Rᴀᴄʜᴇʟ's Lᴀsᴛ Sᴛᴏʀʏ (#SFS2) [END]

RLS | 24

Ada yang nunggu Rachel update?

VOTE dulu ya sebelum baca!
Dan ramein sama komenan kalian😉
Jangan lupa follow juga😉

Siap kedatangan anggota baru?🤫🤭

Enjoy and happy reading❤
___________________

Kacau, itu yang berada di fikiran Max saat ini. Dengan langkah lebarnya ia mengejar kedua orang tuanya beserta istrinya. Bagaimana bisa mereka datang di waktu yang bersamaan? Tapi yang ia fikirkan sedari tadi adalah Rachel, istrinya.

Ada rasa nyeri saat ia di abaikan olehnya dan sedari tadi Rachel enggan menatapnya namun ia dapat melihat pancaran kekecewaan dari mata serta raut wajahnya. Mengusap kasar wajahnya ia segera mencekal lengan bebas istrinya.

"By ..."

Ketiga berhenti secara bersamaan dan menatap Max dengan tatapan yang berbeda-beda.

"Mah pah tinggalin kita berdua ya." Dengan raut memohon pada kedua orang tuanya.

Kedua orang tuanya pun saling melempar pandangannya hingga Daniel mengangguk pelan membuat Rina menghela nafas panjangnya.

"Kami tunggi di restoran depan kantor." Ujar Rina sebelum membawa suaminya pergi.

Kini tinggalah kedua insan yang masih terdiam di tempatnya.

"By ..." lirihnya dengan mencoba menggapai lengan Rachel.

Namun dengan cepat Rachel menepisnya kemudian melipat kedua tangannya di depan dadanya menatap kesal suaminya.

"Maaf. Aku bisa jelasin semuanya, jadi jangan marah ya."

"Jelasin yang mana? Sebulan gak ada kabar? Kantor di ambang gulung tikar? Kamu hamilin wanita lain? Atau tentang pembangunan hotel di tanah ilegal?" Ujarnya datar.

"Maaf by maaf ... aku cuma gak mau kamu kepikiran. Aku__"

"Terus kamu biarin aku disana udah kayak orang bego nungguin suaminya yang ada kabar dengan berbagai asumsi negatif huh?!! Kamu anggap aku apa?!!"

"By jangan marah-marah oke, kita bicarain baik-baik. Aku gak mau kamu sama baby twins kenapa-kenapa ya."

"Kamu yang buat aku marah!! Disana aku ketakutan dengan pikiran-pikiran negatifku. Aku takut kamu terjebak seperti kejadian beberapa bulan yang lalu, aku takut kamu bakal tinggalin aku, aku takut kamu bakal hiks."

Hancur sudah pertahanannya, dengan menangkup wajahnya ia menyembunyikan tangisannya di balik telapak tangan mungilnya. Dengan cepat Max memeluk sang istri untuk memberikannya ketenangan.

Tanggannya terus mengusap punggung bergetar istrinya dengan membisikan kata-kata penenang untuknya. Ia pun terus menggumamkan kata maaf karena telah membuat istrinya seperti ini. Ia pikir dengan menyembunyikan masalahnya dapat membuat Rachel tidak usah terbebani dengan masalahnya, namun ia salah ia telah membuat Rachel terbebani dengan berbagai asumsi negatifnya selama ia disini.