3. Dunk Shot

375 37 0
                                    

Sesuai rencana awal, Ningning, Karina, dan Winter mengajak Malika belanja.
Mereka mendatangi toko baju yang ternyata milik Ningning.
Itu membuat Malika sedikit terkagum padanya. Ningning sudah bisa menjalankan bisnis di usianya yang masih sangat muda.

"Jangan terkejut begitu. Ini bukan satu-satunya toko yang Ningsih punya." Kata Winter.

"Oh ya ?? Lo punya bisnis lain?" Malika menatap Ningning terkejut.

"Iya, gue punya Cafe kecil di deket. kampus."

"Oh ya?? Lo lagi butuh pegawai ga? Gue mau ngelamar dong."

Ningning dan Karina menatap Malika terkejut, sementara Winter acuh tak acuh dan lebih fokus menyisir deretan rak baju.

"Lo serius?"

Malika mengangguk yakin.

"Iya, gue ga yakin uang saku gue cukup buat sebulan. "

Ningning tampak berpikir sejenak.

"Oke, kita ngobrol lagi nanti di rumah ya. "

"Hey.. coba lihat ini." Winter membawa satu set pakaian formal dan menempelkannya di tubuh Malika.

"Cantik kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cantik kan?"

"Waahh... Itu cocok buat lo."

"Mm.. gaes, gue ga biasa pake rok."  Malika mengayunkan tangannya tanda penolakan.

" Halah nanti juga biasa. Ambil yang banyak win.. nanti Ningning yang bayar." Kata Karina penuh penekanan. Dia menaik turunkan alisnya saat menatap Ningning.

"Okelah.. ambil selusin juga oke, gue ga akan bangkrut." Kata Ningning.

Selain berbelanja pakaian ketiga perempuan itu juga membawa Malika ke salon. Mereka memaksa gadis itu mengubah gaya dan warna rambutnya.

Ini mungkin sedikit tidak nyaman tapi jujur, Malika terkejut melihat bayangan dirinya sendiri di cermin.

"Ngaku deh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngaku deh.. Lo sebenernya blasteran kan?" Tuding Karina. Malika mengangguk.

"Mama gue orang indo tapi nenek gue orang Belanda. Mama single parent, gatau kalau bapak gue. Ga pernah ketemu."

Several Shades Of Beauty | Zhong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang