#Season II
.
.
.
.
Hidup berjalan dengan banyak lika-liku, menjadikan tiap manusia semakin bertambah dewasa tiap harinya. Generasi pun berganti di tiap periode, dari junior menjadi senior, dari mahasiswa baru menjadi alumni.
Setelah menempuh beberapa tahun pendidikan akhirnya kini Zee mengenakan jubah kelulusan dengan bangga, nilai-nilainya memuaskan meski tidak ada di daftar para cumlaude. Hari yang membanggakan tiba, senyum tercetak jelas di wajah para siswa angkatan tahun ini, semua meng abadikan moment yang ada, baik para siswa maupun keluarga dan kerabat yang datang menghadiri acara graduasi.
Meski terik matahari semakin terasa di kulit setiap jamnya, namun tidak menjadi alasan surutnya semangat mereka saling mengucap selamat dan berbagi ke bahagiaan.
Pemuda bernama Chawarin melangkah mendekat pada keluarga kecil Panich yang tengah mengabadikan moment anak semata wayang mereka sembari membenarkan kemeja biru muda yang ia kenakan agak berantakan akibat mengendarai motor menuju universitas. Ia datang cukup terlambat sebab semalam tidur di rumah kediamannya sendiri dan tidak ada yang membangunkan.
Setelah merasa dirinya rapih, ia mendekat hingga eksistensinya terlihat oleh nyonya Panich. "Nunew astaga, kemana saja, kenapa begitu telat? Ada yang terjadi?" Rambut Nunew di belai dengan sayang, atensi wanita paruh baya itu menelusuri setiap inci tubuhnya, memastikan anak laki-laki yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri itu dalam keadaan baik.
"Aku tidak apa-apa bibi, maaf aku telat bangun" Nunew tersenyum memamerkan deretan gigi rapihnya.
"Sudah ku bilang jangan tidur di rumahmu kan, tapi tidak mau dengar, lihat kan sekarang? Kau datang terlambat". Zee berjalan mendekat dengan raut wajah kesal, ia sudah menduga Nunew akan terlambat makanya semalam tidak membiarkan Nunew pulang, tapi bocah keras kepala itu berhasil kabur dan mengatakan rindu dengan kamarnya.
"Kalau begitu kenapa hia tidak ikut tidur di kamarku saja semalam" Nunew tidak merasa ada yang salah, tentu ia akan melawan, itulah ciri khasnya bukan?
"Kau"
"Sudah hentikan, ayo ayo, kita berfoto bersama, mana ayah kalian? Tadi masih di sini" ucap nyonya Panich sambil mencari keberadaan ayah Zee, perdebatan antara Zee dan Nunew memang harus di hentikan atau kalau tidak itu akan menjadi jangka panjang hingga salah satunya ada yang marah lantas pergi karena mood yang jelek. "Ayo ayo, cari ayahmu Zee".
Wanita itu tersenyum melihat Zee yang menuruti ucapannya mencari sang ayah dengan raut wajah kesal, ia hanya bisa menggeleng maklum sambil mengusap pelan lengan putranya yang satu lagi.
Setahun semenjak Zee dan Nunew mengaku berpacaran, tidak ada yang berubah di antara mereka. Kedua anak remaja tanggung itu meng ekspresikan cinta mereka dengan caranya sendiri, terkadang manis lalu tiba-tiba memanas karena ke egoisan masing-masing. Namun tidak lama, mereka akan kembali menempel satu sama lain. Di tambah Nunew yang sudah sepenuhnya di serahkan oleh orang tuanya karena mereka harus pindah ke inggris, bisnis keluarga Perdpiriyawong berkembang cukup bagus hingga mengharuskan mereka pindah. Nunew sendiri menolak ikut karena tidak ingin berpisah dengan siapapun di tanah kelahirannya namun kedua orang tua Nunew khawatir meninggalkan anak tunggal mereka hidup sendiri, jadi dengan senang hati ibu Zee menawarkan agar anaknya tinggal bersama keluarga Panich. Tidak pernah ada masalah baginya menambah satu putra, di tambah ia sudah sangat menyayangi Nunew.
Lalu soal rumah kediaman Perdpiriyawong, tidak sepenuhnya di tinggalkan. Beberapa hari sekali ada pembantu rumah tangga yang sengaja di sewa untuk bekerja, dan Nunew pun terkadang akan tidur di rumahnya ketika rindu dengan kamarnya sendiri.
***
Hening menyelimuti malam yang semakin larut, tidak ada yang angkat bicara sejak setengah jam yang lalu, hanya raga yang saling memeluk erat dengan punggung yang di sandarkan pada ujung tempat tidur.
Hari yang melelahkan, dan sudah jadi kebiasaan mereka saling memeluk dalam diam untuk melepas semuanya.
Hanya ada detik jam dinding, dan suara degup jantung yang terdengar begitu jelas di telinga Nunew karena ia bersandar tepat di dada bidang sang dominan. Inilah momen yang selalu Nunew tunggu, mendengar irama jantung kekasihnya hingga terlelap.
'ting!'
Suara bunyi notifikasi ponsel milik Nunew berbunyi yang langsung menyedot atensi ke tempat kebedaraan ponsel itu tergeletak. Enggan beringsut menjauh, namun ia penasaran siapa yang mengirim pesan.
"Dari siapa?" Zee mengintip nama si pengirim pesan, namun terhalang oleh kepala Nunew yang kembali bersandar padanya.
"Phi Joss"
Zee menghela nafas, kenapa selalu orang itu yang menjadi pengganggu quality time bersama kekasihnya. Dan yang lebih menjengkelkan, Nunew selalu langsung membalas pesan lelaki besar itu.
"Berhentilah memperhatikannya", dengan kesal Zee merebut ponsel Nunew, me-nonaktifkan ponsel itu lantas melemparnya ke nakas.
"Hia, kenapa di matikan!" Nunew memberenggut kesal, namun tubuhnya kembali di rengkuh oleh yang lebih tua.
"Katanya dia sudah memiliki kekasih, jadi biarkan kekasihnya yang memperhatikan, kau, cukup perhatikan aku saja"
Sudut bibir Nunew berkedut atas reaksi kekasihnya, Zee cemburu, namun berusaha tenang. Di tambah ucapannya barusan membuat perut Nunew sedikit tergelitik geli. Sial! Manis sekali, fikirnya dalam hati.
"Hia cemburu?" Ucapnya pelan, lebih seperti bisikan, namun masih bisa terdengar oleh Zee yang memejamkan mata dengan nyaman.
"Tidak"
"Hei, iya kau cemburu" dengan sengaja Nunew mencolek-colek pipinya, sedikit terkekeh memancing reaksi dari lawan bicara.
"Nu, berhenti, atau aku akan menciummu"
"Aku akan membiarkanmu menciumku sebentar, anggap saja hadiah kelulusan"
Kelopak mata Zee terbuka, memandang tepat di kedua mata yang menatapnya jenaka. Benar, hari ini ia belum meminta hadiah apapun dari sang kekasih. "Tidak cukup, bagaimana kalau lebih?"
Nunew menghela nafas, bukankah ia sudah paham tentang sifat laki-laki ini? Harusnya ia tidak memancing Zee dengan iming-iming sentuhan fisik, karena sedikit saja tidak akan cukup untuknya. Lihat sekarang? Belum juga Nunew mengiyakan, leher dan pundaknya sudah menjadi destinasi awal. Jadi apa lagi yang bisa ia perbuat selain mengikuti alur permainan? Toh setiap inci sentuhan yang Zee berikan mampu membuat perut Nunew di hinggapi ribuan kupu-kupu.
"Hhh, hia tapi aku lelah" gumam Nunew, antara menikmati namun tidak memiliki tenaga untuk melanjutkan.
"Diamlah, tidak perlu merespon, aku bisa mengambil hadiahku sendiri", nada suara Zee memberat akibat hasrat yang mulai naik. Ia berusaha menahan diri, karena jika tidak itu akan menyakiti Nunew.
"Eumh bagaimana aku bisa diam saja" perlahan Nunew meremas rambut belakang milik Zee yang tengah asik mengerjai putingnya dari luar kaos, sengaja menghisap dan menggigit hingga bekasnya tercetak jelas. "Aahh hiiaa jangan di gigit"
-TBC-
Terharu masih banyak yg nungguin :')
Baiklah selamat membaca semuanyaa.
(Sincerely Ttalgiga 2022)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Buddy [ZeeNunew] [End]
أدب الهواةCerita tentang dua sahabat bertetangga, meski selisih usia terpaut 3 tahun namun Zee selalu menjadi teman yang baik untuk Nunew, keduanya tumbuh bersama layaknya saudara. Namun benarkah tak akan ada kisah manis diantara mereka? #ZeeNunew #Zee #Nunew...
![Bad Buddy [ZeeNunew] [End]](https://img.wattpad.com/cover/313807063-64-k886497.jpg)