#24 after the storm

2.8K 199 35
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.





Suasana hening tercipta tak begitu lama sebab sang ibu merengkuh tubuh lelaki yang tenggelam dalam rasa malu luar biasa. Nunew terkejut tentu saja, hanya bisa diam menerima pelukan hangat dan usapan lembut di punggungnya. Hatinya berkata itu pertanda baik namun ia tidak ingin cepat berharap, karena wanita paruh baya yang masih tetap cantik di usianya itu adalah sosok wanita lembut penuh kasih sayang, bisa saja pelukannya kini hanya sebagai penenang agar Nunew tidak merasa malu.

"Aku bahagia jika anak-anakku bahagia"

Satu kalimat penuh makna, atmosfer dalam ruangan terasa tidak se tegang sebelumnya ketika suara ibu Zee mengalun lembut terdengar oleh rungu setiap orang yang ada di sana termasuk Nunew sendiri. Gerakan kaku Nunew membalas tatapan teduh ibu Zee membuat wanita itu gemas lantas mengelus lembut surai sehitam jelaga di hadapannya.

"Bibi, tidak marah?" Nunew mencoba mengeluarkan satu pertanyaan dalam benakknya.

"Aku tau sejak di pesta waktu itu, kau terlihat bingung akan sesuatu, dan saat melihat Zee menangis aku mulai paham tentang apa semua ini. Dan jawabanku adalah, dengan siapapun Zee, asalkan bisa membawanya pada kebahagiaan aku akan menerimanya, buang jauh-jauh pemikiran tentang orientasi seksual menyimpang. Kau akan selalu di terima di keluarga Panich, Nunew".

"Ibu..."

Ibu Zee menoleh lalu memberi gestur pada Zee agar mendekat ke arahnya. "Kemarilah".

Tanpa berkata apapun lagi, ibu Zee merengkuh tubuh kedua putranya penuh kasih, disaksikan oleh sang suami yang masih tetap setia menjadi penonton bisu di ambang pintu. Nunew sempat menoleh ke arahnya dan mendapat sebuah anggukan tanda pria paruh baya itu pun menerima Nunew dalam keluarga Panich. Airmata Nunew tidak bisa untuk tidak jatuh, bahagia bercampur ke legaan membuat kelenjar airmatanya bekerja secara otomatis.

Rasanya seperti beban yang telah lama membuat fikirannya tertutup awan mendung, hilang begitu saja sebab tiupan angin dan mengembalikan cahaya matahari nan hangat bersinar begitu indah. Lidah Nunew kelu meski ingin berucap terima kasih, begitu pula dengan Zee. Satu tangannya ia bawa memeluk tubuh Nunew, mengecup kening pria itu sebelum melakukannya pada sang ibu.

"Heuh ya Tuhan, apa tidak ada lagi yang peduli padaku?"

Semua orang menoleh pada sumber suara, Saint masih terduduk di atas kasur dengan wajah babak belur menatap ke arah kumpulan orang berpelukan, alih-alih menatap kesal, Saint justru menampilkan senyum jenaka yang justru membuatnya terlihat seperti anak pshycopath.

"Dasar anak nakal, itu akibatnya kalau kau membuat orang lain kesal, ayo kemari biar ku obati lukamu".

Nunew mengerutkan dahi ketika ibu Zee menyeret Saint keluar dari kamar dan saat pintu di tutup pandangannya beralih pada Zee. Ia merasa ada yang janggal dengan kejadian ini.

Bad Buddy [ZeeNunew] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang