Cerita tentang dua sahabat bertetangga, meski selisih usia terpaut 3 tahun namun Zee selalu menjadi teman yang baik untuk Nunew, keduanya tumbuh bersama layaknya saudara. Namun benarkah tak akan ada kisah manis diantara mereka?
#ZeeNunew
#Zee
#Nunew...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . . .
Senandung nada dalam bentuk dengungan mengiringi acara masak siang itu dengan senyum terus terpatri pada sudut bibir gadis yang berkutat di dapur. Jemari lentiknya piyawai memotong bahan makanan seperti seorang profesional, ditambah ia akan mempersembahkan makanan buatannya itu untuk orang terkasih, tentu Fern teramat semangat melakukannya sepenuh hati.
Ada pun Zee yang sebenarnya sejak tadi diam bersandar di salah satu dinding sambil melipat tangan di dada memandangi indahnya gadis itu dengan senyum dan pantulan sinar matahari yang mulai terik dari jendela membuat Fern terlihat lebih bersinar.
Hari ini memang jadwal mereka bertemu, tapi alih-alih mengajak berkencan Fern justru meminta Zee datang untuk makan siang bersama dirumah. Kebetulan yang sangat kebetulan menurutnya, karena Zee tidak ada mood sama sekali untuk berkencan. Fikiran lelaki itu masih terpenjara oleh kejadian semalam, isak tangis Nunew benar-benar tak bisa hilang dari benaknya hingga saat ini.
Wajah, mata, bahkan tiap buliran airmata yang keluar dari netra kembar milik Nunew terekam begitu jelas, hatinya berdenyut nyeri di setiap isakan yang keluar dari pemuda itu tapi Zee tak memiliki hak atau kuasa apapun, mengambil sikap saja ia tak mampu dan membiarkan Nunew berlari ke dalam rumah tanpa berniat mengejar untuk sekedar memeluk tubuh kecilnya.
Dan kini fokusnya terus terbagi, antara Fern dan Nunew, bahkan tadi ia sempat membayangkan Nunew lah yang tengah berdiri di tengah counter dapur sambil memasak dengan senyuman riang padahal Zee sendiri tau Nunew sama sekali tak pernah menyentuh pisau dapur.
"Zee?"
Zee tersentak dari lamunan, tatapannya jatuh pada gadis yang kini menunggu di samping meja makan. "Ah, ya?" Kakinya ia bawa melangkah mendekati Fern.
"Ada apa? Kau melamun?" Di usapnya wajah sang kekasih, agak khawatir karena Fern perhatikan Zee agak murung dari saat lelaki itu datang. "Terjadi sesuatu?"
Lantas Zee menjawab untuk meyakinkan bahwa tak ada yang perlu kekasihnya khawatirkan, "tidak ada, aku hanya coba mengingat kapan terakhir kali melihatmu memasak seperti ini".
"Eum, kurasa cukup lama, terakhir kali itu..." Fern sengaja menggantung kalimat, tangannya ia bawa mengambil sebuah garpu dan menusuk satu sosis utuh, mendekatkan ke arah mulut dengan gerakan pelan, "kau memintaku memanggang sosis" dijilatnya ujung sosis itu guna memprovokasi lelaki di hadapannya.