30. Chenle, Piano, dan Salam Perpisahan

246 32 0
                                    

"Lo baik-baik aja kan??" Haechan menunduk untuk memastikan keadaan Malika karena dia terus diam sepanjang lorong kampus menuju pintu keluar.

"Iya. " Jawab Malika singkat.

"Duduk dulu, gue beliin minum."

Malika mengangguk. Berjalan mendekat ke area lapangan basket outdoor yang tengah ramai karena ada winter festival.

Ada banyak mahasiswa yang datang untuk melihat bazar atau sekedar menikmati pertunjukan musik dari sesama teman mereka.

Malika sedikit merasa beruntung bisa melihat festival ini di hari terakhir dia di kampus.
Gadis itu berjalan mendekat ke arah panggung. Menunggu mahasiswa yang akan tampil selanjutnya sembari menunggu Haechan kembali.

Hati mungilnya juga sedikit berharap  bisa melihat Chenle untuk terakhir kalinya sebelum dia pergi. Tapi bukankah itu justru membuatnya semakin berat untuk pergi?
Malika bahkan tidak yakin dia kuat.

Ketika sorak sorai penonton menyadarkannya. Malika menatap lurus ke arah panggung. Tidak pernah menduga kalau Tuhan akan benar-benar mendengar permohonan terakhirnya.

Zhong Chenle ada di atas panggung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zhong Chenle ada di atas panggung. Duduk dengan tenang di balik piano dan mulai memainkan tuts tuts yang sudah dia hapal.

Sebuah lagu indah melantun merdu, beriringan dengan suaranya yang lembut.

Hati Malika bergetar, dia bahkan tertegun dan merasakan kaki-kakinya gemetar.

Chenle tampaknya juga merasakan hal yang sama, lelaki itu juga tak menyangka akan melihat Malika berdiri tak jauh dari panggung. Tatapan lelaki itu terpaku namun sama sekali tak membuyarkan lantunan lagu yang sedang dia nyanyikan.

🎶I wake up just to find the empty space
(Aku terbangun dan hanya menemukan ruang kosong)

🎶I try to get to sleep again, and imagine you're here
(Aku mencoba untuk tidur kembali dan membayangkan kau disini)

🎶I thought I heard you whispering my name
(Aku pikir aku mendengarmu membisikkan namaku)

🎶I try to reach my arms to you, but you're not there
(Aku mencoba meraihmu, tapi kau tidak ada di sana)

Chenle menatapnya dengan tatapan sendu. Seolah menyampaikan bahwa lagu itu memang benar ditujukan untuk Malika. Chenle bernyanyi untuknya.

🎶 How should I know why everithing the same
(Bagaimana aku tau mengapa semuanya sama)

🎶 When I can't hold You, Kiss You, hear you say you love me too
(Ketika aku tidak bisa memelukmu, menciummu, mendengar kau berkata bahwa kau juga mencintaiku)

🎶 Ther's no way that i could erase all the memories of you
(Tidak mungkin aku bisa menghapus semua kenangan tentangmu)

🎶 I keep inside, all of the time, cause the show how i'm still in love with you
(Aku terus berada di dalam sepanjang waktu, karena itu menunjukkan bagaimana aku masih mencintaimu)

Malika merasakan sesak di dadanya semakin menjadi. Dengan air matanya yang perlahan turun tanpa bisa dia bendung.

Chenle masih menatapnya, dan tersenyum dalam jeda lagunya kemudian dia menutup mata dan air matanya pun ikut menetes.

Begitu lagu berakhir Malika membalas senyumannya sebelum berbalik. Berjalan perlahan pergi dengan hati yang seolah tertinggal disana.

Haechan memandangnya dari kejauhan. Lelaki itu membuka tangannya untuk memeluk Malika dan membiarkannya menangis di pelukannya.

🌱🌱🌱

"Haechan yang antar Malika ke bandara."

Jisung duduk di samping Chenle dan menawari lelaki itu air mineral dingin.

Hubungan keduanya sudah membaik meskipun sejujurnya Jisung masih kecewa pada Chenle. Tapi lelaki itu tak tega membaiarkan sahabat kecilnya  sedih seorang diri.

"Lo ga mau ikut ke bandara? "

Chenle hanya menggelen dan menghela nafas.

"Gue takut gue ga bisa lepasin dia kalau kita ketemu lagi."
Chenle membuka air mineralnya dengan kasar lalu meminumnya hingga habis setengah.

"Ini ga kayak Lo biasanya. Kenapa Lo ga mau perjuangin dia?"

"Bukan gue gamau Jisung, tapi gue pikir ini belum saatnya. "

"Maksudnya?"

Jisung menatap Chenle tidak mengerti.

"Gue nunggu sampai gerhana datang."

Jisung berkedip 2 kali masih dengan pandangan yang tidak mengerti.

Kenapa harus menunggu gerhana? Memangnya Chenle warewolf?

"Gue ga mau gegabah, jadi ga usah tanya gimana karena gue sendiri juga ga tau mau gimana."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Several Shades Of Beauty | Zhong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang