"Hoaammm... "
Pagi ini aku mengantuk sekali. Aku menyadari kalau tiga minggu terakhir aku menghabiskan weekend dengan banyak kegiatan. Dari staycation di Bogor, acara lamaran Tika dan kemarin kondangan plus pergi ke vendor suvenir dan undangan.
Akhir pekan kemarin, sabtu seharian pergi, minggunya melanglang buana sampe Pasar Asemka. Toko vendor suvenir yang menjual reed diffuser berada di ruko yang terletak tidak jauh dari pasar Asemka, Jakarta Barat. Dan Adit tiba-tiba sekalian mengajak belanja alat tulis di Pasar Asemka. Katanya mau dibuat bingkisan anak-anak saat kegiatan di Muara Gembong nanti.
"Gila, Mbak Vini!" ucap Metha. "Baru jam sembilan pagi lho ini!"
"Duh, maaf! Ngantuk banget pagi ini. Tiga minggu weekend full acara. Kurang istirahat gue. Mana weekend ini juga mesti ngecek suvenir ke Kemang sama Asemka. Undangan juga. Belum lagi dua minggu lagi acara Baksos di Muara Gembong," keluhku.
"Wuih sibuk bener, udah kayak elo aja yang jadi pengantinnya, Mbak!"
"Pengantinnya lebih sibuk lagi soalnya. Lagi ngambil PPDS mereka."
"Oh iya, Mbak, hari Minggu kemarin gue ketemu dokter Randi lagi makan sama ibunya dan seorang cewek cantik banget. Bukan dokter Lila, ya!"
"Kakaknya kali," jawabku tak acuh. Jujur aku malas membicarakan dia lagi.
"Gue juga tau, Mbak yang mana kakaknya. Lo tau yang jadi Alya di AADC. Nah, mirip-mirip sama dia ceweknya."
"Teman atau saudaranya mungkin," ujarku enteng.
"Ish, Mbak Vini mah gak seru!" keluh Metha.
"Sebentar, sebentar. Gue punya gosip lebih seru lagi, nih!" Sekarang Ari yang bicara. "Kemarin pas gue hubungin Pak Anto nanyain spanduk. Pak Anto bilang ada yang datang ke tempat dia sama cowok."
"Gue itu, gue!" akuku langsung. "Gak usah nyindir-nyindir, Ri. Itu gue sama Adit yang pesan undangan."
Ari tertawa mendengar ucapanku meskipun rencananya menggosipkan aku gagal.
"Eciee...!!! Pantesan aja udah gak peduli sama mantan. Bener nih kata dokter Lila?!"
Tok, tok, tok.
Obrolan kami terinterupsi oleh suara ketukan pintu. Sebenarnya pintunya tidak tertutup juga. Sepertinya orang itu hanya ingin memberitahukan keberadaannya.
"Eh, dokter Randi. Ada yang bisa saya bantu, dok?" Metha yang kebetulan duduk menghadap pintu langsung melihat ke arah suara. Dia lalu berdiri dan menghampiri dokter Randi.
"Bu Desi ada?" tanyanya. "Saya mau ketemu Bu Desi. Tadi sehabis MM Bu Desi langsung pergi saya pikir langsung ke ruangannya," jelasnya.
"Bu Desi belum ke sini, Dok. Mungkin Dokter bisa hubungi lewat ponsel."
"Ponselnya gak bisa dihubungi."
"Oh iya, astaga! Ponselnya lagi di-charging di sini. Mau ditunggu dulu di sini, Dok?"
"Nanti saja, deh! Nanti saya kembali lagi."
Akhirnya dia pergi dari ruanganku. Selama dia ada berbicara dengan Metha, aku sama sekali tidak membalikkan badan. Aku hanya mendengarkan Metha dan dia berbicara.
Metha tiba-tiba menghampiriku dan memukul-mukul pundakku. "Mbak, Mbak!" ucapnya histeris. "Dokter Randi dengar gak ya kita gosipin dia?"
"Tunggu aja. Kalau lo dipanggil HRD berarti dia dengar," sahut Ari. Dan aku tertawa bersama Ari.
**
Hari ini aku memiliki cukup banyak pekerjaan. Selain tadi pagi menyelesaikan laporan bulanan aku juga harus diskusi dengan dokter Vania untuk membuat alur pelayanan dan petunjuk teknis acara baksos. Mana aku masih mengantuk sejak pagi tadi meskipun aku sudah berkali-kali mencuci muka.
![](https://img.wattpad.com/cover/276853685-288-k754982.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalau Cinta Bilang, Dong! (Selesai)
ChickLit"Vin, Vini!" panggil seorang anak cowok dari kelas sebelah saat kami sedang istirahat. "Apa sih?!" sahutku jengkel. "Adit bilang, dia suka sama lo, Vin!" lanjut anak cowok tersebut sambil tertawa. "Cie.....!" sorak anak-anak lain yang mendengar per...