Mission Completed!
.
.
.
Garu yang telah dinyalakan, diletakkan pada makam di hadapannya. Kedua orang tuanya di permainan ini, telah dibunuh oleh Bonten. Tidak salah, Bonten bahkan membunuh sang penasihat mereka agar [Name] mau menyerahkan kunci ruangan itu padanya.
Genkei, sang kakek, menepuk bahu [Name] dengan cukup kuat. Memberi semangat pada cucunya itu, sekaligus memberi ancaman jika gadis itu tidak boleh kalah dalam perang ini. Dia telah kehilangan segalanya, oleh karena itu [Name] harus menang melawan Bonten.
Karena [Name] akan melawan Bonten beserta pasukannya yang cukup besar, Genkei menawarkan bantuan dengan meminjamkan anak buahnya. Bagi kakek tua itu, tidak masalah jika anak buahnya harus mengorbankan diri mereka, demi balas dendam milik [Name].
"Kalian tahu, kalian bisa lari sejauh mungkin jika tidak ingin ikut dalam pertempuraan ini," [Name] memainkan kakinya yang berada di dalam kolam renang. "Kalian memiliki keluarga bukan? Larilah dan bersembunyi, aku bisa melakukan hal ini sendiri."
"Tapi Nona, Genkei-sama pasti akan menemukan kami dan membunuh keluarga kami. Tidak mungkin kami membiarkan hal itu."
"Ya... itu memang masalah kalian."
Gadis itu bangkit dari posisinya, menatap ratusan orang yang akan membantunya. "Pilihan kalian adalah mati untuk melindungiku, atau mati karena tidak ingin melindungiku. Nyawa kalian bukan tanggung jawabku, namun aku akan sangat berterima kasih jika kalian berhasil membantuku mendapatkan apa yang aku inginkan," ujarnya menatap datar mereka semua.
Sosok [Name] benar-benar berubah semenjak kematian Takeomi dan Raina, gadis itu benar-benar kehilangan emosinya, dia tidak peduli dengan hal lain, selain misinya untuk keluar dari permainan tersebut.
Dalam pertempuran itu, [Name] membawa 2 orang dokter bedah. Mereka yang kelak akan merobek tubuh [Name] untuk mengambil potongan kunci di tubuhnya, dan mereka pula yang akan menjahit kembali robekan itu.
Gadis itu tidak percaya diri jika dia akan menang. Tapi tidak ada salahnya bukan jika dia berharap dia akan berhasil pada misi terakhirnya ini?
"Persiapkan diri kalian! Kita akan berangkat!"
.
.
.
"Mikey, kau yakin hanya akan menggunakan seratus orang saja untuk melindungi kita?" Kakucho bertanya sebab merasa heran. "Kau tahu bukan jika [Name] itu sama gilanya seperti Sanzu, atau mungkin saja sekarang dia menjadi semakin gila? Ditambah Genkei memberi bantuan padanya."
"Tidak apa-apa! Bukankah tujuan kita adalah membuatnya menunjukkan dimana kunci itu? Oleh karena itu, kuharap kalian tidak berusaha membunuhnya!" Mikey memberi ancaman dengan senyuman lebar.
"Mengapa kami tidak boleh membunuhnya?"
Mikey menatap Ran, kemudian menatap pada figura besar yang berada di ruangan utama mereka itu. "Kunci itu... pasti berada di dalam tubuhnya. Jika kita membunuhnya, kunci itu akan ikut menghilang bersama dengan jiwanya yang mengulang permainan ini. Hal itu juga berlaku apabila kita memaksa untuk mengambil kunci itu dari dalam tubuhnya, dia pasti akan mati dan hal itu sangat menyusahkan," jelas pria itu sembari mengusap foto dalam figura besar itu.
"Bagaimana jika dia akan membunuh kita?" tanya Rindou. "Jika kita sampai mati, permainan ini jelas berakhir. Akan bagus jika dia berhasil membuka pintu itu, tapi jika dia gagal dan justru dibunuh oleh orang lain, [Name] tidak akan dapat mengulangi kembali permainan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
606 CODE [BONTEN]
Fanfiction[COMPLETED] "606 in computer DOS operating systems means error. Error 606 means reset" "And we are error 707, which means that a part or even al the hard drives memory cannot be erased" • • • "Meski kamu selalu pergi ke dunia lain, kami akan terus m...