Hanya Teman

25 3 0
                                    

"Mana itu mantanmu? Mentang-mentang sudah putus lalu tak ada simpatiknya sedikit pun. Perempuan macam apa dia? Benar kan ucapanku, mantanmu itu perempuan tidak baik. Saat pacaran hanya menjadi beban, saat menjadi  mantan, tidak tahu diri. Padahal kau sampai kecelakaan seperti ini gara-gara siapa kalau bukan dia?"

Selagi kau pergi ke kantin, ternyata Hye Im datang menjenguk Ki Hyun, tak peduli walau telah larut malam. Benar-benar nekad.

"Cukup! Kau menghina perempuan yang aku sayang, yang berarti kau menghinaku juga. Dia bukan beban untukku, dia selalu menolak bantuan orang padahal dia jelas membutuhkan. Dia kesini, bahkan membelikanku sesuatu ketika dia sendiri belum benar-benar sembuh dan baru kembali dari kampus. Maaf, tapi bagiku yang tak tahu diri adalah kau.

Kau tahu, dia cemburu melihat pertemananku denganmu, tapi dia diam saja. Karena apa? Dia menghargaimu, sebagai teman lamaku. Tapi apa yang kau lakukan? Padahal kau juga perempuan. Satu lagi, aku kecelakaan karena kesalahanku sendiri, aku mau minta maaf pada dia. Gara-gara perbuatanmu juga.

Sekali lagi maaf, mulai sekarang tolong jauhi aku dan dia. Selagi aku masih bisa sabar, jangan buat aku bertindak kasar."

Tadinya Ki Hyun ingin beristirahat sesuai permintaanmu, tetapi karena kehadiran Hye Im yang membawa aura tak mengenakkan, mau tak mau Ki Hyun bangun.

"Tapi aku suka padamu, Ki Hyun."

Pada akhirnya, Hye Im mengungkapkan alasan di balik sikap buruknya. Namun, Ki Hyun tidak tersentuh sama sekali.

"Maaf tapi aku tidak suka padamu. Dari dulu, kau sudah kuanggap seperti adikku sendiri. Tidakk lebih. Tolong mengerti."

Ki Hyun masih berusaha keras supaya dia tidak bersikap yang sampai membuat Hye Im sakit hati. Tanpa mereka sadari, kau sebenarnya sudah berada di samping pintu bagian luar.

"Dia selalu dia! Apa yang membuatmu hanya perhatian kepadanya saja? Padahal disini, aku, yang kenal dirimu lebih lama. Cinta padamu sejak dulu, tidak pernah kau lihat? Dia punya keistimewaan apa, sampai kau sepenurut ini? Cantik? Pintar? Kaya?"

"Dia mengerti diriku."

Hye Im terdiam.

"Itu yang membuatku tidak bisa melihat gadis lain selain dia. Dia tahu kapan waktunya menjadi sensitif, kapan waktunya untuk sabar, kapan waktu untuk menoleransi bahkan kapan waktu untuk tidak peduli. Lamanya pertemananku denganmu, tidak bisa menjadi ukuran.

Kau perempuan yang baik, sebenarnya. Tapi aku tak bisa melihatmu lebih dari teman. Maaf. Tapi aku yakin, diluar sana ada banyak laki-laki yang sayang padamu dengan tulus, melebihi sayangku kepadamu, yang hanya sebatas teman ini. Sekali lagi maaf."

Tentunya dengan jawaban dari Ki Hyun, hati Hye Im justru semakin hancur. Tapi mau bagaimana lagi, Ki Hyun memang tidak memiliki perasaan khusus pada Hye Im. Betapa pun lamanya pertemanan mereka terjalin dan sedalam apa pun cinta Hye Im kepadanya.

Kau tetap menjadi nomor satu bagi Ki Hyun dan mungkin tidak akan bisa terganti. Hye Im yang selama ini tampak tiada gentar mempertahankan perasaan serta terus berjuang mendapatkan cinta Ki Hyun, nyatanya harus mengalah sekarang.

Hye Im terpaku di tempatnya. Tidak tahu harus bicara atau bergerak bagaimana. Sepertinya, ucapan Ki Hyun kali ini paling menusuk untuknya.

"Hye Im?"

Seolah tak mendengar panggilan Ki Hyun, Hye Im melangkah mendekati ranjang pemuda itu. Gadis itu mendadak menjulurkan tangannya kearah leher Ki Hyun yang mulai panik.

"Hye Im? Kau mau apa?"

Ki Hyun gagal menghindar ketika Hye Im berhasil meraih tengkuk lelaki itu dan mendekatkan wajahnya pada Ki Hyun. Kau refleks membuang makanan yang kau beli lalu menghampiri Hye Im. Kau menampar pipi teman kekasihmu sekuat mungkin hingga hampir terjatuh.

Ki Hyun dibuat sangat terkejut dengan perilakumu yang berada diluar dugaan. Selama bertahun-tahun menjadi  pendampingmu, Ki Hyun belum pernah melihat sisi kasar dirimu kecuali hari ini.

Baik Hye Im maupun kau saling melempar pandangan tak suka. Ki Hyun berupaya bangkit, ingin menengahi keributan yang disebabkan olehnya.

"Tahu diri, jalang."

Ucapmu dingin dalam suara dan tatapan.

"Kurang ajar kau! Tapi tak apa, aku suka melihat kau yang menunjukkan emosi seperti ini. Wajah aslimu sudah terbuka dan biar Ki Hyun tahu seberapa buruknya kau."

"Park Hye Im cukup! Keluar sekarang atau aku panggil security."

Peringatan dari Ki Hyun hanya dianggap angin lalu.

"Tidak bisa, Ki Hyun. Kau sudah lihat kan? Dia-"

Kau menampar Hye Im sekali lagi.

"Kau-"

"Ini memang keburukanku, Hye Im. Dan apa kau pikir aku peduli penilaian Ki Hyun setelah aku melakukan perbuatan seperti ini?

Tidak.

Tapi sayangnya, meski dia tahu, dia tetap memilihku. Jadi, apa gunanya kau membuang waktu di sini? Kau setidak laku itu, ya?"

Hye Im benar-benar kehabisan kesabaran. Dia akan membalas menamparmu ketika kau berteriak ke arah luar.

"SECURITY, TOLONG BAWA KELUAR PEREMPUAN INI!"

"Tidak, Ki Hyun. Apa kau benar-benar akan menyudahi pertemanan kita yang sudah lama? Dia perempuan iblis. Kau akan menyesal karena memilihnya."

Security segera membawa Hye Im keluar dari area rumah sakit. Sedangkan Ki Hyun mengajakmu duduk di sofa. Seketika kau menutupi wajah sembari menangis.

Meski tanpa diberitahu, Ki Hyun tahu kau jelas tidak baik-baik saja. Ketika dikuasai amarah, kau menjadi sosok yang keras dan cengeng disaat yang bersamaan.

Kau adalah orang yang tak bisa diperlakukan dengan kasar, namun ketika marah, emosimu menjadi tak terkendali. Sehingga seringkali kau justru menyakiti orang lain yang terkadang membuatmu menyesal telah berbuat kasar, terlebih pada sesama perempuan.

"Maafkan aku, Ki Hyun. Maaf sudah memperparah keributan. Sudah menampar bahkan membuat putus pertemanan kalian, aku pantas dibenci karena keegoisanku."

Ki Hyun menggeleng. Mengapa kau meminta maaf karena telah jujur dan tegas atas penderitaan yang selama ini hanya kau pendam.

"Ssstt... Tidak apa-apa, sayang. Kita memang harus seperti itu kan supaya dia mengerti? Kau sudah bersabar dan mencoba melakukan yang terbaik selama ini."

Ki Hyun merenggangkan pelukannya. Dia mengusap pipimu yang basah.

"Aku tak masalah kehilangan teman seperti dia, tapi kalau kehilangan dirimu, aku tidak bisa. Aku sayang padamu."

Ki Hyun menatapmu beberapa detik kemudian mempertemukan bibirnya dengan milikmu. Kau membalasnya lalu ketika kau ingin melepaskannya, Ki Hyun justru melumat bibirmu.

"Arrggghh..."

Tiba-tiba tautan kalian terlepas akibat teriakan Ki Hyun yang mendadak. Kau langsung mengecek apa yang terjadi dengan kekasihmu tersebut.

"Kenapa Ki-oh ya ampun. Darahmu naik."

Kau segera mengembalikan infus  Ki Hyun ke tiangnya. Sehingga posisi antara tangan Ki Hyun dan infusnya kini berjauhan.

"Kembali ke brankar, ya. Istirahat. Aku ambil-oh iya. Makanannya tadi jatuh. Aku ke kantin-"

Kau yang ingin pergi malah ditahan oleh Ki Hyun.

"Tidak. Kau berbaringlah dengan aku di sini."

Kau memperhatikan brankar untuk beberapa saat.

"Tidak muat, Ki Hyun."

"Muat. Tubuhmu imut. Sudah sini. Temani aku tidur."

Ki Hyun menarikmu, kalian hati-hati sekali membaringkan diri di atas brankar. Tangan Ki Hyun yang bebas dipakai untuk merangkulmu.

"Aku kuncimu. Hanya bisa pergi kalau dapet izin dariku."

Ki Hyun menutup matanya.

"Dasar posesif."

END

Halo Monbebe.. Aku suka Wonho dulu🙃

Imagine with Bias (ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang