1.8

1.7K 367 53
                                    

Memory

"Aku tidak menyangka jika kau yang akan memberi tahu fakta itu padanya, Sanzu."

"Ya... anggap saja sebagai hadiah karena dia membantuku membunuh pengkhianat kemarin."

"Kupikir, karena dia berbohong padamu, kau akan membunuhnya."

"Tidak~ sudah sejauh ini, mana mungkin aku membuatnya mengulang kembali."

"Bagaimana Koko? Semuanya terserah padamu. Kau mempunyai hak untuk memberi tahu padanya mengenai kunci itu, atau tidak."

"Baiklah..."

[Name] menutup mulutnya yang menguap lebar. Cuaca hari itu sedikit buruk, namun [Name] menyukainya. Langit yang mendung, serta angin yang kencang, suasana yang sangat bagus untuk tidur.

Sayangnya, dia harus membuang jauh-jauh keinginannya, karena saat ini masih jam sekolah. Ingin rasanya membolos ke UKS, namun UKS tengah dijaga oleh seorang guru. Mustahil sekali untuk berpura-pura sakit, yang ada Takeomi nanti dipanggil.

"[Name], mau menemaniku mengambil tugas Prakaryaku?" tanya Hinata menawarkan. "Aku lupa membawanya, dan sepertinya sekarang Papa sudah tiba disini."

"Ayo! Kau peka sekali jika aku sedang bosan!"

Hari itu Haneul tidak masuk sekolah karena sakit, tidak tahu sakit apa, tapi [Name] dan Hinata berencana menjenguknya ketika pulang sekolah kelak.

Sebelum pergi ke gerbang, [Name] menyempatkan diri untuk membeli susu pisang kesukaannya. Dia juga ingin membeli s*prite dan mencampurkannya dengan susu, namun dimarahi oleh Hinata.

Jangan tanya sekte apa itu.

Setibanya di gerbang, [Name] langsung berlari ke arah anak kecil yang hendak menyeberang tanpa melihat kanan dan kirinya. Tubuh keduanya hampir saja tertabrak motor yang dibawa secara ugal-ugalan.

"[NAME]!!! KAU BAIK-BAIK SAJA?!"

Tubuh gadis itu menegang, kepalanya terasa amat sakit. Ada begitu banyak potongan memori yang menyerang kepalanya, ingatan-ingatan SMA yang telah dia lupakan, kini kembali menyerang kepalanya.

Dunia seakan tidak puas dengan rasa sakit yang tengah dirasakan gadis itu. Entah kesalahan apa yang pernah diperbuat olehnya di kehidupan sebelumnya, sehingga dunia tersebut amat membencinya.

Sang pengendara motor kembali ke arahnya, melajukan motornya dengan kecepatan penuh, sengaja menabrakkan motor tersebut pada tubuh [Name]. Gadis itu hanya dapat pasrah, merasakan tubuhnya berulang kali dilindas dengan sadisnya, hingga membuat kepalanya terbelah menjadi dua dan isi kepalanya berhamburan, mengotori aspal.

[Name] sudah tahu jika dia akan kembali merasakan kematian. Tidak mungkin permainan gila itu membiarkan dia menyelesaikan misinya dan kembali ke dunianya dengan cepat. Sangat mustahil!

606 CODE [BONTEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang