Hampir setengah jam Chan menunggumu keluar dari kantor. Alih-alih menanti di dalam, Chan justru memilih bertahan dalam mobilnya. Akibatnya dia merasa bosan dan satu-satunya yang bisa membantunya adalah ponselnya.
Chan men-scroll media sosial miliknya yang baru dia buka. Lelaki terlonjak kaget ketika mengetahui jika akunnya ditandai bersama dengan akun milikmu oleh sebuah akun yang asing bagi Chan. Tepat pada saat itu, kau telah keluar gedung dan langsung menuju parkiran dimana mobil Chan berada.
"Halo Chan... Menunggu lama?"
Ucapmu sembari membuka pintu mobil untuk masuk. Chan tidak menjawab, dia hanya menaruh ponselnya kemudian menjalankan mobil meninggalkan perusahaan.
Menyadari kalau mungkin Chan merasa kesal karena menunggu agak lama, kau kembali membuka suara.
"Maaf ya, Chan. Aku tadi bertemu teman lama saat meeting jadi aku-"
"Tidak apa-apa."
Potong Chan bernada dingin dan raut wajahnya tetap tampak datar. Dia tidak menoleh sekalipun ke arahmu. Kau mengambil napas panjang, sepertinya mood Chan belum membaik. Dan tentu saja dia harus fokus menyetir.
Tapi berdiam terus menerus padahal kalian berada dekat itu jelas tidak nyaman, bukan? Sehingga kau membuka sebuah topik yang sekiranya dapat meleburkan suasana yang membeku.
"Chan tahu tidak, tadi aku-"
"Kau sangat menyebalkan hari ini, melebihi biasanya. Kau membuatku menunggu selama setengah jam tanpa kabar, sampai aku bosan. Dan seperti dugaanmu, aku melihat media sosialku ditandai bersamamu saat kita melakukan pertunangan oleh sebuah akun asing. Itu ulahmu kan?"
Kau termangu, tidak merasa pernah melakukan apa yang Chan tuduhkan.
"Aku tidak mengunggah apapun selama sebulan ini."
"Bohong. Lihat ini!"
Cahn menyodorkan ponselnya yang masih berada dalam postingan berupa foto kalian berdua saat acara pertunangan. Memang benar ternyata dan kau cukup terkejut.
Pasalnya, sesuai kesepakatan, kau dan Chan tak akan mengunggah apapun yang berkaitan dengan hubungan kalian sebelum kalian resmi menikah. Alasannya karena kalian adalah pasangan perjodohan dimana sesungguhnya, Chan tidak siap akan hal itu.
Atau lebih spesifiknya, Chan masih belum dapat menerima hubungan kalian sebab dalam hatinya masih tersimpan sang mantan kekasih. Dan kau tidak keberatan, bagaimanapun, kau bersyukur dapat menunaikan keinginan orangtuamu dan juga karena kau mencintai Chan, lelaki yang dijodohkan denganmu.
Kendati perjodohan itu didasari oleh bisnis.
"Masih mau berkelit apalagi? Kau kan yang mengunggah foto itu, dengan menggunakan akun samaran? Kau telah melanggar kesepakatan kita."
"Tidak Chan. Ini akun milik temanku kurasa..."
"BULLSHIT! Kau adalah boneka kesayangan Appa-mu! Orang-orang seperti kalian hanya menggunakan bisnis sebagai senjata untuk mendapatkan apapun yang kalian inginkan. Benar-benar licik!"
Kau menampar Chan cukup kencang hingga lelaki itu terkejut dan menghentikan paksa mobilnya. Ketika menengok kearahmu, kau telah menangis.
"KAU BISA MENGHINAKU SEPUAS HATIMU KARENA KAU MEMBENCIKU TAPI TIDAK DENGAN APPA-KU!"
Teriakmu histeris.
"Aku membencimu, Lee Chan."
Kau membuka pintu mobil lalu keluar dari sana. Beruntunglah, sebuah taksi sedang lewat dan dengan segera kau menghentikannya. Sementara Chan hanya diam dalam mobilnya sembari memperhatikanmu yang kini telah pergi dengan taksi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagine with Bias (ongoing)
Short StoryMari berimajinasi dengan bias-bias kita Update setiap Sabtu