah baikan?" Tanya Bara, sementara Izumi hanya menyimak dengan senyum bahagia.

"I--ini kak" Sovia menyerahkan benda persegi panjang sama persis seperti yang Izumi berikan padanya beberapa menit yang lalu.

Bara mengerutkan dahinya tidak mengerti. Untuk apa Sovia memberikan test pack padanya? Padahal Izumi baru saja memberikan benda itu padanya. Namun, beberapa detik kemudian pria tampan itu menegang saat menyadari sesuatu yang terasa mengganjal.

"Sovia, kamu?"

Bara berharap apa yang tengah memenuhi benaknya kini tidaklah benar. Pria itu berharap test pack ditangannya ini juga milik Izumi. Reflek Bara menoleh menatap sang istri, tetapi ekspresi yang Izumi tampilkan saat ini mampu membuat kakinya melemas.

Izumi terlihat sama kagetnya. Ketika orang itu terdiam cukup lama dengan pikiran berbeda-beda. Sementara itu Sovia diam-diam meremas ujung gaunnya kuat.

"Ikut kakak" ucap Bara setelah cukup lama terdiam.

Sovia menghembuskan napas panjang. Ia tahu betul kemana Bara akan membawanya. Jantungnya semakin bergemuruh saking gugup dan takutnya, sebentar lagi ia pasti akan mendapatkan amukan Bara.

Tidak jauh berbeda dengan Sovia, Izumi pun merasakan hal serupa. Kedua wanita itu saling melemparkan tatapan cemas, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena Bara pastinya sedang menunggu kedatangan mereka---lebih tepatnya Sovia.

Tidak ingin membuat adik iparnya semakin cemas, Izumi berinisiatif mendekat. Wanita itu menggenggam lembut telapak tangan Sovia, seakan menyalurkan kekuatan dari sana.

"Tenang, bukan cuma kamu yang bakal kena amuk Bara. Aku juga pasti dapet jatah karena enggak jujur ke dia" ujar Izumi sembari meringis pelan.

Sovia tersenyum tipis mendengar ucapan kakak iparnya. walau ucapan Izumi terdengar aneh, Sovia mengerti sebenarnya Izumi berniat menghiburnya. Hanya saja, cara Izumi sedikit berbeda karena wanita itu tidak mengerti cara menghibur seseorang.

Setelah cukup lama, akhirnya kedua wanita itu melangkah bersama. Amukan Bara sudah menanti di depan mata.

I'm yours ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang