2.1

1.5K 329 18
                                    

Missing Puzzle

.

.

.

Setelah melewati banyak kegilaan, [Name] sadar jika permainan ini sebenarnya sebuah permainan teka-teki. Dan [Name] baru menyadari jika kunci dari teka-teki itu terdapat pada Ibu tirinya tersebut.

Sudah seminggu berlalu semenjak [Name] menceritakan mengenai perilaku Bonten yang terobsesi padanya, dan saat itu Raina tidak terlalu terkejut. Wanita itu seakan tahu jika [Name] akan mengalami hal itu.

Yang ditarik kesimpulan oleh [Name], bahwa Raina adalah pembantu dari game tersebut. Ya... kalian paham bukan? Seperti Paimon pada Genshin Impact.

Saya tidak promosi, btw.

Kembali ke kenyataan, baru saja [Name] mendapatkan pesan dari Raina. Wanita itu akan menjemputnya, dan akan membawanya menuju kediaman lama Raina. Tempat yang menurutnya paling aman untuk membahas hal ini.


"Papa tidak pernah menyangka jika kamu akan sangat dekat dengan Raina," ujar Takeomi mengusap rambut [Name]. "Padahal Papa tidak pernah berharap kamu sedekat ini dengannya. Kamu menerimanya saja Papa sudah bahagia."

"Ibu tidak seburuk itu. Lagipula, beliau memegang kunci besar yang dapat membebaskan [Name]."

"Membebaskanmu? Memangnya anak Papa ini kenapa?"

"Jatuh cinta dengan kriminal," jawab gadis itu dengan kekehan.


Begitu Raina datang, Takeomi segera memeluk [Name] dengan erat dan mencium kening anaknya itu. Hal itu dia lakukan juga pada Raina, istrinya.

[Name] sudah terbiasa, tidak merasakan sakit hati lagi melihatnya, seperti saat pertama kalinya dia melihat hal itu. Tidak ada waktu untuk memikirkan cinta, yang utama adalah kebebasannya saat ini.


"Kita pergi ke rumah abu terlebih dahulu."


Meski tidak mengerti, [Name] tetap membawa mobil menuju ke tempat yang diminta oleh Raina. Wanita itu adalah kuncinya, dia akan mengikuti segala keinginannya.

Tiba di tempat tujuan, [Name] hanya diam mengikuti langkah Raina. Bahkan ketika mereka berhenti pada sebuah lemari kaca yang berisi guci kecil dan foto seorang perempuan yang cantik.

Tidak mengenali sosok tersebut, bukan berarti [Name] akan diam sambil menunggu Raina selesai berdoa. Gadis itu ikut mendoakan ketenangan jiwa perempuan yang tidak dia kenali itu.


"Namanya Inui Akane, dia cinta pertama Kokonoi."

Terkejut? Tentu saja. Tidak pernah dia berpikir jika salah satu dari mereka ternyata pernah merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya.

"Akane-chan meninggal karena kebakaran yang terjadi di rumahnya. Hari itu merupakan hari terberat untuk Koko. Dia menjadi berandalan, dan ya berakhir menjadi kriminal."

"Maafkan aku bertanya hal ini, tapi mengapa nama keluarganya berbeda denganmu, Ibu?"

Raina tersenyum tipis, "Dia bukan anakku. Aku hanya iseng mengadopsinya, tidak lebih dan kurang," jelasnya yang membuat [Name] gagal paham.

"Ayo pergi!"


Sejak awal kepergian mereka, [Name] sadar jika mereka tengah diikuti oleh seseorang. Entah yang mengikuti bermaksud baik, atau justru sebaliknya. Mengingat dia mengibarkan bendera perang secara langsung pada Bonten.

606 CODE [BONTEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang