Bab 18 MTK💅

1.8K 99 4
                                    

Halo semua!

Jangan lupa dukungannya
berupa vote dan komen🙆

Selamat membaca


***

Vanilla benar-benar belum mengeluarkan sepatah kata sedari tadi. Dia senantiasa bungkam, meskipun lelaki di dekatnya kini beberapa kali mengode melalui deheman. Entah mengapa Raja bertindak demikian, seharusnya dia bahagia karena dirinya tetap diam, tidak bawel seperti biasanya.

Mungkin saja suaminya ini merasa bersalah. Atau mungkin takut jika tidak melakukan keinginan Jia guna melakukan mediasi sekarang, maka dia akan dilaporkan kepada Ola dan Bara. Aturan memang mereka berdua sudah mengetahui permasalahan ini sejak awal, tetapi berkat larangannya, akhirnya Jia serta Dara urung memberi tahu pasangan itu.

"Kalo pisah aja gimana?" Akhirnya mau tak mau Vanilla membuka mulut. Ternyata Raja tetap teguh pendirian enggan membuka suara lebih dulu.

Mendengar itu, Raja dibuat terpekur. Antara kaget dan heran bercampur menjadi satu. Bukannya merasa senang karena beban hidupnya berkurang, dia malah merasakan kejanggalan.

Bagaimana bisa istrinya ini berujar semudah itu?

"Lo bilang apa?"

"Cerai. Aku mau kita pisah." Vanilla mengulang seraya membuang muka, malas membalas tatapan Raja di sebelah kiri.

"Semudah itu lo bilang?" Raja merespon ketus.

"Kenapa? Ini kemauan kamu 'kan? Bukannya dari awal kamu emang nggak mau kita nikah? Kamu cuma anggap aku beban 'kan? Harusnya kamu seneng."

Skak!

Otak Raja seketika berpikir keras. Mencerna sekaligus mencari jawaban atas kalimat fakta menyakitkan Vanilla barusan.

Benar, harusnya dia bahagia. Bahagia karena status tak jelas ini akan berakhir dan dengan begitu kebebasan diri akan kembali.

"Tenang aja, nanti aku minta bokap aku buat ngurus. Kamu tinggal nerima beres. Gampang 'kan?"

Alis tebal kanan Raja spontan bertaut. Bertepatan dengan sang lawan bicara menoleh merespon tatapannya, salah satu sudut bibirnya mendadak terangkat, mengejek pola pikir Vanilla. Maklum sahaja, perempuan itu pasti mengira bahwa perceraian pernikahan siri sama seperti pernikahan sah menurut agama dan hukum. "Oke, kalo gitu mau lo. Gue kabulin."

Dalam lubuk terdalam kedua insan itu merasakan efek yang berbeda. Jujur saja, Vanilla amat berat mengutarakan keputusan ini. Tujuan utamanya mengajak Raja berpisah adalah untuk mengetahui sejauh mana dia berniat mempertahankan. Namun, hasil memang sukar berbohong. Mendatangkan kekecewaan mendalam kala Raja menyetujui tanpa beban.

"Maaf kalo selama ini aku nyusahin." Detik itu juga kristal bening meluncur bebas dari pelupuk mata Vanilla. "Mau tau kejujuran?"

Perlahan, kepala Raja mengangguk sekali. Dia sadar akan situasi yang terasa lebih santai malam ini daripada sebelumnya. Padahal topik pembahasan mereka berdua merupakan hal sensitif yang paling pasangan suami istri hindari. Mungkin karena dirinya tidak sesinis dulu dalam menanggapi keberadaan Vanilla.

Jika ditanya alasan mengapa Raja selalu bersikap kasar kepada perempuan itu, maka jawabannya cukup sederhana. Vanilla bukanlah tipe perempuan yang diri inginkan. Setiap lontaran kata dari bibirnya seolah sekadar sampah tak berguna. Namun, di luar itu Raja memiliki rahasia cukup penting yang belum berani diutarakan. Sebab baginya, mewujudkan standar hidup termasuk hal terpenting guna menuju kesuksesan.

"Jujur aja, aku udah suka sama kamu sejak kita SMP. Mungkin kamu udah tau dari lama, ya? Makanya respon kamu ke aku selalu nggak enak." Di akhir kata, Vanilla tertawa lirih. Tawa sumbang yang diselingi lelehan air mata. "Tapi, tenang aja. Hubungan sakral kita bakal berakhir bentar lagi. Tandanya perasaan aku buat kamu harus berakhir juga. Jadi, kamu nggak bakal risih lagi, apalagi sampe ngabisin tenaga cuma buat ngata-ngatain aku."

My Tsundere King {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang