0.5

2.6K 500 165
                                    

Haitani Brother's

[Name] menatap canggung pada pria yang memegang tangannya ini, terlebih dia menangis tepat di depan makam dan juga di bawah hujan.

Dengan ragu, [Name] memayungi pria yang memiliki potongan rambut ubur-ubur itu. Pria itu tampak sangat kelelahan, dan menyedihkan. 

Gadis itu juga mengelap wajah pria yang memiliki nama Haitani Rindou itu dengan sapu tangannya. 

"Ah... maafkan aku... aku pikir kau Ibuku..." ujar pria itu dengan wajah memerah, begitu menatap lekat-lekat wajah [Name]. "Kau sangat mirip dengannya..."

Dengan panik, [Name] mengibaskan tangannya. "Tidak! Tidak apa-apa! Semua orang pasti pernah melakukan satu atau dua kesalahan, bukan?" ujarnya dengan panik.

Pria itu terkekeh, mengambil alih payung yang dibawa oleh [Name], sebab gadis itu terlalu pendek dan membuat lehernya sakit karena harus menunduk.

"Maaf karena ketidaksopananku. Sebagai permintaan maaf, bagaimana jika kita makan malam bersama?" tawarnya. "Sebelumnya, namaku Haitani Rindou, sepertinya aku lebih tua darimu?"

"Akashi [Name], salam kenal... err... Paman?" panggilnya ragu.

Rindou terdiam sesaat, kemudian tawa merdunya mengudara. Tawa yang berhasil membuat [Name] memerah karena malu. Gadis itu takut panggilannya pada Rindou membuat pria itu tersinggung.

Tangan pria itu terulur mengusap surai rambut [Name]. Senyumannya yang lebar dan hangat, kembali membuat wajah gadis itu merona.

Rindou sangat tidak baik bagi jantungnya.

"Kau disini ternyata, adik manisku."


╭── ೋ ──╮

Ƭαяɢɛт Ƙɛℓιмα 

Ħαιтαиι Яαи
30 тαнʋи 

˩σѵɛ Ƥαяαмɛтɛя : 105%

╰── ೋ ──╯



"Oh... sepertinya pria yang satu ini gila, seperti Sanzu..." batin gadis itu merasa ngeri melihat rasa suka Ran pada pemain.

"Sudah puas menatap makam Kaa-san?" 

"Berisik."

"Hee?? Jahat sekali~" Ran melirik pada [Name], membuat gadis itu tersentak. "Oh, gadis yang manis! Halo! Namaku, Haitani Ran, Aniki Rindou. Siapa namamu?" tanyanya dengan sangat ramah.

"Kau menakutinya, Aniki."

[Name] melirik pada Kokonoi yang tampak berlari ke arahnya. Kakak tirinya itu segera berdiri di hadapannya, menjadi perisai bagi gadis itu.

Kokonoi menatap tajam pada Haitani bersaudara, sementara Ran terkekeh menatap ekspresi Kokonoi yang tampak mengerikan itu, meski tidak membuatnya takut.

"Jadi... apakah dia adik tiri yang kau maksud?" tanya Ran pada Kokonoi. "Artinya... dia anak dari Takeomi dan keponakan Sanzu? Wah... kebetulan macam apa ini?"

"Kebetulan yang sangat gila," jawab gadis itu dalam batinnya, dia tidak berani membuka suara.

"Ngomong-ngomong... wajahnya mirip dengan mendiang saudari kembarku..." celetuk Ran dengan wajah sendu.

606 CODE [BONTEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang