Bab 17 MTK💅

1.8K 108 7
                                    

Halo semua!

Jangan lupa dukungannya
berupa vote dan komen🙆

Selamat membaca

***

Kesabaran setiap orang pasti memiliki ambang batas, tidak ada yang tahu kapan kesabaran tersebut akan menipis. Kerap kali manusia lain bertindak seenaknya, membuat insan tersebut merasa tidak dihargai. Entah sadar atau memang disengaja, manusia seakan merasa dirugikan, padahal terkadang dia sendiri yang menimbulkan kerusuhan. Namun, ada kalanya juga dia menerima imbas dari tindakannya, baik berupa sakit hati ataupun stok kesabaran terkuras habis jikalau feedback berbanding balik dengan keinginan.

Seperti Vanilla contohnya. Perempuan itu sudah tak tahan menghadapi keadaan ini. Mungkin dia tak masalah apabila hanya satu sampai dua orang yang menghujat, tetapi kali ini, nyaris satu kampus melontarkan kalimat caci maki gara-gara hubungannya bersama Raja.

Hingga akhirnya keputusan nekat dia ambil. Pukul 20.00 WIB dia merencanakan kabur dari asrama, bertepatan dengan penghuni asrama menghadiri acara makan malam di aula. Kebetulan malam ini akan diadakan makan besar-besaran sebagai bentuk perayaan ulang tahun salah satu pengurus asrama putri. Kesempatan tersebut Vanilla manfaatkan dengan baik, berharap tidak ada yang memergoki.

"Semoga kalian baca surat ini."

Buru-buru Vanilla memasukan pakaian ke dalam tas, diikuti beberapa perlengkapan penting seperti ponsel, charger, dompet, dan lain-lain. Memastikan keadaan aman, dia lantas keluar dari kamar dengan mengendap-ngendap. Nyaris sahaja tertangkap basah oleh penghuni lain yang baru keluar kamar jika Vanilla tak buru-buru berlari melewati pintu gerbang lalu memesan taksi. Syukur saja masih tersisa uang berwarna merah muda dua lembar di dalam dompet yang dirasa cukup apabila digunakan untuk ongkos.

"Pak, sesuai alamat yang saya share, ya," kata Vanilla pada sang sopir.

Sang sopir mengangguk. Mulai menjalankan kendaraan berwarna putihnya menjauhi pemukiman Asrama Kencana.

"Neng habis dari mana malem-malem begini?" tanya pria itu melirik Vanilla dari spion.

"Nggak dari mana-mana, Pak. Cuma habis dari rumah kerabat aja tadi." Mustahil jikalau Vanilla mengaku kabur dari asrama. Yang ada dirinya akan diantar kembali ke tempat itu.

Berselang beberapa detik, kendaraan tersebut melaju sedang membelah jalanan raya. Pekatnya malam setidaknya mengurangi kegundahan hati Vanilla. Dia sedang berpikir bagaimana rekasi ayah dan ibunya nanti jika melihat sang putri pulang tanpa sepengetahuan mereka.

Cit!

Brak!

Spontan Vanilla meringis, mengusap bagian dahi yang terasa amat nyeri. Dia jua refleks memandang sesuatu di depan taksi yang diri tumpangi. Di sana tampak anak laki-laki berdiri seraya menutup mata, mungkin karena takut saat mobil ini hendak menabraknya tadi.

"Maaf, Mbak. Mbak nggak papa?" Sang sopir justru bertanya kepada Vanilla selaku penumpangnya. Beliau terlihat sama terkejutnya, mengingat anak kecil di depan sana mendadak muncul sembari berlari.

"Em, Pak. Saya turun di sini aja, deh. Total ongkosnya berapa?" Vanilla bersiap mengeluarkan uang dari dompet.

"Beneran turun di sini, Mbak?"

"Iya, Pak. Jadi, berapa?"

"Seratus ribu aja, Mbak."

Vanilla langsung mengeluarkan satu lembar uang merah muda sebelum turun dari kendaraan beroda empat tersebut. Membiarkan taksi putih itu pergi meninggalkannya di pinggir jalan.

My Tsundere King {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang