Kau telah selesai membereskan barang-barangmu. Saatnya bagimu untuk membersihkan diri. Kau melepaskan jaketmu lalu kau berjalan menuju kamar mandi, namun saat kau melewati almari berpintu kaca, kau tak sengaja menoleh ke sana. Yang secara otomatis menampakkan pemandangan dirimu yang masih mengenakan kaos bertuliskan Joger. Kaos yang sama yang juga dikenakan oleh Chan Yeol tadi. Kaos couple pilihannya.
Tidak. Semuanya sudah berakhir sekarang. Kau tak boleh memikirkannya lagi. Kau harus melanjutkan harimu, tanpa perlu terbayang olehnya. Seperti sedia kala. Berbahagialah.
Kau tersenyum perlahan, walau perasaanmu belum kunjung membaik. Setidaknya, kau harus memberi semangat kepada dirimu sendiri. Ya, kau harus melakukannya. Kau harus bisa menghadapi fakta kalau kau mesti melupakan segala sesuatu tentang Chan Yeol tak peduli seberapa sakitnya atau kau akan mengacaukan hidupmu sendiri.
.
Hari-hari berjalan sebagaimana biasanya. Kau kembali disibukkan dengan rutinitas pekerjaanmu di kantor. Namun tak peduli seberapa sibuknya dirimu, terkadang kau masih teringat akan Chan Yeol. Bagaimana kabar lelaki itu sekarang?
Terakhir kali pesanmu hanya dibalas iya olehnya. Dan setelah itu kau tak lagi berkirim pesan dengannya sekalipun. Untuk apa? Kau jelas tahu akan batasanmu. Dan karena hatimu juga tidak ingin terus larut dalam kesedihan.
"Ayo pulang, cantik. Bekerjanya besok lagi."
Sosok Kim Jong In, seniormu juga sedikir ambil andil dalam proses healing-mu. Dia memang ramah dan perhatian selayaknya seorang kakak. Nyaris menyerupai sifat Baek Hyun hanya saja, versi yang sedikit genit pada perempuan-perempuan.
Kau tersenyum lantas bangkit. Bermaksud menyusul Jong In, tetapi gerak kakimu tertahan karena kehadiran sosok yang sempat kau pikirkan tadi.
Chan Yeol dengan wajah yang sama kagetnya sepertimu.
"Chan Yeol Oppa? Ada apa kemari?"
Haruskah Chan Yeol berkata jujur, kalau dia ingin bertemu denganmu. Dia merindukanmu. Kebetulan ini sebetulnya bagus, dia bisa langsung bertemu denganmu tanpa perlu banyak bersusah payah. Tapi Chan Yeol tetap tidak sesiap itu. Dia masih takut dan canggung untuk menghadapimu.
"Oh, mau bertemu Baek Hyun Oppa?"
Kau menyambung pertanyaanmu, berharap basa-basi ini akan segera berakhir lalu kau dapat segera pergi. Kau tidak tahu apa yang akan terjadi jika kalian bertahan lebih lama di sana.
"Iya. Aku ingin bertemu dengan Baek Hyun."
Pada akhirnya, Chan Yeol mengatakan jawaban yang bukan menjadi tujuannya.
"Oh begitu. Baiklah. Kurasa dia masih di ruangannya tadi."
Kenapa aku berharap dia mencariku? Dasar bodoh.
"Kalau begitu, aku permisi."
"Tunggu."
Langkahmu terjeda lagi.
"Iya?"
Chan Yeol diam sejenak. Sejujurnya hati dan pikirannya tengah berperang saat ini.
"Apa kau ada waktu luang untuk nanti sore sepulang dari kantor? Aku ingin mengajakmu keluar sebentar."
Kau tidak tahu. Dengan ajakan Chan Yeol itu, apakah kau harus merasa senang atau takut.
"Hanya berdua?"
Kau mencoba memastikan bahwa Chan Yeol yakin atas ajakannya itu. Dan Chan Yeol langsung mengangguk.
"Bisakah? Tidak akan lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagine with Bias (ongoing)
Kort verhaalMari berimajinasi dengan bias-bias kita Update setiap Sabtu