16. Menyesal ?

283 31 2
                                    

"Gue kecewa sama Lo."

Chenle tidak tau apa maksud Renjun dan apa tujuan lelaki itu menghentikan langkah Chenle.

Mereka ada di basement kampus setelah pesta usai, hanya berdua saja dengan situasi yang tidak bisa di bilang santai.

"Apa maksud Lo?"

"Gue salah ngebiarin Malika pergi sama Lo, orang yang jelas ga menghargai dia dan mengoloknya di belakang. Harusnya Malika pergi sama gue, bukan sama cowok brengsek kayak Lo."

Entah kenapa Chenle hanya diam. Ini tidak seperti dia biasanya. Chenle yang biasa bertindak dominan dan tidak mau kalah kini hanya bisa terdiam.
Bahkan ketika Renjun tak usai menatapnya tajam dan berlalu pergi pun dia masih terdiam.

Pikirannya menyalahkannya, dan hati nuraninya seolah memprotes pada perilakunya sendiri. Harusnya dia tidak berkata begitu, harusnya dia tidak mengolok Malika hanya demi menutupi gengsinya.


ʕ⁠'⁠•⁠ᴥ⁠•⁠'⁠ʔʕ⁠'⁠•⁠ᴥ⁠•⁠'⁠ʔʕ⁠'⁠•⁠ᴥ⁠•⁠'⁠ʔ


Malika tidak seperti ini biasanya. Dia bukan tipe orang yang mudah tersinggung ataupun pendendam. Tapi entah kenapa dia begitu sensitif pada kata-kata Chenle kemarin.

Malika pulang lebih dulu semalam dengan menggunakan taksi. Tidak ada yang tau tentang kepulangannya. Bahkan Chenle menelepon beberapa kali untuk menanyakan keberadaannya tapi Malika mengabaikan itu. Dia sudah terlanjur sakit hati.

Malika tertidur karena terlalu banyak menangis. Dan sekarang dia bangun pukul 2 dini hari karena merasa lapar.

Seperti malam-malam sebelumnya, Malika selalu bertemu Jisung di dapur. Entah lelaki itu tidak pernah tidur atau bagaimana, tapi Jisung selalu berada di dapur saat dini hari.

"Chenle nyariin lo semalam."

Malika hanya menjawab dengan gumaman. Wajah kesalnya sama sekali tidak bisa dia sembunyikan dan mungkin Jisung juga bisa melihat matanya yang sembab.

"Lo habis nangis ?"

"Lo mau makan ?" Malika sengaja menjawab pertanyaan Jisung dengan pertanyaan lain sebagai pengalihan.

Jisung terlihat menautkan alisnya, tapi lelaki itu cukup peka kalau Malika tidak ingin membahas tentang penampilannya sekarang.

"Iya, baru makan roti 1 belum kenyang. Gue kira Lo ga bangun hari ini."

"Kenapa ga masak sendiri?"

"Takut dapurnya kebakaran."

Malika sedikit tersenyum dengan ujaran polos Jisung. Terkadang dia juga merasa kasihan pada Jisung yang kelaparan di tengah malam tapi tidak ada makanan yang bisa dia makan.

Hanya butuh 10 menit untuk Malika menyelesaikan masakannya. Mereka berdua duduk berhadapan, dengan sepanci ramen yang di bagi berdua.

"Lika..."

"Hmm..??"

"Lo sama Chenle lagi marahan?"

Malika yang sensitif dengan topik ini melirik Jisung datar.

"Bisa ga sih ga usah bahas dia?"

Several Shades Of Beauty | Zhong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang