RLS | 23

287 38 35
                                    

Mau curhat bentar. Jangan di skip ya!

Cerita ini sebenernya panjang sampe 5 series dan di series ke 2 ini bakal sad ending sesuai apa yg gw tulis dr 1 th yg lalu di buku. Tapi kalo kalian bener" suka sama pasangan ini dukung mereka ya, mungkin dengan spam komenan kalian bisa bikin autor moodnya baik dan mengubah alur yg sebenernya.

So jangan pelit buat Vote dan komen di setiap partnya. Kalo nanti mendekat ending votenya gk sampe 1K maaf aja ya kalo endingnya gak sesuai expetasi kalian.

Yg belum follow akun autor juga follow dulu ya.


Enjoy and happy reading❤
________________________


Rumah besar itu sepi, hanya terdengar suara dentingan jam yang kini menunjukan pukul 9 pagi. Baru saja dua hari Rachel tak melihat suaminya ia sudah sangat merindukan pria itu. Dengan cepat ia mengambil ponselnya dan mendial nomor suaminya.

Terdengar suar deringan yang menandakan panggilannya tersambung namun tak kunjung di jawab dari pria di seberang sana. Ia terus mendial nomor tersebut meski dengan decakan dan gerutuan sebal dari bibir mungilnya.

Sementara pria di seberang sana tengah terlelap namun suara bising dari ponselnya mengganggu indra pendengarannya membuatnya terusik dari tidurnya. Tanpa melihat siapa yang menelfon ia langsung menggusap icon hijau yang tertera di layarnya hingga suara nyaring di seberang sana membuat matanya terbuka dengan sempurna.

"MAX!!!!"

"Astagfirullah by untung gak punya riwayat jantung." Gumam pria itu setelah duduk dengan tegap akibat teriakan di seberang sana.

"Kamu kemana aja sih!! Dari tadi di telfon gak di angkat-angkat hah?!! Kamu sengaja ya bikin aku kesel ya?!! Kenapa gak ngabarin aku hah? Dari kemarin aku nungguin kamu! Aku khawatir tau gak?!!!" Omel Rachel di seberang sana.

Sementara Max kembali membaringkan tubuhnya menikmati ocehan sang istri yang justru terdengar merdu di telinganya. Sungguh ia merindukan pemilik suara itu terlebih saat tengah mengomel seperti ini raut wajahnya akan terlihat lebih cantik dan menggoda di matanya. Ah ia benar-benar ingin pulang sekarang dan mendekap wanitanya seharian.

"Maaf."

Rachel memejamkan matanya erat, lihatlah bahkan hanya mendengar suara pria di seberang sana mampu membuat rasa kesalnya meluap seketika. Bahkan Max hanya mengucapka satu kata namun efeknya sedahsyat itu mampu meruntuhkan pertahanannya. Sungguh rasa kesalnya menguap seketika.

"By ..." panggil pria itu lagi.

"Kenapa gak ngabarin? Aku nunggu kabar kamu dari kemarin! Bukannya kamu udah sampai dari kemarin?"

"Maaf kemarin aku bener-bener cape banget sampe gak sempet ngabarin kamu. Kamu tau sendiri seberapa lama perjalanan dari sana kesini habis itu aku jet-lag by jadi aku langsung tidur dan siangnya aku di bangunin Alex buat rapat pemegang saham sampe petang tadi baru selesai. Aku pulang ke apart dan ketiduran lagi karena masih jet-lag. Maaf ... maaf udah buat kamu khawatir. Maaf udah buat kamu kepikiran." Sesal pria itu.

"Kangen~" rengeknya mengabaikan sang suami Rachel benar-benar tak bisa membendung lagi kerinduannya.

Raut yang tadinya sendu kini berbinar seketika mendengar satu kata dari wanita di seberang sana apalagi dengan nada rengekannya, itu benar-benar menguji hatinya. Sungguh ia ingin pulang detik ini juga.

"Miss you to baby."

"Dedeknya kangen papanya, masa?"

Max semakin terkekeh mendengarnya, membayangkan raut istrinya saat ini pasti sangat menggemaskan.

Rᴀᴄʜᴇʟ's Lᴀsᴛ Sᴛᴏʀʏ (#SFS2) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang