chapter 12

8.2K 679 6
                                    

~Happy Reading












Izumi memandang hutan yang menghadap kerumah minimalis---tempat persembunyian Bara untuk menyiksa korbannya itu bosan.

Sekitar 2 jam dirinya menunggu Bara selesai dengan kegiatan mengerikannya. Izumi awalnya ingin langsung menjelaskan pada pria itu bahwa perasaannya bukan hanya sekedar sandiwara.

Bara sepertinya sangat asyik dengan kegiatannya. Entah apa yang pria itu lakukan pada korbannya, Izumi juga tak tahu karena gadis itu memilih menunggu Bara di teras rumah. Mendudukkan dirinya di sebuah kursi kayu yang tersedia di sana.

Izumi dapat mendengarnya, suara kegaduhan yang berasal dari ruangan tempat Bara tadinya. Izumi menunggu dengan gelisah. Rasanya ia ingin segera pergi dan pulang, tetapi urung dilakukanya.

Entah bagaimana ekspresi Bara nantinya saat mendapatinya berada di rumah rahasianya. Yang jelas, Izumi dapat membayangkan ekspresi terkejut milik pria tampan itu. Seperti dulu saat Izumi mengetahui sisi lain dari seorang Bara Dirgantara.

Kriet...

Izumi sontak menegakkan tubuhnya saat mendengar suara decitan pintu.

Mata mereka bertemu. Izumi yang menatap Bara dengan senyum manis terpaksa dan Bara yang menatapnya dengan keterkejutan yang kentara.

Melihat Bara yang masih diam mematung di tempat, Izumi berinisiatif meraih salah satu lengan pria itu yang menjuntai bebas. Izumi tidak perduli meski kini tangannya ikut berlumuran darah.

"Bara?" Panggilnya.

Seakan tersadar, Bara dengan cepat melepaskan genggaman Izumi padanya. Pria itu menatap nanar gadis yang membuatnya gila selama beberapa tahun belakangan ini.

"Sekarang kamu udah tahu kan siapa aku? Jadi apa? Masih mau pura-pura suka sama psikopat gila ini?"

Izumi menggeleng kuat mendengar pertanyaan yang di lontarkan Bara. Dulu memang Izumi keberatan dengan kenyataan tersebut, namun sekarang? Izumi tidak perduli sama sekali. Asalkan Bara mencintainya, bagi Izumi itu bukanlah masalah.

"Aku enggak perduli. Mau kamu psikopat atau apapun itu terserah. Enggak akan mengubah perasaan aku, Bara" jelas Izumi yang sontak membuat Bara tertegun, tetapi itu tak berlangsung lama karena setelahnya kekehan miris yang terdengar.

"Segitunya mau sandiwara? Bisa aja sekarang kamu yang jadi korbanku selanjutnya!" Bentak Bara yang jelas membuat Izumi tersentak. Baru kali ini Bara membentaknya.

"Kamu enggak akan lakuin itu" jawab Izumi dengan penuh keyakinan, membuat Bara bungkam. Tentu saja, karena itu memang benar.

"Aku sempet denger ucapanmu di dalam. Tapi maaf Bar, aku enggak ada waktu buat sekedar pura-pura suka sama kamu" ucap Izumi.

Bara tetap diam dengan salah satu tangan yang terkepal kuat. Pria itu sama sekali tak menyangka Izumi akan mendengar ucapanya.

"Bingung banget rasanya harus gimana buktiin ke kamu kalo aku serius. Bisa enggak kamu bilang aja apa yang harus aku lakuin supaya kamu percaya? Aku enggak mau gini terus Bar, kaya drama di acara TV aja"

"Atau jangan-jangan kamu muak sama aku? Aku akan belajar buat lupain perasaan ini kalo itu bisa bikin kamu bahagia Bar"

"Aku pergi"

"Please tahan! Jangan setuju gitu aja Bar, Please!!" Batin Izumi saat sukses membalikkan tubuhnya, bersiap melangkah pergi.

Tentu saja, Izumi tidak benar-benar serius dengan ucapanya untuk meninggalkan Bara.

Izumi menghitung Setiap langkahnya dalam batin. Berharap besar Bara akan mencegahnya.

Satu langkah...

Dua langkah...

Tiga langkah...

Empat langkah...

Lima lang---

Nyaris saja Izumi terpekik saat merasakan dua lengan besar memeluknya dari belakang. Diam-diam Izumi bernafas lega. Seperti dugaanya, Bara tidak akan membiarkannya pergi begitu saja.

"Bara, lepas" ujar Izumi sembari memberontak pelan. Masih dengan drama ciptaanya yang berkata akan melupakan Bara. Padahal, nyatanya gadis itu tidak akan pernah melakukannya.

Izumi bersyukur karena posisinya yang membelakangi Bara seperti ini. Keuntungannya, pria itu tidak dapat melihat ekspresi senang diwajahnya.

"Maaf" gumam Bara lirih, terdengar seperti bisikan bagi Izumi.

Seakan tak puas, gadis cantik itu tetap melanjutkan sandiwaranya. Izumi ingin membuat Bara menyesal karena berpikir perasaannya hanya sekedar omong kosong belaka.

"Kenapa? Aku mau pergi Bar. Aku enggak mau berada di sini lebih lama dan berharap dengan sesuatu yang tidak pasti" ucap Izumi dengan suara marah dibuat-buat. Dapat Izumi rasakan Bara semakin memperkuat pelukannya.

"Jangan" lirih Bara yang tentunya membuat senyuman Izumi semakin lebar.

"Jangan pergi. Maaf karena udah meragukan kamu"

Menghela napas panjang, Izumi bertingkah seolah-olahnya dirinya lelah. Padahal, dalam hati gadis itu bersorak gembira. Rencana sukses besar, pikirnya.

"Jadi, sekarang kamu yakin aku enggak pura-pura kan?" Tanya Izumi memastikan.

Masih dengan pelukan yang terasa semakin erat, hingga membuat Izumi sulit mengirup oksigen Bara berkata,

"Iya, aku percaya, Walau ini semua terasa enggak nyata. Kamu yang tiba-tiba berubah dan bilang suka sama aku. Izumi, apa kamu tahu? Itu impianku sejak lama"

Senyum senang Izumi seketika luntur begitu saja. Pengakuan Bara benar-benar membuatnya semakin merasa bersalah dan Izumi ingin menembusnya. Tanpa sadar gadis itu menangis.

"Hiks...maaf Bar, selama ini hiks aku jahat. Pa--padahal kamu baik banget sama aku" ucap Izumi di sela-sela tangisannya.

Dengan cepat Bara melepaskan pelukannya, membalikkan tubuh Izumi menghadapnya hingga ia dapat melihat wajah gadis itu yang memerah karena menangis.

tentu saja, Bara panik melihatnya. Pria itu tak menyangka Izumi akan menangis karena ucapanya. Ini adalah kali ketiga ia melihat Izumi meneteskan air mata. Melihat Izumi menangis seperti ini membuat dada Bara sesak. Bara tidak suka melihat Izumi seperti ini.

Dengan cepat Bara kembali mendekap Izumi. Memberikan gadis itu pelukan hangat miliknya. Bara senang, karena Izumi tidak memberontak, bahkan ikut membalas pelukannya.

Kemudian, sesuatu yang gila terlintas di benak Bara. Walau masih terasa tak nyata, pria itu berusaha agar tidak kembali menimbulkan masalah dengan meragukan gadis dalam dekapannya ini.

Sekarang Izumi menyukainya. Izumi kini sudah tak lagi acuh, dingin, jutek dan memakinya. Jadi, bolehkah Bara memiliki gadis itu seutuhnya? Bara takut Izumi akan Kembali pada mantan tercintanya---Levi.

"Will you marry me? izumi?" Tanya lirih, nyaris berbisik. Bara kira Izumi tidak akan mendengar ucapanya, namun dugaannya salah besar.

"Yes, I Will!" Jawab Izumi semangat dengan air mata yang terus membasahi pipinya.

I'm yours ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang