Bab 16 MTK💅

1.9K 115 9
                                    

Halo semua!

Jangan lupa dukungannya
berupa vote dan komen🙆

Selamat membaca


***

Permasalahan Vanilla belum selesai jua. Sekembalinya ke asrama pada jam 21.00 WIB, Jia memutuskan untuk melakukan mediasi. Setelah meminta izin yang bisa dibilang sebuah paksaan, akhirnya pihak keamanan mengizinkan agar Dara, Jia, Vanilla, dan Raja menempati ruang keamanan guna kepentingan mereka.

"Jadi, ada yang mau memulai pembicaraan?" tanya Jia memandang sang putri dan sang menantu bergantian.

"Aku nggak tau mau ngomong apa. Vanilla pikir nggak ada permasalahan yang harus kita bahas," kata Vanilla terlampau lugu.

Jia hanya bisa mengusap wajah kasar. Begitu pula dengan Dara yang menghela napas pelan mendengar jawaban sang anak semata wayang.

"Raja?" Kini Jia beralih memandang putra dari Bara itu.

Lelaki itu berdehem sekilas sebelum berujar, "Jawaban saya sama dengan Vanilla, Om."

"Om?" Tiba-tiba Dara mengulang panggilan Raja barusan teruntuk sang suami. "Kamu masih manggil mertua kamu dengan sebutan "om", Raja?"

Raja sukses dibuat gelagapan. Jemari mendadak mengusap leher belakang yang tak gatal sedikit pun. "Maaf, Tan. Eh, M---mah maksudnya. Belum terbiasa."

Suara gugup Raja tersebut berhasil membuat Vanilla nyaris tertawa. Jarang-jarang dia bisa mendapati lelaki angkuh ini menghadapi situasi dengan nyali ciut seperti ini.

"Oke, kita langsung bahas ke topik utama saja." Jia mulai serius. Lagi-lagi memandang dua sejoli yang bersisian di hadapannya. "Kalian tidak berniat mempublikasikan pernikahan kalian di sini?"

Dengan cepat, kepala Vanilla menggeleng. Sementara Raja diam sahaja, seolah mengerti akan ke arah mana pembicaraan mereka malam ini.

"Kalian nggak ada niat mau memberitahu teman-teman kalian?" tanya Dara, langsung mengutarakan maksud sang suami. "Bukan apa-apa, tapi Mamah nggak mau hal yang nggak-nggak terjadi sama kalian."

"Ya, kami nggak mau hal yang nggak diinginkan terjadi dalam hubungan kalian," sambung Jia.

Raja masih setia bungkam, belum ada niat menanggapi. Hingga kesekian kali Vanilla yang merespon. "Mamah sama Papah tenang aja. Vanilla jamin nggak bakal terjadi apa-apa."

"Kenapa bisa seyakin itu?" Dara menautkan kedua alisnya.

Sebagai seorang ibu, dia cukup peka terhadap sang anak. Meskipun belum paham terhadap maksud perkataan barusan, tetapi dia yakin bahwa terdapat makna tersirat yang sedang Vanilla sembunyikan dan itu berhubungan dengan Raja.

"Raja? Gimana dengan kamu? Setuju kalo pernikahan kalian diumumkan?" Dara menyangga dagu, beralih memusatkan netra pada lelaki berwajah watados itu. "Seharusnya kamu setuju, Raja. Dalam hal ini nggak ada alasan yang membuat kamu menolak untuk mempublikasikan hubungan kal---"

"Ada!" Suara Vanilla memotong penuturan Dara. Perempuan itu menarik napas panjang lalu diembuskan perlahan seakan bersiap mengutarakan hal penting. "Aku nggak mau gara-gara ini Raja jadi ngerasa risih. Lagian, aku kesasar tadi bukan karena dia."

Sontak Raja menoleh ke sisi kiri, menatap sang istri dari samping. Jujur sahaja, dirinya tak menyangka akan jawaban Vanilla ini meski terkesan terpaksa dan tidak rela.

"Raja dan Vanilla, jawab pertanyaan ibu kalian sekarang dengan sejujur-jujurnya." Susunan kata Jia mendadak berubah formal, membuat dua pasangan muda itu mengerti jikalau pria di depan mereka sudah kehabisan kesabaran. "Bagaimana perasaan kalian satu sama lain?"

My Tsundere King {SELESAI}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang