12 🔸DIHUKUM

30.1K 3.7K 30
                                    

Stay Enjoy
Happy Reading
________________________


Motor hitam itu melaju dengan kecepatan bak dikejar setan, meleset dengan kilat tak menghiraukan pengunjung lain yang melongo. Betapa santainya sang pemilik menerobos seenaknya, hingga mereka yang sudah lumutan menunggu kemacetan ini hanya bisa menggerutu dalam hati.

"Apa kita akan terlambat?", tanya Alice setengah berteriak. Gadis itu masih duduk santai tanpa takut sekalipun. Baginya, motor yang melaju cepat ini tak beda jauh dengan kudanya yang selalu ia bawa ke mana-mana dulu.

"Berdoa aja lo", ujar Athala.

"Doa ke siapa? Gue nggak percaya dengan dewa dewi", ujar Alice.

Athala tidak menyahut karena sekarang bukan saatnya meladeni perkataan Alice, yang selalu membuatnya tak bisa berkata-kata.
Sedangkan Alice merasakan matanya memberat.

Aiss betapa enaknya diposisi seperti ini. Posisi yang membuatnya mengantuk karena tubuhnya diterjang angin sepoi-sepoi yang menyejukan. Gadis itu memilih mengusir kantuknya.

Mereka seperti ini karena Athala susah bangun. Alice sempat takut jika lelaki itu sudah mati, karena tak kunjung membuka mata. Terpaksa Alice harus menarik kakinya, hingga kepala lelaki itu terhantuk ke bawah lantai.

Dan apa yang telah diperkirakan Athala sejak awal benar adanya. Gerbang besi itu sudah tertutup sempurna. Terdengar suara pidato kepala sekolah yang sedang berceramah ke murid-muridnya. Semua itu karena hari ini adalah hari senin, dan keduanya terlambat 45 menit.

"Jadi gimana dong? Kita balik?", ujar Alice sambil menggaruk kepalanya, sambil turun di atas motor.

"Kita lewat belakang", sahut balas Athala yang kini mendorong motornya tanpa suara, meletakannya di samping warung.

Keduanya yang dipimpin Athala segera menuju ke belakang, yang melewati tempat pembuangan sampah. Alice pun dengan setia mengikuti Athala tanpa protes.

Alice menabrak punggung lelaki itu yang tiba-tiba berhenti.
"Lo ngapain di sini?"

Suara datar Athala membuat Alice mengerutkan kening. Apanya yang ngapain? Gadis itu memilih melongokan kepala. Di sana berdiri lima orang lelaki dengan pakaian urakan, sedang bersiap-siap memanjat tembok.

"Suka-suka kita lahh. Lo siapa nanya-nanya gitu, lo juga ngapain di sini?", ujar seorang lelaki maju satu langkah, menatap remeh pada Athala.

Athala mengepalkan tangan. Alice mendelik kesal. Athala adalah seseorang yang cepat kepancing emosi, hampir sama dengan antagonis lain, yang pada akhirnya itulah yang membuat mereka kalah. Kelima lelaki itu adalah Dexter, Fabian, Caesar, Archer, dan Azka.

"Udahh Azka. Lo buat cewek manis itu takut. Iya kan cantik?", ujar Archer mengedipkan mata ke arah Alice yang bukannya tersipu malahan memelototi Archer, si paling friendly di antara kelimanya.

"Halah blushit lo, gue sembelih anu lo baru tahu rasa", ujar ceplas ceplos Alice, membuat keenam lelaki termaksud Athala menatap tak percaya pada gadis itu. Sontak Archer menatap ke bawah.

"Heh! Cewek nggak boleh ngomong gitu", ujar Archer merasa terlecehkan. Gadis di depannya benar-benar tak punya rasa kasihan pada masa depannya yang malang.

"Hahaha say good bye untuk your burung brother", tawa Fabian menatap kasihan pada temannya itu.

"Galak banget si cantik. Mending kenalan yukk, siapa tau jodoh", ujar Archer mengulurkan tangan, namun langsung ditepis oleh Athala, yang menatapnya tajam.

Unique Couple [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang