Bab 13 MTK💅

1.6K 117 4
                                    

Halo semua!

Jangan lupa dukungannya
berupa vote dan komen🙆

Selamat membaca


***

Untuk kesekian kali Vanilla menangis hanya gara-gara seorang Raja. Lelaki tampan, tetapi minus akhlak itu selalu berhasil mencabik-cabik ketenangan hatinya. Meskipun perempuan itu sadar bahwa dia menjadi seperti ini juga karena kenekatan diri sendiri. Padahal sudah jelas jika Raja tidak menyukai dirinya, tetapi dia tetap kekeh mencoba mendekati.

"Kenapa, sih bisa ada orang kaya dia!"

"Kenapa juga aku bisa suka sama cowok kaya dia!"

Air mata Vanilla terus berlinang. Meskipun sudah diusap hingga benar-benar kering di pipi, tetapi air mata baru senantiasa menetes membasahi dinding pipi.

Untung sahaja dia sedang sendiri, mengingat Ratu menghadiri kelas yang kini berlangsung. Akibat kondisinya yang kurang memungkinkan ini, Vanilla terpaksa tidak hadir di sana sehingga menitip izin kepada sahabatnya itu.

Dia memanfaatkan kesendirian ini untuk menangis sepuas mungkin sampai hati benar-benar lega. Meskipun memerlukan waktu cukup lama.

Tiba-tiba ponsel di dalam tas berdering, menampilkan notifikasi panggilan masuk dari sang ibu. Tanpa pikir panjang, sang empu pun mengangkat dengan langsung menyajikan suara tangis ketika di seberang sana Dara menyapa.

"Tadi Ratu bilang kalo kamu nangis. Kenapa, Sayang? Ada masalah sama Raja?"

Kali ini Vanilla menceritakan apa adanya. Tidak menutup-nutupi seperti waktu itu.

"Mamah juga belain Raja?!" Vanilla refleks memekik.

"Nggak, Sayang. Mamah cuma bilang kalo kamu juga salah dalam hal ini. Coba kamu ngasih kuenya di luar kelas, mungkin Raja nggak bakal marah ...." Dara menasehati penuh pengertian. Membuat emosi Vanilla perlahan mulai terkontrol. "Paham 'kan maksud Mamah?"

Namun, Vanilla justru menggeleng meskipun sang ibu tak bisa melihat di sana. Dia mengingat setiap kejadian di mana Raja selalu berbuat tak enak padanya. Kapan pun dan di mana pun.

"Padahal aku rela beli kue itu pake uang mingguan aku, Mah." Suara serak Vanilla terdengar gemetar. "Uang aku tinggal sisa sepuluh ribu di dompet!"

Bukannya menghibur, Dara malah tertawa receh. Wanita berjas putih yang kini berada di rumah sakit itu lantas berkata, "Nanti Mamah transfer lagi, oke? Nggak papa, anak Mamah nggak boleh nangis lagi. Nanti cantiknya ilang, loh."

"Emang aku cantik?" Vanilla spontan merespon demikian.

"Iyalah. Masa anak Mamah nggak cantik?"

Seketika Vanilla berpikir keras. Mengapa dirinya selalu diperlakukan tidak baik oleh Raja jikalau wajahnya ini memang cantik? Apa karena dirinya tidak seunggul lelaki itu dalam bidang akademik?

"Kalo gitu, Mamah tutup teleponnya, ya? Mamah harus ngurus pasien dulu. Jaga kesehatan di sana, ya. Bye."

Tut!

Perasaan Vanilla sedikit lebih lega. Dirasa tidak ada yang ingin dilakukan lagi, dia berniat kembali ke asrama guna beristirahat, mustahil jika harus mengikuti kelas yang tertinggal jauh. Yang ada dia akan dihukum oleh sang dosen.

"Hai? Aku nggak ganggu 'kan?"

Pergerakan Vanilla spontan terhenti. Punggung tangan otomatis terangkat guna mengelap pipi berulang kali, memastikan kulit wajah telah terbebas dari jejak air mata. "Kenapa, Kak?"

My Tsundere King {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang