10. Cuma Teman

263 30 1
                                    

Chenle benar-benar memaksa Malika pulang bersamanya. Malika kesal karena Ningning sama sekali tidak membantunya. Gadis itu seolah bersekongkol dengan Jaemin dan Haechan lalu tersenyum dengan cara aneh saat menatapnya.
Seperti ada konspirasi terselubung di antara mereka.

"Lo kalo mau pulang chat gue aja nanti gue jemput. "

"Ga butuh. Gue biasa pulang sama Haechan. "

"Ati-ati laki-laki itu semua sama. Ga ada yang bisa di percaya, bisa aja Lo di apa-apain di jalan kan..."

Malika memasang wajah julid saat melempar tatapannya pada Chenle.

'dih ga sadar diri. Dia juga pernah ngapa-ngapain gue pas di kamarnya.'

"Ga sadar diri Lo."

Chenle berdecak. Dia hanya melirik Malika satu kali lalu kembali fokus mengemudi.

"Gue pengecualian. Gue bakal jagain Lo."

"Bullshit. apanya yang jagain, Lo ga inget apa yang udah Lo lakuin ke gue semalem."

"Sorry.. semalem kelepasan. "

"Emang paling bener gue pulang sama Ningsih aja."

"Ningsih ga bisa jagain Lo."

"Kita berdua sabuk hitam Taekwondo kalo Lo lupa." Malika bisa sedikit menyombong sekarang. Dia tidak suka di remehkan dan di anggap sebagai makhluk yang lemah.

Pernyataan itu juga rasanya cukup sulit untuk di bantah oleh Chenle. Lelaki itu mungkin lupa kalau Malika bisa bela diri.  Dia jadi tidak punya alasan lain untuk meminta Malika pulang bersamanya.

"Itu bukannya Jeno ?? Ada apa ya rame-rame di pinggir jalan? " 

"Iya bener itu Jeno sama Karina."
Chenle menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan langsung keluar. Mereka menghampiri Karina yang menangis di sisi mobil dan juga Winter yang panik.

"Karina kenapa???" Malika menatap Winter sesaat lalu berjongkok di depan Karina.

"Dia kena begal." Suara Winter gemetar.

"Begal payudara??" Tebak Malika. Dan Winter mengangguk.

"Anjir, udah ga bener ini, harus di laporin." Chenle menghampiri Jeno. Wajah lelaki itu sangat kaku dan marah.

Begitu Mark datang dengan motornya Jeno langsung bergegas tanpa banyak bicara.

"Jeno Lo mau kemana?" Malika mengeraskan suaranya. Lelaki dengan iris tajam itu menoleh.

"Mau ngejar pelakunya. "

"Gue ikut dong, gatel tangan gue pengen hajar pelakunya."

"Malika Lo yang bener aja dong... Lo itu cewek."  Chenle mengomel. Satu tangannya menahan Malika yang akan menghampiri Jeno.

"Chenle bener Lo disini aja, biar dia jadi urusan gue."

"Kesel gue, mentang-mentang cewek bisa seenaknya aja di lecehin."  Malika kembali menatap Karina dan memeluknya.

"Meskipun Lo juara nasional Taekwondo, tenaga Lo masih kalah jauh sama cowok. Terlebih lagi Lo punya dada yang gede, gimana kalo dada Lo di begal juga." Chenle meletakkan sebelah tangannya di pinggang dan masih memperhatikan Malika.

"Dude... Omongan Lo terlalu vulgar. Sensor dikit lah."  Kata Mark.

"Jadi ini gimana? Mau pulang aja? Karina shock berat." Winter menatap bertanya pada Malika.

Malika  kembali menegakkan tubuhnya lalu menatap Chenle dan Mark bergantian seolah meminta pendapat.

"Apa kita lapor polisi aja?"

"Enggak, gue malu, gue takut." Isak Karina.

" Tapi kita perlu lapor biar pelakunya di tangkap."

"Bang Mark bener Rin. Kita ga bisa biarin pelakunya berkeliaran seenaknya. " Tambah Chenle.

Karina tampak khawatir. Sepertinya dia tidak hanya shock tapi juga trauma. Mendapat pelecehan rasanya sama seperti mendapat aib. Malu dan takut itu sebuah rasa yang wajar.

"Kita bakal temenin Lo."

ʕ´•ᴥ•'ʔʕ´•ᴥ•'ʔʕ´•ᴥ•'ʔ

"Yo !!!" Sapa Chenle pada teman-temannya ketika dia sampai di ruang tamu.

Ini hampir tengah malam, tapi para penghuni laki-laki belum ada yang tidur. Kejadian beberapa jam lalu seolah memacu adrenalin mereka dan membuat mereka tetap terjaga karena mengkhawatirkan seseorang.

"Jeno belum balik??" Chenle mengambil tempat duduk di samping Renjun. Dia mengangkat kakinya ke atas sofa dengan nyaman.

"Belum, katanya lagi di kantor polisi." Haechan mengusap wajahnya yang gusar.

Tatapan mereka semua masih murung. Tidak ada candaan yang keluar seperti biasanya.
Mereka tau mereka bukan keluarga, mereka cuma sebatas teman serumah. Tapi kepedulian mereka pada satu sama lain bisa di setarakan dengan hubungan kekeluargaan yang hangat.
Saling peduli dan saling menjaga.

"Gimana Karina?" Chenle menatap Renjun yang berada di rumah sejak sore.  Lelaki itu juga yang membantu Winter, Ningning dan Malika untuk menenangkan Karina.

"Dia masih shock, dan nangis terus."

Chenle diam dan melamun. Merasakan keheningan malam yang tidak membawa ketenangan seperti biasanya. Lelaki itu menatap Mark yang tengah berbicara pada Jeno melalui sambungan telepon.

"Tadi gue lihat lo pulang sama Malika." Tanya Renjun. Lelaki itu mengucapkannya dalam satu kalimat berbahasa mandarin yang lancar.

"Iya."

"Kalian dekat?"

"Cuma teman."

"Bagus deh."

Chenle memutar kepalanya menghadap Renjun. Dua alisnya bertaut, percampuran antara  heran dan penasaran.

"Kenapa?"

"Gue mau deketin Malika. Love at first sight." Renjun mengatakannya dengan senyum-senyum dan wajah tersipu.
Chenle menatapnya datar dan sorot mata seperti tidak suka.

"Ga usah aneh-aneh. Fokus belajar aja, pacaran itu ga ada gunanya." kata Chenle.

"Ga bisa, udah terlanjur sayang."

"Lagi ngomongin siapa nih ??" Mark datang setelah menyelesaikan panggilannya dengan Jeno. Wajah khawatirnya sedikit lebih cerah sekarang. Sepertinya Jeno membawa kabar baik.

"Ini nih masih kecil udah mau pacar-pacaran." Sindir Chenle.

"Oh ya?? Siapa cewek sial itu??" tanya Mark. Chenle meledak tertawa.

"Ah.. Kalian mah ga asik." Renjun mendengus lalu merebut salah satu bantal sofa dari tangan Mark dan melemparkannya pada Chenle.

"Gimana kata Jeno ??" Chenle membuang bantal itu ke arah Haechan. Lelaki berkulit Tan itu masih fokus pada game di ponselnya.

"Polisi udah nangkep pelakunya." Mark berdiri dan merenggangkan otot tangannya.

"Gue mau tidur dulu, besok ada kuliah pagi. " Mark pergi, disusul Chenle dan Renjun. Sementara Haechan dan Jisung masih menetap di sofa.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Several Shades Of Beauty | Zhong ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang