2.2

1.5K 325 33
                                    

The Last Part

.

.

.

Sejauh ini, [Name] belum mendapatkan teror apapun. Raina yang saat ini tengah bersembunyi di kediaman Tachibana juga dalam keadaan baik. Tidak ada yang mengusik mereka berdua.

Meskipun takut, [Name] menganggap hal ini sebagai keberuntungannya. Dia bisa menyusun segala rencana hingga akhir dengan tenang, dan dia tidak membagikan rencananya itu pada siapapun.

Di dunia itu, meski Raina di pihaknya, dia harus menyimpan rencananya sendiri. Raina tidak akan membocorkan rahasia itu pada Bonten, tapi dunia ini yang akan membocorkan rahasia itu pada Bonten.

Dinding memiliki telinga.


"Sampai kapan kau akan menumpang di rumah Hinata?" tanya Haneul memberikan soda pada [Name]. "Jangan salah paham, aku tidak bermaksud menyuruhmu untuk pergi, tapi keluarga Hinata tidak ada hubungannya dengan hal ini."

[Name] menceritakan masalahnya pada Haneul dan Kazutora, mengingat keduanya pernah berhubungan dengan dunia gelap seperti yang dia lakukan. Ketiganya menutup rapat-rapat mulut mereka, agar Hinata tidak tahu.

"Sebentar lagi. Saat seluruh kunci sudah terkumpul."

"Bagaimana caramu mendapatkan kunci terakhir? Bukankah artinya kau harus bertemu dengan Pamanmu yang mengerikan itu?"

"Entahlah..."


Haneul menggeram rendah. Dia kesal, tapi dia juga tidak memiliki rencana yang dapat membantu [Name].

Bersama dengan Kazutora, Haneul sudah membongkar makam milik Shinchiro dan mendapatkan bagian kunci yang kedua. Mereka melakukan hal itu secara diam-diam, dan merapikan kembali makam milik Shinchiro seperti semula.

Takut? Merasa bersalah? Tidak sama sekali.

Keduanya dengan senang melakukan hal itu, mengingat mereka juga sama terobsesinya pada [Name] seperti Bonten, namun masih dalam batas wajar. Oleh sebab itu, mereka terima saja menjadi anjing [Name].


"Apakah Takeomi menerormu?" tanya Haneul yang tanpa sengaja melihat ponsel [Name] yang bergetar karena panggilan masuk Takeomi.

"Tidak bisa dibilang seperti itu, tapi ya..."

[Name] menjawab panggilan, mendekatkan ponsel pada telinganya. Haneul juga mendekatkan kepalanya, berusaha menguping pembicaraan antara Ayah dan anak itu.

"[Name] sayang, sampai kapan kamu akan membawa istri Papa pergi, hm? Apakah kamu tidak kasihan dengan Papa yang selalu tidur sendirian setiap malam?"

"Tidak. Bukankah sebelumnya Papa juga seperti itu?"

Terdengar helaan napas panjang dari sebrang sana, "Papa tahu kamu sedang berselisih dengan Bonten, tapi bisakah kamu tidak membawa jauh istri Papa?" tanya Takeomi, masih dengan nada tenang.

"Papa itu penasehat Bonten. Papa salah satu dari mereka, dan aku mengibarkan bendera perang pada mereka. Ibu membantuku untuk melawan Bonten, bukankah artinya Ibu juga musuh kalian?"

"Damn you child. Kalian itu bukan musuh kami! Berapa kali harus Papa bilang, Mikey tidak marah sama sekali, begitu pula anggota eksekutif lainnya. Mereka memaafkanmu!"

"Aku tidak percaya."

"Apa yang harus Papa lakukan supaya kamu percaya dan mau kembali ke rumah?"

606 CODE [BONTEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang