Bab 29 MTK💅

1.8K 66 10
                                    

Halo semua!

Jangan lupa dukungannya
berupa vote dan komen🙆

SIAP MENUJU ENDING?🇮🇩

Selamat membaca


***

Ibarat kegelapan tanpa lentera, di situlah kesesakkan akan menyiksa. Bahkan bumi yang terbilang benda tanpa nyawa sahaja bisa merasa pengap ketika sinar matahari atau bulan tidak datang untuk menyinari. Lantas bagaimana dengan manusia biasa yang hidup tanpa tambatan hati atau pendamping?

Itulah yang saat ini sedang Raja rasakan. Pria berumur 25 tahun itu kerap kali mengurung diri di dalam kamar. Pekerjaan yang harus diprioritaskan selalu terabaikan, bahkan dia tidak peduli kala banyak gunjingan mengenai dirinya.

Walaupun hari sudah siang, tetapi dia tetap menutup tirai jendela di ruang kamar. Dengan alasan agar sinar matahari tidak masuk dan mengganggu aktivitas. Padahal semua orang tahu, di sana lelaki berwajah lusuh itu hanya berdiam diri tanpa melakukan apa pun---termasuk mandi.

"Mas?"

Perlahan wajah kusam Raja terangkat. Terlihat begitu kentara jika di bawah mata sang empu terdapat lingkaran hitam, efek sukar terlelap di malam hari.

"Vanilla?" Dia mengucek mata sendiri, memastikan bahwa penglihatannya benar. Di depan sana, terdapat sosok yang selama ini sanubari rindukan. "Itu ... kamu?"

Buru-buru Raja turun dari atas ranjang, menghampiri sosok perempuan berpakaian putih di dekat dinding. Namun, ketika tangan hendak menyentuh, raga yang berdiri sembari tersenyum tadi seketika lenyap bak butiran debu. Membuat Raja bersimpuh lemah di lantai seraya menangis pilu.

"Kenapa kamu ninggalin aku secepat ini? Bahkan calon anak kita juga begitu ...."

Tanpa dia sadari, terdapat orang asing yang menguping setiap ucapannya di depan pintu kamar. Ragu-ragu orang tersebut mengetuk pintu coklat tersebut hingga mengharuskan air mata Raja berhenti menetes.

Mengusung perasaan kesal karena terganggu, dia membuka kasar benda persegi panjang itu. Sampai menghasilkan bunyi nyaring nan mengagetkan.

"Kak Raja? Aku---"

"Mau ngapain lo?" tukas Raja ketus.

Perempuan berambut pendek disertai bandana putih di kepala itu refleks menunduk penuh. Merasa takut mendengar suara bernada tinggi Raja. "Aku cuma mau tau keadaan Kakak. Kakak baik-baik aja 'kan? Aku khawatir."

Mendengar jawaban lembut tersebut, spontan Raja berdecih sinis. Rasa enggan memandang sosok di hadapan raga ini begitu mendominasi hingga dia memilih memalingkan wajah. "Nggak usah sok peduli. Gue muak liat wajah lo!"

Dia lalu bergegas menutup pintu kembali, tetapi terurungkan tatkala tangan perempuan sok akrab itu malah menahan. Hingga tak sengaja terjepit kencang dan berujung meringis kesakitan.

"Apa lagi, sih?! Lo belum nyerah juga?!" Jangan kira Raja merasa bersalah dan berakhir luluh. Justru dia semakin muak. Perempuan yang dijodohkan dengannya ini sangat percaya diri dan menyebalkan.

Beruntung dirinya menolak untuk pindah ke rumah orang tuanya. Jika setuju, maka dipastikan perempuan genit ini selalu datang dengan leluasa. Mentang-mentang dia adalah anak dari teman bisnis sang ayah---Bara.

"Tangan aku sakit. Aku boleh minjem kotak P3K?" cicitnya berharap Raja memberikan respon positif.

"Nggak! Pulang aja sana! Lo nggak semiskin itu 'kan buat pergi ke dokter?"

My Tsundere King {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang