Keluarga Kecil

30 2 4
                                    

Kadangkala, hal-hal terbaik untuk kita itu datang setelah kesalahan yang kita perbuat. Setelah kita membuat kesalahan fatal sekali, lantas mendapatkan yang terbaiknya. Termasuk soal pasangan hidup. Dan itu telah terbukti terjadi dalam hidupmu.

Setelah patah hati yang dalam, mengecap pahitnya perpisahan serta melakoni beratnya merelakan, kini kau telah menemukan kebahagiaan bagi hidup.

Adalah Yang Jeong In, pria   berkewarganegaraan Korea yang telah berhasil merebut tahta dalam hatimu. Lelaki itu tidak mengikatmu melalui hubungan sebagai sepasang kekasih, melainkan lewat pendekatan berupa pertemanan yang solid. Hingga Jeong In memberanikan diri untuk menjadikanmu sebagai separuh jiwanya untuk selamanya.

Proses itu terbilang tidak mudah. Mengingat luka dari masa lalumu sempat membuat perasaanmu membeku. Belum lagi dengan usaha keras meyakinkan ayahmu bahwa Jeong In sungguh-sungguh memujamu.

Namun pada akhirnya, kini kau dan Jeong In telah hidup bahagia bersama. Dimana Jillian Yang, buah hati kalian, menjadi penyempurna untuk keluarga kecil itu.

"A b c d e f g, h i love you, Jillian baby..."

Jill tersenyum kearah ayahnya yang memainkan gitar mainan sambil bernyanyi. Sementara kau tengah menggendong bayi perempuan yang imut itu sembari memutar tubuhnya pelan namun teratur.

"Biarkan Jill tidur, Papa. Ini sudah malam."

"Fine. Aku akan diam setelah ini. Tapi sepertinya dia terus mengintipku dibalik bahumu."

Jeong In tersenyum kepada Jill yang langsung menyembunyikan kepalanya diantara ketiak sang ibu. Tingkah bocah itu benar-benar lucu.

"Oh iya? Sekarang Jill yang nakal?"

Seolah mengerti kalau kedua orangtuanya sedang mengajaknya bercanda, Jill tertawa kecil sambil memberontak dalam gendonganmu. Sang ibu merasa gemas lantas mencium pipi Jill.

"Papa juga mau dicium..."

Jeong In merengek seperti lupa umur. Jika sudah berhadapan dengan keluarga, Jeong In seringkali lupa bahwa dia adalah seorang suami dan seorang ayah.

"Papa nakal, tidak usah dicium, ya?"

Kau bergumam kepada putri kecilmu dan mendapat tamparan ringan di bagian pantat dari suamimu. Kau menjulurkan lidahmu.

Cengkrama kalian terjeda usai terdengar bunyi bel apartemen. Jeong In bangkit untuk membukanya. Selang berapa detik, muncul sosok Seung Min dengan senyum hangatnya menyapa Jill.

Kim Seung Min merupakan sepupumu.

"Hello Jill? It's me, your handsome Uncle."

Pada dasarnya, Seung Min adalah orang yang ramah kepada siapapun. Apalagi jika kepada anak kecil yang juga keponakannya.

"Hello Seung Min Uncle. Long time no see."

Seung Min tersenyum setiap kau berbicara dengan menirukan suara anak kecil sebagai jawaban.

"How are you today?"

"I'm fine. Thank you. And you?"

Jeong In hanya menjadi penonton adegan anak beserta istrinya mengobrol dengan Seung Min.

"Fine too."

Jeong In menggelengkan kepalanya mendengar percakapan keduanya lantas menaruh sebuah kantong plastik di atas meja tamu.

"Mau minum apa, Uncle?"

Seung Min menggeleng.

"Nothing. Hanya mau menggendong Jill. Maukah?"

Imagine with Bias (ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang