Bab 14 MTK💅

1.7K 115 7
                                    

Halo semua!

Jangan lupa dukungannya
berupa vote dan komen🙆

Selamat membaca

***

Hari sudah menjelang pagi, sinar matahari turun dengan leluasa menerangi bumi, membuat orang-orang yang tadinya terlelap di kasur menjadi terusik. Termasuk penghuni kamar di lantai dasar paling ujung. Mereka semua terbangun di waktu nyaris bersamaan, begitu pula dengan Vanilla yang semalam terlambat terlelap.

"Van, udah bangun?" tanya Ratu dari atas.

Vanilla mengerjapkan mata berulang kali, mengembalikan pandangan yang masih buram. Sialnya, kepala terasa sedikit pening, tubuh juga terasa pegal seolah baru terjatuh. Mungkin karena posisi tidur kurang terkendali.

"Van, mau ikut mandi nggak?"

Vanilla yang masih duduk di atas ranjang hanya menggeleng pelan, tengah fokus mengumpulkan nyawa jua. Alhasil, dia ditinggal seorang diri di kamar begitu Ratu dan kedua teman yang lain pergi keluar guna mengantri di kamar mandi.

"Perasaan semalem aku ...." Sembari memijat pelipis yang berdenyut, Vanilla berusaha mengingat kejadian semalam, kejadian saat melihat penyusup datang ke kamar ini.

Sayang sekali, akibat kekurangan cahaya dan lelaki itu mengenakan topi, wajahnya menjadi sukar dikenali. Meskipun dia merasa seperti mengenal suara sang empu.

Namun, anehnya mengapa dirinya bisa bangun di atas ranjang? Padahal seingatnya, terakhir kali dia berada di depan galon setelah minum. Mustahil jika teman sekamarnya yang memindahkan, sedangkan sedari tadi mereka tidak mengatakan apa pun.

"Lo mau mandi nggak? Buruan sana, mumpung nggak ngantri banget," ujar Ratu ketika perempuan itu baru masuk diikuti Lintang dan Diva di belakang.

Sejujurnya Vanilla ingin bertanya mengenai hal tadi, tetapi jika dipikir-pikir justru mereka akan curiga. Terpaksa Vanilla menyimpan kebingungannya seorang diri hingga dia sampai di kampus guna mengikuti dua mata kuliah hari ini.

"Van, lo mau ikut ke kantin?" tanya Ratu saat mereka keluar dari kelas, seusai mata kuliah kedua.

"Boleh!"

"Tapi, di sana ada Shaka juga nanti."

Seketika senyum di wajah Vanilla memudar, berganti bibir maju sekian senti. "Nggak jadi kalo gitulah! Yang ada aku jadi obat nyamuk!"

"Ya, udah kalo gitu. Gue tinggal, ya. Dadah!"

Lagi-lagi Vanilla harus sendiri. Sudah tak heran, memang kerap kali dia seperti ini jika Ratu memiliki urusan sendiri dan dua teman sekamarnya juga demikian. Maklum sahaja sebab perempuan berponi itu memang tidak memiliki banyak relasi di kampus.

Lihat saja, kini dia berjalan seorang diri melewati koridor lantai satu layaknya orang hilang.

Sedangkan di lain sisi, dua lelaki pun terlihat menyusuri koridor serupa. Mereka berjalan berseberangan dengan gadis berkuncir kuda disertai poni di sana. Tampak salah satu dari mereka tengah mengoceh, sementara yang satu hanya mendengarkan tanpa berniat merespon.

"Lo dengerin gue nggak, sih, Ja?" Jagat berdecak, kesal manakala segala ocehannya selalu diabaikan.

"Omongan lo nggak berfaedah. jadi, nggak wajib gue jawab," jawab Raja, tak acuh.

My Tsundere King {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang