#14 our parent

1.7K 196 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.


Gedung hotel berbintang menjadi latar malam itu, dimana Nunew mendampingi nyonya Panich menghadiri acara pernikahan salah satu kolega keluarga Panich dan Perdpiriyawong, dikarenakan kedua orang tua Nunew berada di luar kota mau tak mau ia lah yang harus menggantikan. Sedangkan dari keluarga Panich di wakili oleh sang istri, tadinya Zee berniat menjadi perwakilan menemani Nunew tapi ditolak oleh wanita paruh baya itu, ingin berkencan dengan anak bungsunya ia bilang.


Dan disinilah mereka, berdampingan menyapa tuan rumah dan beberapa kolega sebelum duduk di meja yang telah di sediakan.


Pesta dengan nuansa white gold  terlihat begitu indah malam itu, ditambah lantunan musik dari seorang pianis menambah kesan elegan di sepanjang jalannya acara.


Tapi semua itu tak cocok dengan Nunew, lelaki itu tak pernah berada dalam pesta semi formal seperti ini sebelumnya, dulu meski mama dan papa selalu memaksa Nunew pasti punya cara untuk mangkir.


Menurutnya di acara seperti ini adalah ajang para orang-orang berkelas memamerkan kemesraan, kekayaan dan kedudukan disertai senyum sebagai topeng. Lihat saja sekarang, Nunew duduk di meja bundar, diantara para wanita berpakaian wah dan glamor. Sesekali melempar tawa dan senyum palsu menanggapi candaan yang lain, jangan lupa juga sepasang pengantin di podium pun tak luput dari buah bibir.



Entah berapa lama lagi ia harus berada disini, beberapa kali melirik ke sisi kanan dimana nyonya Panich duduk pun Nunew tau wanita itu mulai tak nyaman, dapat dilihat dari caranya menjawab dengan senyum tipis dan anggukan sekali.


"Ah ya, dengar-dengar si pengantin pria itu dulunya seorang gay, tapi karena harus menerukan keturunan keluarga, terpaksalah menikahi pengantin wanita lewat perjodohan" bisik seorang wanita bersanggul seperti kue soes, penampilannya benar-benar mencerminkan manusia dengan wajah banyak, di depan dan belakang berucap lain. Yang lain juga tak jauh beda, malah menyahut hingga bahasan menjadi panjang dan kemana-mana.


Hell! Hidup seseorang itu ya milik orang yang menjalani, kenapa juga harus kalian ikut campur! Tch!


"Nyonya Panich, bagaimana menurutmu? Zee juga anak tunggal keluarga Panich bukan? Pasti anda menaruh harapan tinggi padanya" lanjut wanita tadi.


Ini sedikit mengusik telinga Nunew yang sedari tadi terus membuang arah pandang ke arah kemanapun asal tidak ke wanita-wanita tukang gibah di hadapannya. Diliriknya ibu dari Zee itu, ia mengulas senyum teduh dan memulai ucapan "Hidup anakku adalah miliknya sendiri, aku tak pernah mengharap apapun darinya. Zee adalah permata berharga bagi keluarga kami, ia tumbuh dengan baik saja merupakan kebanggaan tersendiri"


Bad Buddy [ZeeNunew] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang